Mengapa organisasi tidak menerapkan flexible working?

51 seperti di institusi pendidikan khususnya perguruan tinggi, organisasi tidak memfasilitasi pekerjanya dengan flexible working. 4.4 Mengapa organisasi tidak menerapkan flexible working? Temuan-temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pekerjaan di sektor perbankan merupakan memiliki pressure yang tinggi karena tingginya load pekerjaan dan ekspektasi mengejar target perusahan dan memenuhi ekspektasi konsumen. Tingginya tekanan pekerjaan di sektor perbankan berimplikasi terhadap ketegangan psikologis dan ketegangan fisik yaitu kelelahan, stres kerja dan bahkan gangguan kesehatan. Meskipun dengan kondisi kerja yang demikian stressful, organisasi tidak menerapkan flexible working sebagai kebijakan untuk membantu pekerja wanita menyeimbangkan kehidupan pekerjaan dan kehidupan keluarga. Flexible working hanya sempat menjadi wacana yaitu penerapan flexitime tetapi hanya mencakup posisi back office karena pekerjaan back office dinilai bisa fleksibel dibanding dengan posisi kerja yang lain. Keterangan dari semua responden, posisi kerja di perbankan yang bisa fleksibel adalah bagian marketing karena bagian marketing selalu 52 bekerja di luar kantor untuk mencari nasabah dan memenuhi target. Berikut pernyataan responden. “Untuk saat ini bank tidak bisa ya fleksibel kecuali kalo marketing ya. Marketing kalo dipegawai kami kan ada pegawai tetap ada yang outsourching. Outsourching itu biasanya dia menangani untuk produk-produk pihak ketiga kayak dia sales kartu kredit kemudian kredit-kredit mikro, itu kan masuk keluar masuk dan itu mereka bisa lebih fleksibel karena mereka yang ditargetkan yang penting tercapai. Kalo mereka sih masih bisa fleksibel untuk marketing tapi kalo yang lain susah mbak ..” Berdasarkan temuan-temuan penelitian ini bahwa tidak diterapkannya flexible working untuk pekerjaan di sektor perbankan didasarkan pada pertimbangan- pertimbangan kebutuhan, peraturan jam kerja, bidang pekerjaan sektor perbankan, dukungan organisasi dan konsekuensi dari penerapan fleksibilitas itu sendiri baik terhadap pegawai, nasabah, instansi-instansi maupun konsekuensi terhadap sektor ekonomi. Seperti ibu YL dan ibu RA yang mengungkapkan bahwa pekerjaan di sektor perbankan belum cocok untuk diterapkannya flexible working. Berikut pernyataan responden. “Gak cocok kayaknya ya mbak untuk bank. Karena kalo kita kerja part time misalnya ya, pagi nih kita istirahat nanti sore kita sampe malam kerja. Jadi gak cocok..ibu YL ” “Kayaknya belum cocok ya. Nanti kalo ada yang ganti bingung nanti anak buahnya. Terus saya complain ke teman- teman mungkin akan susah ya. Pimpinannya kan saya jadi kalo demikian ngontrolnya akan susah. Mengkoordinasi mereka agak susah ya.. ibu RA ” Selanjutnya ibu RA menyatakan bahwa sektor perbankan tidak menerapkan flexible working karena belum 53 adanya peraturan dari kantor pusat untuk serempak menerapkan rancangan pekerjaan yang fleksibel. Menurut ibu RA, rancangan pekerjaan yang fleksibel dapat diterapkan sektor perbankan jika pemberlakuannya dilakukan secara serempak. Selanjutnya, ibu RA menyatakan bahwa tidak diterapkannya flexible working di sektor perbankan karena bank berhubungan dengan instansi yang lain, karena pelayanan dan tuntutan masyarakat dan berpengaruh terhadap sektor ekonomi. Berikut pernyataan ibu RA . “Karena memang dari kantor pusat memang belum ada kayak flexible time gitu-gitu gak ada ya. Kecuali kalo semua serempak mungkin bisa ya mbak. Terus karena memang ya langsung dengan nasabah, keinginan nasabah itu, misalkan untuk beli bensin beli solar itu kan ada pembayarannya bank Mandiri. Kalo misalkan itu sampe malem, itu kan langsung nembusnya ke pertamina tuh sistemnya, kan gak mungkin pertamina kerja malem-malem juga kan makanya karena juga berhubungan dengan instansi yang lain karena orang butuh kita dan mereka butuhnya juga untuk ke tempat lain. Makanya karena memang tuntutan juga dari masyarakat kan. Terus juga pengaruhnya ke sektor ekonomi itu pasti ya.. ” Lebih lanjut ibu RA menyatakan sektor perbankan tidak menerapkan flexible working karena harus melihat dari sisi kebutuhan masyarakat. Selain itu, perbankan tidak menerapkan flexible working karena penyesuaian terhadap mobilitas uang di masyarakat. Bank Mandiri sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia bahkan membuka layanan Mandiri weekend di wilayah-wilayah tertentu karena adanya mobilitas uang di masyarakat. Berikut pernyataan ibu RA. 54 “Kalo di Mandiri kan ada weekend Mandiri juga tapi gak semua cabang. Kalo di Solo biasanya di Slamet Riyadi kalo di Semarang biasanya di Pahlawan kalo gak salah ya. Jadi karena di Solo itu ada pasar Klewer, yah di situ kan ada mobilitas uang itu kan jadi setiap hari pasti ada uang masuk makanya sabtu itu Mandiri weekend Solo dibuka tapi kalo disini belum karena gak se-rame di Solo..” Ibu DA menyatakan bahwa sektor perbankan tidak menerapkan flexible working karena bank Mandiri bekerja dengan sistem, berhadapan langsung dengan nasabah, tergantung bidang pekerjaan dan perbankan mengikuti jam kerja di Indonesia pada umumnya. Selain itu, ibu DA menyatakan bahwa untuk menerapkan flexible working perlu mempertimbangkan konsekuensi dari fleksibilitas itu sendiri. Berikut pernyataan ibu DA. “Tidak bisa ya mbak karena kita berhadapan langsung dengan nasabah dan bekerja dengan sistem. Terus karena ini sudah bidangnya ya mbak. Ada kantor yang bisa tapi kalo di Mandiri gak mungkin ya karena resikonya juga gak baik bagi nasabah dan karyawan, resikonya agak banyak..” “Terus kalo mau fleksibel itu kita liat bidang jasanya apa dulu. Kalo yang di perbankan, di liat jabatannya juga sih, di liat posisinya juga. Kalo saya di frontliner kan gak mungkin. Trus juga kan juga memang sudah ada patokan kalo di perbankan kan dari jam 8.00 sampe jam 5.00 sore. Kemudian karena kebanyakan untuk jam kerja di Indonesia disamakan ya jadi ada hubungannya dengan jam kerja yang berlaku di Indonesia.. ” Selain itu, semua responden mengatakan bahwa sektor perbankan tidak menerapkan flexible working karena sektor jam kerja perbankan berkaitan dengan ketentuan jam kerja Bank Indonesia sebagai bank perantara. Berikut pernyataan responden. 55 “Kita patokannya kan di jam kerja. Sudah ada aturannya dari jam berapa sampe jam berapa. Kalo kita mau bikin aturan sendiri kan malah gak lazim karena bank Indonesia kan juga bukanya sama, jam terbangnya sama. Jam kerjanya dari jam 8.00, ada yang buka sampe jam 4.00 sore. Karena kalo kita kirim, kita transfer-transfer kan perantaranya mereka. Misalnya dari Mandiri transfer ke BCA itu kan lewat dulu BI baru di transfer ke BCA-nya. Nah, kalo misalkan kalo pihak ketiga ini kita kerjanya malam sementara BI-nya kerjanya siang kan gak mungkin bisa jalan ..” Ibu YL menyatakan bahwa menerapkan flexible working di sektor perbankan perlu mempertimbangkan nasabah karena menerapkan flexible working misalnya compress week maka akan merugikan nasabah dan tidak manusiawi bagi karyawan. Selain itu, ibu YL menyatakan bahwa perbankan tidak fleksibel karena sudah merupakan konsekuensi. Berikut pernyataan ibu YL. “Kalo seperti itu tidak manusiawi [kalau compress week]. Menurutku tidak manusiawi, karena kita akan sangat kelelahan ya. Dan juga akan merugikan nasabah karena misalnya yang wiraswata itu kan perputaran uangnya kan terjadi setiap hari jadi kalo kita tutupnya terlalu lama kasian mereka juga gitu. Jadi harus menyesuaikan dengan mobilitas dimasyarakat ya. Kalo Mandiri tidak fleksibel karena memang itu udah konsekuensinya mbak ..” Berbeda dengan sektor perbankan, pekerjaan sebagai dosen memiliki kelenturan waktu yang memungkinkan untuk menyeimbangkan antara kehidupan pekerjaan dan kehidupan keluarga. Semua responden mengatakan bahwa tugas-tugas di luar mengajar adalah fleksibel sehingga memungkinkan bagi mereka untuk menyeimbangkan kepentingan pekerjaan dan kepentingan keluarga. Tugas-tugas di luar 56 mengajar yang fleksibel menurut responden yaitu mengoreksi tugas mahasiswa, menyiapkan bahan mengajar, membaca skripsi ketika menjadi penguji, melakukan penelitian, dan pengabdian masyarakat yang bisa diselesaikan atau dilakukan tidak hanya di kantor tetapi dapat dikerjakan dirumah dengan waktu yang fleksibel. Berikut pernyataan responden. “Hal dalam pendidikan yang fleksibel itu yang di luar ngajar kan fleksibel. Contoh, misalkan ketika saya mengoreksi, nah itu kan memang tidak harus, yang pasti kan batas akhir nilai masuk ya saya tidak terlambat gitu aja. Kemudian yang kedua yang sedikit fleksibel bagi saya adalah ketika jam konsultasi atau bimbingan mahasiswa, baik untuk skripsi, proposal dan lain segala macam, pengabdian masyarakat dan penelitian bisa fleksibel..” Namun, berbicara masalah pengajaran merupakan pekerjaan yang tidak fleksibel karena sudah terjadwal dan harus dijalankan secara bertanggungjawab. Meskipun dalam kondisi tertentu sebagai pengajar atau dosen berhalangan untuk memenuhi kewajibannya dalam mengajar karena kendala tertentu, namun hal itu terjadi karena situasional seperti harus memenuhi tugas keluar kota dan ketika anggota keluarga sakit. Selain karena sudah terjadwal, masalah pengajaran tidak bisa fleksibel karena dapat merugikan baik pihak mahasiswa maupun kesulitan mencari waktu dan kelas pengganti. Berikut pernyataan para responden. “Kalo untuk pengajaran, bicara tatap muka kita tidak bisa hindari jadi itu kan hukumnya istilahnya wajib, jamnya, jadwalnya sudah di tentukan jadi yang itu jelas tidak fleksibel, gak bisa “seenak gue” gitu misalnya gitu pindah 57 hari jam itu gak bisa. Saya pernah kosong mendadak karena anak saya sakit, saya mengakui itu ataupun saya pribadi pernah sakit, ataupun ada dapat tugas keluar kota. Tapi itu karena situasi ya dek ..” Meskipun memiliki kelenturan waktu namun pekerjaan di sektor pendidikan tidak menerapkan flexible working. Menurut ibu ER organisasi tidak menerapkan flexible working karena pekerjaan sebagai dosen merupakan pekerjaan yang sudah fleksibel. Lebih lanjut ibu ER menyatakan bahwa secara legasi rancangan jam kerja mengikuti legasi universitas meskipun pada prakteknya dapat lebih fleksibel dan untuk menerapkan fleksibilitas perlu mempertimbangkan konsekuensi sikap individu terhadap pekerjaannya. Berikut pernyataan ibu ER. “Selama ini kita juga menurut saya fleksibel ya. Secara aturan kan kita harus tunduk pada universitas ya. Universitas kan jam kerjanya jam 8.00 sampai jam 4.00. Jadi secara legasi kita harus tetap ikut aturan universitas walaupun nanti secara praktek kita bisa lebih fleksibel. Kan jam kerja tuh kan harus ikut itu kan, walaupun prakteknya juga fleksibel asalkan pekerjaan kita beres. Tapi sebenarnya tergantung individunya juga sih kalo individunya memang kerjaannya beres menurut saya bisa tapi kalo kembali lagi ke individu kalo dia gak beres nanti kalo di fleksibelkan seperti itu tambah gak beres ..” Para responden menyatakan bahwa pekerjaan di institusi pendidikan seperti dosen sudah tergolong fleksibel dan didukung oleh atasan dan organisasi. Semua responden menyatakan bahwa pekerjaan sebagai dosen bukan merupakan pekerjaan yang fleksibel karena organisasi tidak mengatur secara 58 kakuh pekerjaan dosen yang terpenting adalah menjalankan tanggungjawab dengan baik. Berikut kutipan responden. “Sebenarnya kalo saya merasa lembaga ini menerapkan itu karena ketika raker ada yang mengusulkan kita harus presensi pegawai seperti finger nail, pak Rektor sendiri mengatakan “mau? kalian mau seperti itu? gak kan?”. Jadi sebenarnya kan secara kelembagaan sendiri juga menyadari bahwa yang penting kan tanggungjawab kita pengajaran jalan. Pimpinan kami sebenarnya dari dulu sudah mengatakan “kita fleksibel yang jelas asal jangan sampai mengganggu proses PBM dan tugas di luar ngajar itu juga selesai sesuai deadline. Bicara koreksi, mau di kantor mau di rumah, kantor tidak pernah mempermasalahkan yang penting tanggungjawab selesai..” Ibu SP menyatakan bahwa untuk fleksibilitas perlu mempertimbangkan jenis pekerjaan sebab menurut ibu SP, ada pekerjaan yang bisa diselesaikan di mana saja dan ada juga pekerjaan yang seharusnya diselesaikan ditempat kerja misalnya pekerjaan dengan sistem internal. Berikut pernyataan ibu SP. “Memang sebagian besar pekerjaan ada yang bisa saya lakukan di manapun saya bisa melakukannya tetapi ada juga pekerjaan yang saya tidak bisa lakukan di manapun. Artinya saya harus tetap di situ. Nah itu kalo kita bicara soal sistem internal dek. Kan kalo kita bicara keuangan di dana pensiun misalkan, atau keuangan di UKSW, itu kan jaringan internet tetapi intranet di sini jadi kalo mo mengurus hal-hal itu ya harus disini, gak bisa di tempat yang lain. Dan ini bukan bicara fleksibel tidak fleksibel, tapi ini bicara kerahasiaan data yang memang tidak bisa sembarang orang tau. .” Ibu SP juga menyatakan bahwa pekerjaan sebagai dosen bukan pekerjaan yang kakuh sebab dosen dalam proses belajar dan mengajar seringkali berlangsung 59 lebih pagi dan juga pada malam hari. Berikut pernyataan ibu SP. “Kami sebagai dosen, kami tidak bisa kakuh, kenapa? Karena ada jam mengajar dimulai jam 7.00 pagi artinya kami bisa 1 jam lebih cepat bahkan kami bisa mengajar sampe malam. Nah, jadi kadang-kadang realisasinya bisa lebih dari itu tetapi juga bisa kurang dari itu. Bahkan kalo bicara jam kerja di UKSW juga setau saya gak kakuh-kakuh amat karena kan bicara jadwal kuliah sangat fleksibel juga..” Fleksibilitas pada pekerjaan dosen ini pada dasarnya adalah mengikuti bentuk atau model kerja standar yaitu pekerjaan dosen mengikuti jadwal dalam mengajar dan para responden menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan dan tugas-tugas di luar mengajar adalah fleksibel. Sifat pekerjaan ini memungkinkan pekerjaan sebagai dosen bisa dilakukan secara fleksibel.

4.5 Pembahasan

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Constraints Penerapan Flexible Working dan Coping Individual dalam Pengelolaan Konflik Pekerjaan-Keluarga T2 912012039 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Constraints Penerapan Flexible Working dan Coping Individual dalam Pengelolaan Konflik Pekerjaan-Keluarga T2 912012039 BAB II

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Constraints Penerapan Flexible Working dan Coping Individual dalam Pengelolaan Konflik Pekerjaan-Keluarga T2 912012039 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Constraints Penerapan Flexible Working dan Coping Individual dalam Pengelolaan Konflik Pekerjaan-Keluarga

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Constraints Penerapan Flexible Working dan Coping Individual dalam Pengelolaan Konflik Pekerjaan-Keluarga

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Membangun Usaha Pasca Konflik T2 092010007 BAB IV

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Christian Entrepreneurship T2 912010027 BAB IV

0 1 50

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kedudukan Perempuan dalam Keluarga di Masyarakat Nias T2 752016014 BAB IV

0 0 43

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konflik Ambon Dalam Perspektif Teori Identitas Sosial T2 752013009 BAB IV

0 1 9

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evidence dalam Membuktikan Adanya Kartel di Indonesia T2 BAB IV

0 0 4