Ife. Menurut Ife dalam Suharto 2009, pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan tentu
bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit tetapi kekuasaan dalam arti luas.
Ife 2008 kemudian membagi depan jenis kekuasaan. Delapan jenis kekuasaan yang dibagi oleh Ife dapat dipertimbangkan sebagai satu hal yang
terkait dalam strategi-strategi pemberdayaan berbasis masyarakat. Begitupun Ife mengakaui bahwa kedelapan jenis kekuasaan itu sering tumpang-tindih dan
berinteraksi dengan cara yang komplek. Berikut delapan jenis kekuasaan yang dibagi oleh Ife:
a Kekuasaan atas pilihan pribadi dan peluang hidup
b Kekuasaan untuk mempertahankan HAM
c Kekuasaan atas defenisi kebutuhan
d Kekuasaan atas gagasan
e Kekuasaan atas lembaga-lembaga
f Kekuasaan atas sumber daya
g Kekuasaan atas kegiatan ekonomi
h Kekuasaan atas reproduksi
Empat dari delapan kekuasaan yang dibagi oleh Ife tersebut terlihat dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah anorganik di Bank
Sampah SJM. Keempat kekuasaan tersebut antara lain adalah:
1. Kekuasaan atas pilihan pribadi dan peluang hidup
Universitas Sumatera Utara
Kekuasaan atas pilihan pribadi dan peluang hidup ini dapat dipahami sebagai kekuasaan atas pilihan-pilihan yang dimiliki oleh masyarkat yang
aktif menjadi nasabah dan juga pengurus bank sampah SJM. pilihan- pilihan yang dimaksud di sini adalah pilihan-pilihan tentang apa yang
harus mereka lakukan dan mereka kerjakan, termasuk di dalamnya pilihan atas gaya hidup. Pada contoh ini kita bisa melihat dari apa yang dilakukan
oleh Amna. Amna telah memutuskan bahwa pekerjaan mencari sampah di laut untuk ditabung di bank sampah menjadi satu pekerjaan sampingan
yang bisa membantu memenuhi kebutuhan rumah tanggan, selain hasil dari melaut dan juga mencuci di beberapa rumah masyarkat.
Pilihan yang telah ia tetapkan tentunya membuat gaya hidupnya berubah. Selama ini Amna tidak terlalu peduli dengan sampah, tetapi
semenjak adanya bank sampah ia menjadi lebih peduli. Sampah dianggapnya menjadi satu komuditas atau asset yang berharga. Sehingga
sampah-sampah anorganik yang berhasil ia kumpulkan selalu ia pilah- pilah berdasarkan jenisnya. Pilihan untuk mengumpulkan sampah sebagai
tambahan belanja rumah tangga juga dilakukan oleh Aisiah. Dalam wawancara sebelumnya, Aisiah mengakui bahwa selama ini ia
cenderung malu dan merasa enggan jika harus mengutip dan mengumpul sampah hasil pasang air laut yang bertebaran di halaman rumahnya.
Namun semenjak ia memilih aktif sebagai nasabah bank sampah dan mengetahui sampah memiliki nilai ekonomis maka dirinya kemudian
membuang rasa enggan dan malu tersebut. Sekarang setiap pasang air laut
Universitas Sumatera Utara
datang membawa sampah, Aisiah sudah bersiap-siap untuk mengumpulkan sampah anorganik yang bertebaran di halaman rumahnya.
Dari sini tampak bagaimana dua nasabah ini sudah mampu untuk memutuskan apa yang harus mereka lakukan untuk menentukan pilihan
pribadi dan peluang-peluang hidup yang akan mereka cari. Peluang hidup di sini nantinya akan berkaitan dengan peluang-peluang ekonomi atau
kekuasaan atas kegiatan ekonomi. Pada contoh kasus Amna dan Aisiah ini, terlihat bagaimana mereka telah mampu memutuskan bahwa
keikutsertaan menjadi nasabah bank sampah dengan menabung sampah anorganik dapat menjadi satu peluang hidup yang bisa membantu
kebutuhan sehari-hari mereka. Tentunya selain Amna dan Aisiah masih banyak lagi nasabah bank sampah yang bisa dijadikan contoh atas
kempuan atau kekuasaan dalam menentukan pilihan-pilihan pribadi dan peluang hidup.
2. Kekuasaan atas gagasan