47 mengatakan bahwa jika keluarga tidak mendukung
pekerjaan mereka, maka mereka akan lebih memilih untuk
berpindah pekerjaan.
Berikut pernyataan
responden.
“Kalo keluarga tidak mendukung, saya akan keluar ya. Saya keluar tapi saya mau istilah nego ya, ya bolehlah saya keluar
tapi dengan gaji kamu [gaji suami] apakah sudah mencukupi semuanya? Tapi apapun yang terjadi, keluarga tetap nomor
1.
.”
4.3.2 Dosen
Tekanan pekerjaan yang cenderung seasonal dan belum cukup tinggi berimplikasi terhadap terpenuhinya
keseimbangan antara kepentingan pekerjaan dan kepentingan keluarga. Oleh sebab itu, para responden
tidak pernah berpikir untuk berpindah ataupun meninggalkan pekerjaan. Seperti kasus ibu SP dan ibu
ER yang tidak berpikir untuk berpindah pekerjaan selain karena lingkungan kerja yang menyenangkan
dan pada dasarnya wanita memang harus bekerja, ibu SP dan ibu ER juga bekerja untuk membantu suami
secara perekonomian, bekerja karena pelayanan dan menjadi contoh bagi anak-anaknya. Bagi ibu SP dan
ibu ER, pekerjaan bukan hanya masalah uang tetapi masalah eksistensi diri. Berikut kutipan responden.
“Sejauh ini belum terpikir ya [belum berpikir berpindah pekerjaan]. Ya saya prioritas pertama memang untuk
membantu suami ya secara perekonomian. Selain itu, Pekerjaan bagi saya sebenarnya bukan hanya masalah uang,
itu juga masalah eksistensi diri ya. Misalkan contoh, saya sudah sekolah tinggi gitu kan, kalo tidak bekerja saya mau
buat apa? Dan kalo ada orang bilang ini contoh untuk anak-
48
anak ya saya sendiri juga sependapat sebenarnya, paling tidak terlebih kan saya di dunia pendidikan seperti ini kan
anak-anak saya sih harapannya kedepan mudah-mudahan dia bisa mencontoh ya bahwa belajar juga penting..
”
Berbeda dengan kasus ibu SP dan ibu ER, ibu BS pernah berpikir untuk berpindah pekerjaan. Namun,
keinginan berpindah pekerjaan ini bukan karena tekanan pekerjaan tetapi karena ibu BS bekerja
terpisah dari suaminya. Pengertian dan dukungan suamilah yang membuat ibu BS bertahan dalam
pekerjaannya. Berikut kasus ibu BS.
“Dulu waktu saya punya anak baby saya pernah berpikir mau keluar Karena waktu itu saya pernah mengalami suami
saya kan kerja di Salatiga kan baru 3 tahun ini, Waktu itu suami saya tidak ada di sini dia di Jogja. saya sempat
bergumul. Saya lebih baik keluar dari sini karena suami saya di Jogja. Akhirnya suami saya yang memutuskan keluar dan
bekerja di Salatiga. Saya merasa bahwa ini memang yang Tuhan tempatkan untuk saya.
.”
Dukungan pasangan hidup suami menjadi faktor terpenting pegawai wanita tetap bertahan dalam
pekerjaannya. Responden
mengakui bahwa
jika keluarga suami tidak mendukung maka mereka lebih
memilih untuk
mengutamakan keluarga
dan meninggalkan pekerjaan, tetapi kondisi seperti ini
membutuhkan banyak syarat. Seperti pernyataan ibu SP berikut.
“Kalo situasinya misalkan terpaksa misalkan suami saya tetap tidak mendukung, kemudian juga situasi keluarga saya
sudah “ok”, secara ekonomi sudah “ok”, ya sebenarnya sih bagi saya tidak masalah kalo saya harus melepaskan
pekerjaan tetapi situasi seperti itu pasti membutuhkan banyak syarat..”
49 Seperti yang sudah diungkapkan pada bagian
sebelumnya, pekerjaan di sektor perbankan dengan tingginya load pekerjaan berimplikasi pada tekanan
kerja yang dialami pegawai, baik tekanan secara psikologis maupun tekanan. Potensi tingginya tekanan
pekerjaan diperusahan
perbankan ini
kemudian mengakibatkan terjadinya konflik pekerjaan-keluarga
dan ketidakpuasan terhadap keseimbangan antara pekerjaan dan kepentingan keluarga.
Selanjutnya, effect konflik pekerjaan-keluarga terhadap
ketidakpuasan ini
berimplikasi pada
keinginan pegawai untuk berpindah atau bahkan memilih untuk meninggalkan pekerjaannya. Berbeda
dengan di sektor perbankan, pekerjaan di institusi pendidikan sebagai dosen memiliki potensi kelenturan
waktu yang memungkinkan para pegawai terbantu untuk menyeimbangkan kepentingan pekerjaan dan
kepentingan keluarga. Load pekerjaan dalam hal mengajar tidak menimbulkan tekanan baik secara
psikologis maupun secara fisik karena telah terjadwal. Tekanan pekerjaan yang stressful dialami ketika
menjalankan pekerjaan di luar mengajar dan dalam beberapa kasus tekanan pekerjaan yang stressful ini
berimplikasi pada
gangguan kesehatan.
Kondisi pekerjaan dosen dengan potensi tekanan pekerjaan
yang seasonal dan memiliki kelenturan waktu,
50 menghasilkan kepuasan yang sama terhadap pekerjaan
dan keluarga. Kepuasan terhadap pekerjaan dan keluarga ini kemudian berimplikasi pada keinginan
pegawai untuk tetap bertahan dan tidak berpikir untuk berpindah pekerjaan.
Kondisi pekerjaan dengan pressure yang tinggi sebenarnya
berpotensi bagi
organisasi untuk
memberikan intervensi untuk menekan pressure pekerjaan
agar pressure
kerja tersebut
telatif berkurang. Intervensi ini dapat membantu pekerja
dalam memenuhi tuntutan pekerjaan dan tuntutan keluarga secara seimbang khususnya bagi pekerja
wanita yang memiliki peran ganda. Intervensi yang dibutuhkan
adalah kebijakan
organisasi untuk
menerapkan flexible working. Dunia kerja seperti didunia barat telah menerapkan flexible working bagi
pekerjanya untuk
memfasilitasi pekerjanya
menyeimbangkan kepentingan
pekerjaan dan
kepentingan keluarga,
menekan angka
turnover, meningkatkan
kepuasan kerja,
meningkatkan produktivitas dan mempertahankan sumber daya
manusia yang berkualitas. Namun, berbeda dengan dunia kerja di Indonesia. Meskipun dengan tekanan
kerja yang tinggi seperti diperusahan perbankan dan kelenturan
waktu yang
memadai untuk
menyeimbangkan kepentingan pekerjaan dan keluarga
51 seperti di institusi pendidikan khususnya perguruan
tinggi, organisasi tidak memfasilitasi pekerjanya dengan flexible working.
4.4 Mengapa organisasi tidak menerapkan flexible working?