Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Suami Tentang Vasektomi di Desa Kedai Durian Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN
SUAMI TENTANG VASEKTOMI DI DESA KEDAI DURIAN
WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELITUA
KABUPATEN DELI SERDANG
ROSMAYA SARI
115102067
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
(2)
(3)
Judul : Pengaruh Promosi Kesehatan terhadap Pengetahuan Suami tentang Vasektomi Di Desa Kedai Durian Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
Nama : Rosmaya sari
Jurusan : Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara
Tahun : 2012 ABSTRAK
Latar belakang : dalam upaya menurunkan angka kesakitan pada ibu yang salah satunya karena efek samping penggunaan KB hormonal, peran serta pria dalam ber-KB juga sangat penting yakni menjadi pengguna alat kontrasepsi mengingat secara nasional kesertaan KB pria sangat rendah, yakni hanya 1,3%. Angka tersebut jika dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Pakistan (5,2%) pada tahun 1999, Bangladesh (14%) pada tahun 1997, dan Malaysia (17%).
Tujuan penelitian : untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan suami tentang vasektomi.
Metodologi penelitian : penelitian ini menggunakan Quasi Eksperiment dengan desain yang digunakan adalah One Group Pretest Posttes. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 70 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Penelitian ini dilakukan di Desa Kedai Durian Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang. Analisa data menggunakan uji wilcoxon. Hasil : berdasarkan karakteristik data demografi, didapatkan mayoritas umur responden 31-35 tahun sebanyak 28 orang (40%), pendidikan SLTA sebanyak 42 orang (60%), pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 52 orang (74,3%), memiliki jumlah anak 3-4 sebanyak 31 orang (44,3%) .Pengetahuan suami tentang vasektomi sebelum diberikan promosi kesehatan mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 29 orang (41,4%), rata-rata pengetahuan suami adalah 2,01 dengan standar deviasi 0,909. Pengetahuan suami tentang vasektomi sesudah diberikan promosi kesehatan mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 53 orang (75,7%), rata-rata pengetahuan suami adalah 1,36 dengan standar deviasi 0,682. Hasil uji statistik diperoleh ada pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan (nilai p= 0,000).
Kesimpulan : dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan. Promosi kesehatan juga dapat digunakan sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan dalam memberikan pelayanan kebidanan.
(4)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME atas berkatNya penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap
Pengetahuan Suami Tentang Vasektomi Di Desa Kedai Durian Wilayah Kerja Puskesmas Delitua
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012”, dalam rangka memenuhi persyaratan menyelesaikan
pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
dan pembimbing KTI yang telah menyediakan waktu dan memberikan masukan serta
nasehat pada penulis
2. Nur Asnah sitohang, S.Kep, NS, M.Kep. Selaku ketua pelaksanaan program studi D-IV
Bidan Pendidik Universitas Sumatra Utara
3. Farida Linda Sari, S.Kep, NS, M.Kep. Selaku koordinator D-IV Bidan pendidik yang telah
memberi arahan serta nasehat dalam mata kuliah KTI
4. Seluruh Staf dan dosen program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara yang secara langsung banyak memberikan ilmu kepada penulis selama
menjalani pendidikan
5. Kepala Puskesmas Delitua Kabupaten Deli serdang yang telah memberi izin penulis untuk melakukan penelitian
6. dr. Zulkifli, M.Si selaku penguji I yang telah memberikan saran dan masukan kepada saya
7. dr. M. Fidel Ganis Siregar, SpOG selaku penguji II yang telah memberikan saran dan
masukan kepada saya
8. Seluruh teman-teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara yang telah membatu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak
(5)
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam kebidanan dan ilmu yang berkaitan.
Medan, Juni 2012
Penulis
Rosmaya sari
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR SKEMA... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN... i x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Perumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian... 4
1. Tujuan Umum... 4
2. Tujuan Khusus... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
1. Bagi Peneliti... 5
2. Bagi Puskesmas... 5
3. Bagi Perawat... 5
4. Bagi Masyarakat... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Promosi Kesehatan... 6
1. Sejarah Promosi Kesehatan... 6
(7)
4. Metode Dan Media Promosi Kesehatan... 7
5. Lingkup Promosi Kesehatan Pada PUS/WUS... 9
B. Pengetahuan... 10
1. Pengertian Pengetahuan... 10
2. Tingkatan Pengetahuan... 11
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan... 12
4. Kategori Pengetahuan... 14
C. Vasektomi... 14
1. Pengertian... 14
2. Syarat... 15
3. Efektivitas... 16
4. Keuntungan... 16
5. Kerugian... 17
6. Indikasi... 17
7. Kontra Indikasi... 18
8. Persiapan Pre-Operatif... 18
9. Pelaksanaan Pelayanan... 19
10. Jenis Tindakan Vasektomi... 26
11. Perawatan Post Operatif... 30
12. Kemungkinan Penyulit dan Cara Mengatasinya... 30
13. Nasehat Sebelum Pulang... 32
14. Kunjungan Ulang... 33
BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL A. Kerangka Konseptual... 35
B. Hipotesis... 35
(8)
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian... 37
B. Populasi dan Sampel... 37
C. Tempat Penelitian... 38
D. Waktu Penelitian... 38
E. Pertimbangan Etik Penelitian... 39
F. Instrument Penelitian... 39
G. Uji Validitas dan Reliabilitas... 40
H. Pengumpulan Data... 41
I. Analisa Data... 42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 44
1. Analisis Univariat... 44
2. Analisis Bivariat... 46
B. Pembahasan... 47
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 50
B. Saran... 50
(9)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Defenisi Operasional………. 36
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Di Desa
Kedai Durian Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2012 ………. 45
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Suami Sebelum Diberikan
Promosi Kesehatan tentang Vasektomi Di Desa Kedai Durian Wilayah
Kerja Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun
2012………..…………... 46
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Suami Sesudah Diberikan Promosi Kesehatan tentang Vasektomi Di Desa Kedai Durian Wilayah Kerja
Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun
2012……….. 46
Tabel 5.4 Pengetahuan Suami Sebelum dan Sesudah Diberikan Promosi Kesehatan
tentang Vasektomi Di Desa Kedai Durian Wilayah Kerja Puskesmas Delitua
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
(10)
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 3.1. Kerangka Konsep ………. 35
(11)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 3 : Kuesioner
Lampiran 4 : Surat Pernyataan Content Validity
Lampiran 5 : Surat izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
Lampiran 6 : Balasan Surat izin Penelitian
(13)
Judul : Pengaruh Promosi Kesehatan terhadap Pengetahuan Suami tentang Vasektomi Di Desa Kedai Durian Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
Nama : Rosmaya sari
Jurusan : Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara
Tahun : 2012 ABSTRAK
Latar belakang : dalam upaya menurunkan angka kesakitan pada ibu yang salah satunya karena efek samping penggunaan KB hormonal, peran serta pria dalam ber-KB juga sangat penting yakni menjadi pengguna alat kontrasepsi mengingat secara nasional kesertaan KB pria sangat rendah, yakni hanya 1,3%. Angka tersebut jika dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Pakistan (5,2%) pada tahun 1999, Bangladesh (14%) pada tahun 1997, dan Malaysia (17%).
Tujuan penelitian : untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan suami tentang vasektomi.
Metodologi penelitian : penelitian ini menggunakan Quasi Eksperiment dengan desain yang digunakan adalah One Group Pretest Posttes. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 70 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Penelitian ini dilakukan di Desa Kedai Durian Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang. Analisa data menggunakan uji wilcoxon. Hasil : berdasarkan karakteristik data demografi, didapatkan mayoritas umur responden 31-35 tahun sebanyak 28 orang (40%), pendidikan SLTA sebanyak 42 orang (60%), pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 52 orang (74,3%), memiliki jumlah anak 3-4 sebanyak 31 orang (44,3%) .Pengetahuan suami tentang vasektomi sebelum diberikan promosi kesehatan mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 29 orang (41,4%), rata-rata pengetahuan suami adalah 2,01 dengan standar deviasi 0,909. Pengetahuan suami tentang vasektomi sesudah diberikan promosi kesehatan mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 53 orang (75,7%), rata-rata pengetahuan suami adalah 1,36 dengan standar deviasi 0,682. Hasil uji statistik diperoleh ada pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan (nilai p= 0,000).
Kesimpulan : dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan. Promosi kesehatan juga dapat digunakan sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan dalam memberikan pelayanan kebidanan.
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk merupakan masalah di suatu negara apabila tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008) menunjukkan pada tahun 2007, jumlah penduduk Indonesia mencapai 224,9 juta dan berada di peringkat ke empat di dunia berpenduduk tertinggi. Besarnya jumlah penduduk tidak diimbangi segi kualitasnya, karena kualitas penduduk Indonesia masih tertinggal dari negara yang berada di Asia Tenggara, sehingga pertumbuhan penduduk dapat menjadi beban pembangunan. (BKKBN, 2008).
Jika tidak diupayakan pengendalian penduduk secara serius, hal ini berimplikasi kepada beratnya beban pemerintah dalam menurunkan tingkat kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama untuk menyediakan pelayanan dasar berupa pendidikan dan kesehatan. Upaya pemerintah mengendalikan laju pertumbuhan penduduk (LPP) telah tertuang didalam RPJMN 2004-2009, yaitu dengan memberikan prioritas kepada kelompok masyarakat miskin tersebut dengan cara menurunkan angka kelahiran melalui program keluarga berencana nasional. Salah satu kegiatan yang telah dilaksanakan adalah penyediaan pelayanan keluarga berencana / KB gratis bagi masyarakat yang berasal dari keluarga prasejahtera/KPS dan keluarga sejahtera I/KS-I. Selain itu, secara mikro kegiatan tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga karena dengan kecilnya jumlah anggota suatu keluarga maka keluarga tersebut diharapkan dapat meningkatkan gizi makanan, tingkat kesehatan, dan pendidikan anggota keluarganya (Bappenas, 2010, hal 1).
(15)
Untuk mengendalikan jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, pemerintah mencanangkan suatu gerakan keluarga berencana nasional dengan tujuan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia (Alwie, 2011, ¶ 1).
Penggunaan kontrasepsi KB di Indonesia dengan umur antara 15-49 tahun dengan penggunaan metode IUD sebesar 7,23%, Suntikan 58,25%, Pil KB 24,37%, Susuk KB 4,16%, Kondom 0,68%, MOP 1,03%, MOW 3,13%,
Intravaginal Tissue 0,11% dan metode tradisional 1,04%. Dengan data yang didapatkan di atas, penggunaan KB kontrasepsi hormonal lebih tinggi daripada kontrasepsi non hormonal dengan jumlah sebesar 86,78 % (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Tren data SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) 1991-2007 menunjukkan perubahan pemakaian alat kontrasepsi dari pil ke suntik, sementara penggunaan kontrasepsi jenis implant, IUD, dan MOP terus mengalami penurunan dan metode KB MOW cenderung fluktuatif, padahal sasaran pembangunan kependudukan dan KB yang ingin dicapai dalam RPJMN 2004-2009 adalah meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan efisien, yaitu metode kontrasepsi jangka panjang (Bappenas, 2010, hal 51).
Selama ini masyarakat menganggap Program Keluarga Berencana Nasional (KBN) identik dengan kaum perempuan. Anggapan ini tidak berlebihan karena kenyataannya selama ini sasaran utama program Keluarga Berencana (KB) sebagian besar adalah perempuan. Namun semua itu mulai berubah, kaum pria pun kini ikut menjadi akseptor keluarga berencana. (BKKBN, 2001)
(16)
Akseptor KB pria pada tahun 2007 dalam penggunaan metode KB di Indonesia adalah sebesar 0,16 % untuk pengguna metode KB vasektomi dan kondom sebesar 0,68 % dari metode kontrasepsi lainnya . Sedangkan resiko dan komplikasi penggunaan KB untuk pria diantaranya infeksi lokal, atrofi testis dan peradangan pada area operasi, epididimis kongestif, dan perdarahan yang bersifat lokal dibandingkan resiko dan komplikasi alat-alat KB pada wanita yang bersifat sistemik dan bisa mempengaruhi kesehatan wanita yang komplek. Metode vasektomi adalah metode kontrasepsi yang cocok untuk pasangan usia subur yang menginjak usia diatas 35 tahun atau pada masa mengakhiri bertambahnya anak. Dan dengan tingkat keefektifitasan yang tinggi diharapkan dapat mencegah kehamilan pada usia tua yang nantinya akan menyebabkan komplikasi kehamilan, angka kesakitan ibu dan berakhir pada kematian ibu. Namun, kesadaran akan peran pria dalam ber-KB dan penggunaan metode kontrasepsi vasektomi di Indonesia masih rendah (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Berdasarkan Penelitian sebelumnya, bahwa ada pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan suami tentang vasektomi. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan sangat mempengaruhi dalam pencapaian atau meningkatkan menjadi akseptor KB (Handayani, 2010).
Berdasarkan survei pendahuluan oleh peneliti pada tahun 2011 ternyata vasektomi tidak diminati oleh masyarakat di Kecamatan Delitua. Hasil prasurvei yang peneliti lakukan di puskesmas Delitua yaitu, di Kecamatan Delitua memiliki jumlah penduduk sebesar 60.119 jiwa dengan jumlah PUS 6760 jiwa pada tahun 2010. Di Kecamatan Delitua jumlah pasangan usia subur terbanyak di desa Mekar sari dengan jumlah PUS sebanyak 1518 jiwa kemudian diikuti desa suka makmur dengan jumlah PUS sebanyak 1044 jiwa, sedangkan jumlah
(17)
pasangan usia subur terkecil pada Desa Kedai Durian dengan jumlah PUS sebanyak 846 jiwa (Profil Kesehatan Puskesmas Delitua, 2010).
Jumlah PUS di Desa Kedai Durian menurut kelompok umur yang usianya kurang dari 20 tahun adalah 214 orang, Jumlah PUS yang usianya 20-30 tahun adalah 285 orang, Jumlah PUS yang usianya 30 tahun keatas adalah 347 orang. Peserta KB aktif dari bulan januari hingga desember 2010 berjumlah 664 akseptor dengan capaian IUD 89 akseptor, Pil 252 akseptor, kondom 21 akseptor, MOW 36 akseptor, suntik 215 akseptor, Implan 51 akseptor dan vasektomi tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa vasektomi tidak diminati sama sekali di Desa Kedai Durian (Profil Kesehatan Puskesmas Delitua, 2010).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan suami tentang vasektomi di Desa Kedai Durian, Wilayah Kerja Puskesmas Delitua, Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti dapat merumuskan ”Apakah ada pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan suami tentang vasektomi di Desa Kedai Durian, Wilayah Kerja Puskesmas Delitua, Kabupaten Deli Serdang tahun 2012?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan suami tentang vasektomi di Desa Kedai Durian, Wilayah Kerja Puskesmas Delitua.
(18)
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan suami sebelum diberikan promosi kesehatan tentang vasektomi di Desa Kedai Durian, Wilayah Kerja Puskesmas Delitua.
b. Untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan suami sesudah diberikan promosi kesehatan tentang vasektomi Desa Kedai Durian, Wilayah Kerja Puskesmas Delitua.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam menghadapi masyarakat dengan berbagai karakteristik dan tentang vasektomi.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan pertimbangan kepada Puskesmas mengenai pentingnya promosi kesehatan bagi suami dalam menambah pengetahuan tentang vasektomi.
3. Bagi Perawat
Sebagai pertimbangan pentingnya promosi kesehatan tentang vasektomi pada masyarakat dalam rangka meningkatkan partisipasi pria dalam penggunaan KB dan menurunkan angka kesakitan ibu yang diakibatkan karena efek samping penggunaan KB hormonal.
4. Bagi Masyarakat
Untuk meningkatkan pengetahuan suami tentang vasektomi sehingga motivasi untuk penggunaan metode vasektomi meningkat, dan ikut sebagai akseptor KB vasektomi.
(19)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PROMOSI KESEHATAN
1. Sejarah Promosi Kesehatan
Di Indonesia sekitar tahun 1995 istilah penyuluhan kesehatan berubah menjadi promosi kesehatan. Perubahan itu dilakukan selain karena komitmen terhadap perkembangan dunia (health promotion) mulai dicetuskan di Ottawa pada tahun 1986 dikenal sebagai Ottawa Charter (Syafei, 2010, ¶ 7).
Sejak itu khususnya Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep promosi kesehatan tersebut serta aplikasinya di Indonesia. Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di indonesia tersebut dipicu oleh perkembangan dunia Internasional. Nama unit
Health Education di WHO baik di Hoodquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi unit Health Promotion. Nama organisasi profesi Internasional juga mengalami perubahan menjadi International Union For Health Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat (Wulandari, 2008, ¶ 1).
2. Defenisi Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah proses mengupayakan individu-individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam
(20)
mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya (Dinas Kesehatan, 2008, hal. 5).
Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dengan pembelajaran, yaitu upaya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan dalam bidang kesehatan (Syafrudin & Yudhia Fratidhina, 2009, hal. 3).
Batasan ini menekankan, bahwa promosi kesehatan adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh dalam konteks masyarakatnya. Bukan hanya perubahan perilaku, tetapi juga perubahan lingkungannya. Perubahan perilaku tanpa diikuti perubahan lingkungan tidak akan efektif, perilaku tersebut tidak akan bertahan lama (Notoatmodjo, 2005, hal. 25).
3. Tujuan Promosi Kesehatan
Tujuannya adalah tersosialisasinya program-program kesehatan, terwujudnya masyarakat yang berbudaya hidup bersih dan sehat, serta terwujudnya gerakan hidup sehat di masyarakat untuk menuju terwujudnya kabupaten/kota sehat, provinsi sehat dan Indonesia sehat 2010 (Syafrudin & Yudhia Fratidhina, 2009, hal. 5).
4. Metode dan Media Promosi Kesehatan
Metode dan media promosi kesehatan adalah suatu kombinasi antara cara-cara atau metode dan alat-alat bantu atau media yang digunakan dalam setiap pelaksanaan promosi kesehatan. Dengan kata lain, metode dan media
(21)
promosi kesehatan adalah dengan cara dan alat apa yang digunakan oleh pelaku promosi kesehatan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan atau mentransformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat (Notoatmodjo, 2005, hal. 40).
a. Metode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatan yang paling sering dilakukan oleh tenaga kesehatan di lapangan yaitu :
1) Ceramah
Ceramah adalah salah satu cara menerangkan atau menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok pendengar yang disertai diskusi dan tanya jawab, serta dibantu oleh beberapa alat peraga yang diperlukan.
2) Tanya jawab
Wawancara merupakan salah satu metode promosi kesehatan dengan jalan tanya jawab yang diarahkan kepada pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
3) Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu cara penyajian pengertian atau ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan atau menggunakan suatu prosedur. Penyajian ini disertai penggunaan alat peraga dan tanya jawab (Syafrudin & Yudhia Fratidhina, 2009, hal. 154).
b. Media promosi kesehatan
Beberapa alat peraga yang bias digunakan dalam promosi kesehatan adalah :
(22)
1) Papan tulis
2) Over Head Projektor (OHP) 3) Kertas flipchart dengan standarnya 4) Poster
5) Flash card 6) Flipchart 7) Model 8) Leaflet
9) Kartu konsultasi 10) Booklet
11) Poster-kaset 12) Video-film 13) Film
14) Slide (Syafrudin & Yudhia Fratidhina, 2009, hal. 161).
5. Lingkup Promosi Kesehatan Pada PUS/WUS Promosi kesehatan pada PUS/WUS adalah : a. Memberikan penyuluhan kontrasepsi
b. Merencanakan keluarga berencana
1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali
2) Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu :
a) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya
(23)
b) Kelebihan/keuntungannya c) Kekurangannya
d) Efek samping
e) Bagaimana menggunakan metode itu
f) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui
c. Jika seorang ibu/pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu atau pasangan itu dan untuk mengetahui apakah metode tersebut bekerja dengan baik (Syafrudin & Yudhia Fratidhina, 2009, hal. 33).
B. PENGETAHUAN
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2010, hal. 27).
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra seseorang (Nursalam & Efendi, 2008, hal. 213).
(24)
2. Tingkatan Pengetahuan
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni: a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari
(25)
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sisntesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat (Notoatmodjo, 2010, hal. 27).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
dengan menanyakan tentang materi yang akan diukur dari subjek penelitian. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain sebagai berikut :
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima informasi. Pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan rendah maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai yang baru diperkenalkan.
(26)
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
c. Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar dapat dikatagorikan menjadi empat, yaitu : perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Hal ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berfiki seseorang semakin matang dan dewasa.
d. Minat
Minat adalah suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu
hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. e. Pengalaman.
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecendrungan pengalaman yang kurang baik akan berusaha untuk dilupakan oleh seseorang. Namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
(27)
f. Kebudayaan lingkungan sekitar
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
g. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak, 2007, hal. 30).
4. Kategori Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu:
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100 % b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75 % c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai <55 %
(Machfoedz, 2009, hal. 128).
C. VASEKTOMI
1. Pengertian
Vasektomi adalah pemotongan vas deferens, yang merupakan saluran yang mengangkut sperma dari epididimis didalam testis ke vesikula seminalis. Dengan memotong vas deferens, sperma tidak mampu
(28)
diejakulasikan dan pria akan menjadi tidak subur setelah vas deferens bersih dari sperma, yang memakan waktu sekitar tiga bulan (Everett, 2007, hal. 70).
Kontrasepsi mantap pria/vasektomi/medis operatif pria (MOP) adalah suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang sangat singkat dan tidak memerlukan anastesi umum (Handayani, 2010, hal. 167).
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas deferens) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama. Vasektomi ini tidak sama dengan kebiri atau kastrasi yang megangkat buah pelir. Bekas operasi hanya berupa satu luka kecil ditengah atau diantara kiri dan kanan kantong zakar/buah pelir (Suratun, et al. 2008, hal. 110).
Gambar 2.1. Gambar vasektomi
2. Syarat
(29)
1) Bahwa disamping kontap masih ada berbagai cara KB lainnya
2) Bahwa cara kontap melalui pembedahan, dan karenanya selalu ada resiko
3) Bahwa cara kontap apabila berhasil tidak akan memberikan keturunan 4) Calon peserta diberi kesempatan berfikir dan mempertimbangkan
kembali keputusannya, tetapi tetap memutuskan untuk memilih kontap
b. Syarat bahagia
1) Perkawinan syah dan harmonis
2) Memiliki anak hidup sekurang-kurangnya dua orang dengan umur anak terkecil di atas 2 tahun. Keadaan fisik dan mental anak tersebut sehat
3) Mendapat persetujuan istri
4) Umur istri tidak kurang dari 25 tahun dan tidak lebih dari 45 tahun 5) Umur calon tidak kurang dari 30 tahun.
c. Syarat sehat
Syarat sehat dilakukan melalui pemeriksaan pra-bedah oleh dokter (Handayani, 2010, hal. 168).
3. Efektivitas
Vasektomi adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif. Angka kegagalan langsungnya adalah 1 dalam 1000, angka kegagalan lanjutnya adalah antara 1 dalam 3000 dan 1 dalam 7000 (Everett, 2007, hal. 70).
(30)
4. Keuntungan
a. Tidak akan mengganggu ereksi, potensi seksual dan produksi hormon b. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapat
digunakan seumur hidup
c. Tidak mengganggu kehidupan seksual suami istri d. Lebih aman (keluhan lebih sedikit)
e. Lebih praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan) f. Lebih efektif (tingkat kegagalannya sangat kecil)
g. Lebih ekonomis (hanya memerlukan biaya untuk sekali tindakan) h. Tidak ada mortalitas/kematian
i. Pasien tidak perlu dirawat dirumah sakit j. Tidak ada resiko kesehatan
k. Tidak harus diingat-ingat, tidak harus selalu ada persediaan l. Sifatnya permanen (Meilani, et al. 2010, hal. 162 ).
5. Kerugian
a. Diperlukan tindakan operatif
b. Kadang-kadang terjadi komplikasi seperti perdarahan atau infeksi
c. Tidak langsung memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa yang sudah ada dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusivas defrensia dikeluarkan
d. Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin bertambah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi (Pinem, 2009, hal. 297).
(31)
6. Indikasi
a. Harus secara sukarela b. Mendapat persetujuan istri c. Jumlah anak yang cukup
d. Mengetahui akibat- akibat vasektomi e. Umur calon tidak kurang dari dari 30 tahun
f. Pasangan suami istri telah mempunyai anak minimal 2 orang, dan anak paling kecil harus sudah berumur diatas 2 tahun (Suratun, et al. 2008, hal. 112).
7. Kontra Indikasi
a. Infeksi kulit lokal di daerah operasi b. Infeksi traktus genitalia
c. Kelainan skrotum dan sekitarnya seperti : hidrokel atau varikokel yang besar, hernia inguinalis, filariasis undesensus (elephantiasis), luka parut bekas operasi hernia, skrotum yang sangat tebal, massa intraskrotalis d. Penyakit sistemik yang mengganggu kondisi kesehatan klien seperti
penyakit jantung koroner yang baru, diabetes mellitus, penyakit-penyakit perdarahan (Pinem, 2009, hal. 298).
8. Persiapan Pre-operatif
a. Jelaskan secara lengkap mengenai tindakan vasektomi termasuk mekanisme dalam mencegah kehamilan dan efek samping yang mungkin terjadi
(32)
b. Berikan nasehat untuk perawatan luka bekas pembedahan kemana minta pertolongan bila terjadi kelainan atau keluhan sebelum waktu control c. Berikan nasehat tentang cara menggunakan obat yang diberikan sesudah
tindakan pembedahan
d. Klien dianjurkan membawa celana khusus untuk menyangga skrotum e. Anjurkan calon peserta puasa sebelum operasi sekurang-kurangnya 2 jam
sebelum operasi
f. Datang ke klinik dengan diantar anggota keluarga atau teman yang teman yang telah dewasa
g. Rambut pubis yang cukup panjang digunting pendek dan dibersihkan dengan sabun dan air serta dilanjutkan dengan cairan antiseptik (suratun, et al. 2008, hal. 114).
9. Pelaksanaan Pelayanan a. Tempat Pelayanan
Vasektomi dapat dilakukan di fasilitas kesehatan umum yang mempunyai ruang tindakan untuk bedah minor, ruangan tersebut sebaiknya:
1) Mendapat penerangan yang cukup
2) Lantainya terbuat dari semen atau keramik agar mudah dibersihkan, bebas debu dan serangga
3) Sedapat mungkin dilengkapi dengan alat pengatur suhu ruangan/air condition. Bila tidak memungkinkan, ventilasi ruangan harus sebaik mungkin dan apabila jendela dibuka, tirai harus terpasang baik dan kuat (Saifuddin, 2006, hal. PK-83).
(33)
b. Persiapan petugas
1) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih selama 10 menit atau bahan antiseptik selama 2 menit
2) Memakai baju yang bersih (baju operasi), tutup kepala, tutup mulut dan hidung (Handayani, 2010, hal. 171).
c. Pra - Operasi
1) Anamnesis dan lakukan informed consent a) Anamnesis
(1) Identitas calon peserta serta pasangannya (2) Umur peserta
(3) Jumlah anak hidup dan umur anak terkecil yang ada
(4) Metode kontrasepsi yang pernah digunakan istri serta metoda kontrasepsi yang saat ini digunakannya
(5) Riwayat penyakit yang pernah diderita
(6) Perilaku seksual calon peserta dan pasangannya
(7) Adakah pengalaman perdarahan yang terlalu lama apabila luka (Suratun, 2008, hal. 113).
b) Informed consent
Klien harus diberi informasi bahwa prosedur vasektomi tidak mengganggu hormon pria atau menyebabkan perubahan kemampuan atau kepuasan seksual (Saifuddin, 2006, hal. MK-86). 2) Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan fisik dengan lengkap termasuk tanda vital, kardiovaskuler, paru-paru dan ginjal serta genitalia. Apabila
(34)
ditemukan keadaan yang abnormal lakukan rujukan sesuai dengan keluhan dan kelainan yang ditemukan (Suratun, et al. 2008, hal. 113). 3) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan urin lengkap (minimal protein dan reduksi)
b) Pemeriksaan darah lengkap minimal hemoglobin, lekosit, blooding time dan closing time (Suratun, et al. 2008, hal. 114). 4) Persiapan Klien
a) Klien sebaiknya mandi serta menggunakan pakaian yang bersih dan longgar sebelum mengunjungi klinik. Bila klien tidak cukup waktu untuk mandi, klien dianjurkan untuk membersihkan daerah skrotum dan inguinal/lipat paha sebelum masuk ke ruang tindakan b) Klien dianjurkan untuk membawa celana khusus untuk
menyangga skrotum
c) Rambut pubis cukup digunting pendek bila menutupi daerah operasi
d) Cuci/bersihkan daerah operasi dengan sabun dan air kemudian ulangi sekali lagi dengan larutan antiseptik atau langsung diberi antiseptik (povidon iodin)
e) Bila dipergunakan larutan povidon Iodin seperti Betadin, tunggu 1 atau 2 menit hingga yodium bebas yang terlepas dapat membunuh mikroorganisme (saifuddin, 2006, hal. PK-84).
5) Anastesi lokal
a) Dipakai karena murah dan lebih aman, misalnya lidocain 1-2 % sebanyak 1-5 cc atau sejenis
(35)
b) Kadang-kadang dicampur dengan adrenalin, untuk mengurangi perdarahan. IPPF tidak menganjurkan kombinasi tersebut karena adrenalin dapat menyebabkan iskemia dan rasa sakit post-operatif yang berkepanjangan. Penyuntikan steroid untuk mencegah pembengkakan post-operatif juga tidak dianjurkan
c) Jangan menyuntikan anastesi lokal langsung kedalam vas deferens, kerena mungkin dapat merusak plexus pampiniform d) Bila calon akseptor mengalami rasa takut atau gelisah, dapat
diberikan tranquilizer atau sedative, per oral atau suntikan
Anastesi umum mungkin perlu dipertimbangkan pada kasus-kasus khusus
a) Adanya luka parut daerah iguinal atau skrotum yang sangat tebal b) Kelainan intra-skrotal seperti hydrocele, varicocele
c) Alergi terhadap anastesi local (Handayani, 2006, hal. 171). d. Prosedur kontap pria
1) Identifikasi dan isolasi vas deferens
2) Kedua vas deferens merupakan struktur paling padat di daerah mid-scrotum, tidak berpulsasi (berbeda dengan pembuluh darah)
3) Kesukaran kadang-kadang terjadi dalam identifikasi dan isolasi vas deferens seperti pada keadaan-keadaan :
a) Kulit skrotum tebal
b) Vas deferens yang sangat tipis c) Spermatic cord tebal
d) Testis yang turun
(36)
4) Kedua vas deferens harus didentifikasi sebelum meneruskan prosedur kontapnya
5) Dilakukan immobilisasi vas deferens diantara ibu jari dan jari telunjuk atau dengan memakai klem (doek-klem atau klem lainnya)
6) Dilakukan penyuntikan anastesi lokal 7) Insisi skrotum
a) Vas deferens yang telah di-immobilisasi di depan skrotum hanya ditutupi oleh otot dartos dan kulit skrotum
b) Insisi, horizontal atau vertikal, dapat dilakukan dengan cara : (1) Tunggal, di garis tengah (srotal raphe)
(2) Dua insisi, satu insisi di atas masing-masing vas deferens 8) Memisahkan lapisan-lapisan superficial dari jaringan-jaringan
sehingga vas deferens dapat di isolasi 9) Oklusi vas deferens
a) Umumnya dilakukan pemotongan/reseksi suatu segmen dari kedua vas deferens (1-3 cm), yang harus dilakukan jauh dari epididimis
b) Ujung-ujung vas deferens setelah dipotong dapat ditutup dengan : (1) Dapat dengan chromic catgut
(2) Dapat pula dengan benang yang tidak dapat diserap (silk), tetapi kadang-kadang dapat menyebabkan iritasi jaringan atau granuloma
(3) Ligasi tidak boleh dilakukan terlalu kuat sampai memotong vas deferens, karena dapat menyebabkan spermatozoa merembes ke jaringan sekitarnya dan terjadi granuloma
(37)
(4) Untuk mencegah kedua ujung vas deferens agar tidakmenyambung kembali (rekanalisasi), ujung vas deferens dapat dilipat kebelakang lalu diikatkan/dijahitkan pada diri sendiri, atau fascia dari vas deferens dapt ditutup di atas satu ujung sehingga terdapat suatu barier dari jaringan fascia atau ujung vas deferens ditanamkan ke dalam jaringan fascia
c) Jika tidak menggunakan ligasi dapat dilakukan dengan Elektro-koagulasi/Thermo-koagulasi
d) Atau juga dengan clips
e) Masih dalam vase eksperimental f) Keuntungan :
(1) Lebih cepat dibandingkan ligasi
(2) Lebih mudah memperhitungkan tekanan yang diperlukan untuk apliksi clips dibandingkan dengan ligasi
(3) Tentalum, bahan clips, tidak diserap dan biologis inert (4) Potensi reversibilitas besar
g) Umumnya dipasang 2-3 clips pada masing-masing vas deferens (Handayani, 2010, hal. 173 ).
10) Penutupan luka insisi
a) Dilakukan dengan catgut, yang kelak akan diserap
b) Pada insisi 1 cm atau kurang, tidak diperlukan jahitan catgut, cukup ditutup dengan plester saja (Handayani, 2010, hal. 174). e. Pencegahan Infeksi
(38)
a) Cuci dan gosok skrotum, penis dan daerah pubis dengan sabun dan bilas dengan air yang bersih. Setelah itu, oleskan cairan antiseptik pada daerah operasi
b) Operator mencuci tangan dengan larutan antiseptik dan membilasnya dengan air yang bersih
2) Selama tindakan
a) Gunakan instrumen yang telah disterilisasikan atau disinfeksi tingkat tinggi, termasuk sarung tangan dan kain penutup
b) Lakukan dengan tingkat keterampilan yang tinggi sehingga akan sangat mengurangi risiko perdarahan dan infeksi
3) Setelah tindakan
a) Sementara masih menggunakan sarung tangan operator, membuang bahan-bahan yang terkontaminasi (kapas, kain kasa atau bahan lainnya) ke dalam wadah atau kantong plastik yang tertutup rapat
b) Lakukan tindakan dekontaminasi dengan larutan klorin 0,5 % pada instrumen atau alat yang masih akan digunakan lagi, baik sementara dalam ruangan tindakan maupun sebelum dilakukan pencucian
c) Lakukan dekontaminasi pada meja operasi, meja instrumen, lampu dan benda/perlengkapan lain yang mungkin terkontaminasi selama tindakan berlangsung
d) Cuci tangan setelah melepas sarung tangan (saifuddin, 2006, hal. PK-84).
(39)
10.Jenis Tindakan Vasektomi a. Teknik vasektomi standar
1) Langkah 1 : Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi telentang
2) Langkah 2 : Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti larutan iodofor (betadine) 0.75% atau larutan klorheksidin (hibiscrub) 4%. Bila ada bulu perlu dicukur terlebih dahulu, sebaiknya dilakukan oleh pasien sendiri sebelum berangkat ke klinik
3) Langkah 3 : Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan keluar
4) Langkah 4 : Tepat di linea mediana di atas vas deferens, kulit skrotum diberi anastesi local (Prokain atau Xilokain 1%) 0,5ml, lalu jarum diteruskan masuk dan didaerah distal proksimal vas deferens dideponir lagi masing-masing 0,5ml
5) Langkah 5 : Kulit skrotum diiris longitudinal 1 sampai 2 cm, tepat diatas vas deferens yang telah ditonjolkan kepermukaan kulit
6) Langkah 6 : Setelah kulit dibuka, vas deferens dipegang dengan klem, disiangi tampak vas deferens mengkilat seperti mutiara, perdarahan dirawat dengan cermat. Sebaiknya ditambah lagi obat anastesi kedalam fasia disayat longitudinal sepanjang 0,5 cm
7) Langkah 7 : Jepitlah vas deferens dengan klem pada dua tempat dengan jarak 1-2 cm dan ikat dengan benang kedua ujungnya. Setelah diikat jangan dipotong dulu. Tariklah benang yang mengikat kedua
(40)
ujung vas deferens tersebut untuk melihat kalau ada perdarahan yang tersembunyi. Jepitan hanya pada titik perdarahan, jangan terlalu banyak, karena dapat menjepit pembuluh darah lain seperti arteri testikularis atau deferensialis yang berakibat kematian testis itu sendiri
8) Langkah 8 : Potonglah diantara dua ikatan tersebut sepanjang 1 cm. Gunakan benang sutera no.000 atau 1 untuk mengikat vas deferens tersebut. Ikatan tidak boleh terlalu longgar tetapi juga jangan terlalu keras karena dapat memotong vas deferens
9) Langkah 9 : Untuk mencegah rekanalisasi spontan yang dianjurkan adalah dengan melakukan interposisi fasia vas deferens, yakni menjahit kembali fasia yang terluka sedemikian rupa, vas deferens bagian distal (sebelah ureteral) dibenamkan dalam fasia dan vas deferens bagian proksimal (sebelah testis) terletak diluar fasia. Cara ini mencegah timbulnya kemungkinan rekanalisasi
10)Langkah 10 : Lakukanlah tindakan diatas (langkah 6-9) untuk vas deferens kanan dan kiri yang setelah selesai, tutuplah kulit dengan 1-2 jahitan plain catgut No.000 kemudian rawat luka operasi sebagaimana mestinya, tutup dengan kasa steril dan diplester (Handayani, 2010, hal. 176).
b. Teknik vasektomi tanpa pisau
1) Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi telentang 2) Rambut di daerah skrotum dicukur sampai bersih
(41)
4) Daerah kulit skrotum , penis, supra pubis dan bagian dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti larutan iodofor (Betadine) atau larutan klorheksidin (Hibis crub)4%
5) Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril berlubang pada tempat skrotum yang ditonjolkan keluar
6) Tepat di linea mediana di atas vas deferens, kulit skrotum diberi anastesi local (Prokain atau Novokain atau Xilokain 1%) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk sejajar vas deferens ke arah distal, kemudian dideponir lagi masing-masing 3-4 ml, prosedur ini dilakukan sebelah kanan dan kiri
7) Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan difiksasi dalam lingkaran klem fiksasi pada garis tengah skrotum. Kemudian klem direbahkan kebawah sehingga vas deferens mengarah kebawah kulit 8) Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol dari vas deferens, tepat
di sebelah distal lingkaran klem dengan sebelah ujung klem diseksi dengan membentuk sudut ±45 derajat. Sewaktu memasukkan vas deferens sebaiknya sampai kena vas deferens, kemudian klem diseksi kemudian ditarik, tutupkan ujung – ujung klem dimasukkan kembali dalam lobang tusukan, searah jalannya vas deferens
9) Renggangkan ujung klem pelan – pelan. Semua lapisan jaringan dari kulit sampai dinding vas deferens akan dapat dipisahkan dalam satu gerakan. Setelah itu dinding vas deferens yang telah telanjang dapat terlihat
(42)
10)Dengan ujung klem yang diseksi menghadap ke bawah, tusukkan salah satu ujung klem ke dinding vas deferens, dan ujung klem diputar menuju arah jarum jam, sehingga ujung klem menghadap ke atas. Ujung klem pelan – pelan dirapatkan dan pegang dinding anterior vas deferens. Lepaskan klem fiksasi dari kulit dan pindahkan untuk memegang vas deferens telah terbuka. Pegang dan fiksasi vas deferens yang sudah telanjang dengan klem fiksasi lepaskan klem yang diseksi
11)Pada tempat vas deferens yang melengkung, jaringan sekitarnya dipisahkan pelan – pelan bawah dengan klem diseksi. Kalau lobang telah cukup luas, lalu klem diseksi dimasukkan ke lobang tersebut. Kemudian buka ujung – ujung klem pelan – pelan paralel dengan arah vas deferens yang diangkat. Diperlukan kira – kira 2 cm vas deferens yang bebas. Vas deferens di-crush secara lunak dengan klem seksi, sebelum dilakukan ligasi dengan benang sutera 3 – 0
12)Diantara dua ligasi kira – kira 1 – 1,5 cm vas deferens dipotong dan diangkat. Benang pada putung distal sementara tidak dipotong. Control perdarahan dan kembalikan putung – putung vas deferens dalam skrotum
13)Tarik pelan – pelan benang pada putung yang distal. Pegang secara halus fasia vas deferens dengan klem diseksi dan tutup lobang fasia dengan mengikat sedemikian rupa sehingga putung bagian epididimis tertutup dan putung distal ada diluar fasia. Apabila tidak ada perdarahan pada keadaan vas deferens tidak tegang, maka benang
(43)
yang terakhir dapat dipotong dan vas deferens dikembalikan dalam skrotum
14)Lakukanlah tindakan diatas untuk vas deferens sebelah yang lain, melalui luka di garis tengah yang sama. Kalau tidak ada perdarahan, luka kulit tidak perlu dijahit hanya diaproksimasikan dengan Band aid atau tensoplas (Saifuddin, 2006, hal. PK-91).
11.Perawatan Post Operatif a. Istirahat secukupnya
b. 1 hari setelah operatif, tidak bekerja berat, kemudian secara bertahap boleh bekerja seperti biasa
c. Perawatan luka, bekas luka operasi harus selalu bersih dan kering
d. Kalau ada keluhan, muntah yang hebat, nyeri perut, sesak nafas, perdarahan, demam, segera kembali ke fasilitas pelayanan terdekat
e. Persetubuhan boleh dilakukan setelah 1 minggu (setelah luka kering) f. Tidak ada pantangan makanan
Kontrol untuk pemeriksaan diri setelah 1 mingu, 1 bulan, 3 bulan dan setahun (Meilani, et al. 2010, hal. 166).
12.Kemungkinan Penyulit dan Cara Mengatasinya a. Perdarahan
Apabila perdarahan sedikit, cukup dengan pengamatan saja, bila banyak, hendaknya dirujuk segera ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap. Di sini akan dilakukan operasi kembali dengan anastesi umum, membuka luka, mengeluarkan bekuan-bekuan darah dan kemudian
(44)
mencari sumber perdarahan serta menjepit dan mengikatnya. Setiap keluhan pembengkakan isi skrotum pascavasektomi hendaknya dicurigai sebagai perdarahan dan lakukan pemeriksaan yang seksama. Bekuan darah didalam skrotum yang tidak dikeluarkan akan mengundang kuman-kuman dan menimbulkan infeksi.
b. Hematoma
Biasanya terjadi bila daerah skrotum diberi beban yang berlebihan, misal naik sepeda. Duduk terlalu lama dalam kendaraan dengan jalanan yang rusak dan sebagainya.
c. Infeksi
Infeksi pada kulit skrotum cukup dengan mengobati menurut prinsip pengobatan luka kulit. Apabila basah, dengan kompres (dengan zat yang tidak merangsang). Apabila kering dengan menggunakan salep antibiotika. Apabila terjadi infiltrat di dalam kulit skrotum di tempat vasektomi sebaiknya segera dirujuk ke rumah sakit. Di sini pasien akan diistirahatkan dengan berbaring, kompres es, pemberian antibiotika, dan pengamatan apabila infiltrate menjadi abses. Mungkin juga terjadi epididimtis, orkitis atau epididimiorkitis. Dalam keadaan seperti ini segera dirujuk, di sini akan dilakukan istirahat baring, kompres es, pemberian antibiotika, dan analgetik.
d. Granuloma Sperma
Dapat terjadi pada ujung proksimal vas atau pada epididimis. Gejalanya merupakan benjolan kenyal dan kadang – kadang keluhan nyeri. Granuloma sperma dapat terjadi 1-2 minggu setelah vasektomi.
(45)
Pada keadaan ini dilakukan eksisi granuloma dan mengikat kembali vas deferens. Terjadi pada 0,1-30% kasus
e. Antibodi Sperma
Separuh sampai dua pertiga akseptor vasektomi akan membentuk antibodi terhadap sperma. Sampai kini tidak pernah terbukti ada penyulit yang disebabkan adanya antibodi tersebut (saifuddin, 2006, hal. PK-95). f. Kegagalan masih mungkin dijumpai.
Vasektomi dianggap gagal bila :
1) Pada analisa sperma setelah tiga bulan pasca vasektomi atau 10-15 kali ejakulasi masih dijumpai spermatozoa
2) Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma 3) Istri/pasangan hamil (Suratun, 2008, hal. 116).
13.Nasehat Sebelum Pulang
Sebelum pulang berikan nasehat sebagai berikut :
a. Perawatan luka, diusahakan agar tetap kering dan jangan sampai sebelum sembuh, karena dapat mengakibatkan infeksi. Pakailah celana dalam yang bersih.
b. Segera kembali ke rumah sakit apabila terjadi perdarahan, badan panas, nyeri yang hebat, pusing, muntah atau sesak napas.
c. Memakan obat yang diberikan yaitu antibiotika profilaktik dan analgetika seperlunya. Jangan bekerja berat/naik sepeda.
d. Setelah divasektomi tetap diperbolehkan, bahkan dianjurkan untuk melakukan hubungan seksual dengan istri, namun harus diingat bahwa di dalam saluran mani (pipa - pipa) vas deferens masih terdapat sisa – sisa
(46)
sperma (bibit), sehingga selama masih ada sisa sperma, sebaiknya suami dan istri tetap menggunakan alat pencegah kehamilan. Untuk itu kepada suami diberikan 15 kondom, guna menghindari kehamilan, petugas akan memberi contoh cara pemakaiannya. Setelah air mani keluar 15 kali atau setelah jangka waktu 3 bulan, maka suami diminta memeriksa air maninya dengan maksud meyakinkan bahwa air mani tersebut tidak mengandung bibit-bibit (spermatozoa) lagi. Untuk keperluan ini, suami diminta menyediakan air mani di dalam botol bersih atau air mani yang ada di dalam kondom dan memeriksanya di laboratorium. Bila sudah pernyataan dari laboratorium bahwa air mani suami tidak mengandung bibit lagi, barulah ia boleh bersenggama tanpa alat pencegah apapun lebih baik bila ia memeriksakan air mani untuk kedua kalinya (Saifuddin, 2006, hal. PK-96).
14.Kunjungan ulang
Kunjungan ulang dilakukan dengan jadwal sebagai berikut : a. Seminggu sampai dua minggu setelah pembedahan
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut :
1) Anamnesis meliputi keadaan kesehatan umum, adanya demam, rasa nyeri, perdarahan dari bekas operasi, atau alat kelamin
2) Pemeriksaan fisik dengan melakukan pemeriksaan umum dan alat genetalia
b. Sebulan setelah operasi
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut:
(47)
2) Pemeriksaan fisik dengan melakukan pemeriksaan fisik umum dan alat genitalia
c. Tiga bulan dan setahun setelah operasi
Lakukanlah anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut :
1) Anamnesis meliputi keadaan kesehatan umum, sanggama, sikap terhadap kontrasepsi mantap, dan keadaan kejiwaan si akseptor
2) Pemeriksaan fisik dengan melakukan pemeriksaan kesehatan umum 3) Lakukan analisa sperma setelah 3 bulan pascavasektomi atau 10 – 12
kali ejakulasi untuk menilai hasil pembedahan (saifuddin, 2006, hal. PK-97).
(48)
BAB III
KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah abstraks dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti
maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2008, hal. 55).
Adapun variabel - variabel yang akan diteliti dalam dalam penelitian ini dapat
dilihat pada bagan sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 3.1. Kerangka Konsep
B. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu,
ada pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan suami tentang vasektomi.
C. Defenisi Operasional
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
(49)
No Variabel Penelitian
Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Independen :
Promosi Kesehatan
Kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kepada seseorang tentang vasektomi
- - - -
2 Dependen : Pengetahuan
Hal yang di ketahui responden mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan Vasektomi
Kuesioner Menghitung pilihan jawaban responden pada kuesioner dengan kriteria :
Benar = nilai 1 Salah= nilai 0
1. Baik, jika benar 76-100% dari 15 pertanyaan (12-15 soal) 2. Cukup, jika benar
56-75% dari 15 pertanyaan (9-11 soal)
3. Kurang, jika benar <55% dari 15 pertanyaan (<8 soal)
Ordinal
3 Umur Umur suami saat pengumpulan data tentang vasektomi
Kuesioner wawancara 1= 31-35 tahun 2= 36-40 tahun 3= 41-45 tahun
Interval
4 Jumlah Anak Jumlah anak yang dimiliki suami/istri dalam keluarga
Kuesioner wawancara 1= 2 anak 2= 3-4 anak 3= >4 anak
Interval
5 pendidikan Jenjang dari tingkat yang rendah ketingkat yang tinggi untuk menyelesaikan suatu pendidikan
Kuesioner wawancara 1= SD 2= SMP 3= SMA 4= Perguruan Tinggi
Ordinal
6 Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan setiap hari untuk
kehidupannya
Kuesioner wawancara 1= Wiraswasta 2= Petani 3= PNS 4= Karyawan 5= Lain-lain Nominal BAB IV METODE PENELITIAN
(50)
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan one group pretest-posttest. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan suami tentang vasektomi sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan.
Desain ini digambarkan dengan pola :
01 X 02 Skema 4.1. Desain Penelitian Keterangan :
01 : Pretest
02 : Posttest
X : Perlakuan
B. Populasi dan Sampel 1.Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010, hal. 115). Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan usia subur / suami yang berusia 30 tahun keatas. Dari survei awal pada bulan oktober 2011, data pasangan usia subur di Desa Kedai Durian wilayah Kerja Puskesmas delitua sebanyak 347 pasang.
(51)
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010, hal. 68). Sampel yang diambil dengan mempergunakan teknik Cluster random sampling yaitu proses penarikan sampel secara acak pada kelompok individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah, misalnya berdasarkan wilayah (kodya, kecamatan, kelurahan, dan sebagainya ) (Sastroasmoro & Sofyan, 2008, hal. 74). Pengambilan sampel secara kelompok atau gugus (Cluster random Sampling) dengan menggunakan rumus :
n = N x 20% (Notoadmodjo, 2010, hal. 123). keterangan :
n= jumlah sampel N= jumlah populasi
Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 70 orang.
C. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Kedai Durian Wilayah Kerja Puskesmas Delitua, Kabupaten Deli Serdang.
D. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2012.
(52)
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat surat izin penelitian dari pendidikan peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kepala Dinas Kesehatan Deli Serdang Lubuk Pakam, dan izin dari Kepala Puskesmas Delitua Kecamatan Delitua.
Kemudian peneliti menemui responden setelah responden mengerti dan memahami maksud dan tujuan penelitian yaitu bahwa data-data yang diperoleh dari responden semata-mata digunakan demi perkembangan ilmu pengetahuan, maka secara sukarela responden menandatangani lembar persetujuan dan pengisian kuesioner. dan membagikan kuesioner serta menjelaskan bahwa responden dapat mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa ada tekanan ataupun paksaan. Peneliti menghormati hak responden untuk menjaga kerahasiaan, maka kuesioner yang diberikan kepada responden diberi kode tanpa mencantumkan nama responden. Dalam membagikan kuesioner peneliti mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner.
F. Instrument Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan instrumen berupa kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep yang berisi:
a. Kuesioner yang berisi data demografi berisi umur, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anak.
(53)
b. Kuesioner berisi pertanyaan-petanyaan penelitian tentang pengetahuan. Pertanyaan pengetahuan berjumlah 15 soal. Untuk mengukur pengetahuan suami tentang vasektomi, membuat pertanyaan tertutup dengan pilihan a, b, c. Dimana responden akan diberi nilai jawaban jika nilai 1 untuk jawaban benar, nilai 0 untuk jawaban salah dan skor maksimum 15 ( untuk setiap jawaban benar dikali 1), skor minimum 0 ( untuk setiap jawaban salah dikali nol). Sehingga total skor yang diperoleh pengetahuan suami tentang vasektomi dimasukkan dalam kategori baik apabila pertanyaan dapat dijawab benar 76-100% (skor diperoleh 12-15), cukup apabila pertanyaan dapat dijawab benar 56-75% (skor diperoleh 9-11), kurang apabila pertanyaan dapat dijawab benar < 55% (skor diperoleh <8).
G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1.Uji Validitas
Uji validitas adalah kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang harus diukur. Validitas berasal dari kata validity yang artinya ketepatan atau kecermatan instrumen untuk mengukur apa yang hendak diukur dalam penelitian. Uji validitas dilakukan dengan content validity kepada dr Melvin Barus, SpOG.
2.Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2008, hal. 104). Setelah pertanyaan dinyatakan valid, analisa selanjutnya adalah uji reliabilitas yang dilakukan dengan
(54)
menggunakan Alpha Cronbach. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai Alpha. Dengan ketentuan bila nilai r Alpha > konstanta (0,6) maka instrumen tersebut reliabel (Riyanto. 2009). Uji reliabilitas dilakukan pada 20 orang sampel yang mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel penelitian. Untuk variabel pengetahuan didapat nilai cronbach’s alfa
0,720.
H. Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang. Setelah mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data pada PUS yang berusia 30 tahun keatas sesuai kriteria penelitian. Peneliti menemui responden di tempat penelitian.
Pada saat penelitian, peneliti terlebih dahulu memberikan penjelasan tentang tujuan, proses dan manfaat penelitian. Jika mereka setuju menjadi responden, responden menandatangani surat persetujuan. Kemudian peneliti memberikan instrumen untuk mengumpulkan data yaitu berupa kuesioner demografi dan kuisioner pertanyaan tentang pengetahuan suami tentang vasektomi. Selanjutnya peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner tersebut. Agar pengumpulan data dapat berjalan dengan cermat dan teliti, peneliti mengawasi atau mendampingi responden saat mengisi kuesioner.
(55)
I. Analisa Data 1. Pengolahan data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data, proses pengolahan data penelitian dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Editing
Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data terkumpul.
b. Coding
Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.
c. Tabulating
Merupakan pengolahan data yang telah didapatkan. Dalam pengolahan data ini disusun dan ditampilkan ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
d. Data Entry
Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer (Hidayat, 2010, hal. 121).
2. Analisis data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis terhadap tiap variabel dari hasil penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010, hal. 182).
(56)
Data yang bersifat kategori dicari frekuensinya yakni data demografi suami/PUS meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anak. Sedangkan data yang bersifat numerik dicari mean, dan standar deviasinya melalui statistik deskriptif. Hasil data dibuat dalam bentuk tabel.
b. Analisis bivariat
Analisis Bivariat yaitu menganalisis variabel-variabel penelitian guna menguji hipotesis penelitian serta untuk melihat gambaran hubungan antara variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010, hal. 183).
Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan suami tentang vasektomi. Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian dilakukan dengan uji wilcoxon ranks karena setelah dilakukan uji normalitas kolmogorov-smirnova ternyata data tidak berdistribusi normal. Taraf signifikan (α = 0.05), pedoman dalam menerima hipotesis : jika data nilai (p) < 0.05 maka H0 ditolak dan apabila nilai (p) > 0,05 maka H0 gagal ditolak.
(57)
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Dari penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Analisis Univariat
a. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Di Desa Kedai Durian Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
Hasil penelitian distribusi responden berdasarkan karakteristik data demografi, didapatkan mayoritas umur responden 31-35 tahun sebanyak 28 orang (40%), pendidikan SLTA sebanyak 42 orang (60%), pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 52 orang (74,3%), memiliki jumlah anak 3-4 sebanyak 31 orang (3-43-4,3%), hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini :
(58)
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Di Desa Kedai Durian Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2012
Karakteristik Frekuensi %
Umur
31-35 28 40
36-40 26 37,1
41-45 16 22,9
Jumlah 70 100
Pendidikan
SD 6 8,6
SLTP 19 27,1
SLTA 42 60
PT 3 4,3
Jumlah 70 100
Pekerjaan
PNS 1 1,4
Petani 1 1,4
Karyawan 16 22,9
Wiraswasta 52 74,3
Jumlah 70 100
Jumlah Anak 2 3-4 >4 Jumlah 29 31 10 70 41,4 44,3 14,3 100
b. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Suami Sebelum Diberikan Promosi Kesehatan tentang Vasektomi
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan suami tentang vasektomi mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 29 orang (41,4%) dan minoritas berpengetahuan cukup sebanyak 13 orang (18,6%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini :
(59)
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Suami Sebelum Diberikan Promosi Kesehatan tentang Vasektomi Di Desa Kedai Durian Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
Pengetahuan F %
Baik 28 40
Cukup 13 18,6
Kurang 29 41,4
Total 70 100
c. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Suami Sesudah Diberikan Promosi Kesehatan tentang Vasektomi
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan suami tentang vasektomi mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 53 orang (75,7%) dan minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 8 orang (11,4%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini :
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Suami Sesudah Diberikan Promosi Kesehatan tentang Vasektomi Di Desa Kedai Durian Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
Pengetahuan F %
Baik 53 75,7
Cukup 9 12,9
Kurang 8 11,4
Total 70 100
2. Analisis Bivariat
a. Pengetahuan Suami Sebelum dan Sesudah Diberikan Promosi Kesehatan Tentang Vasektomi
Hasil penelitian diperoleh rata-rata pengetahuan suami sebelum diberikan promosi kesehatan adalah 2,01 dengan standar deviasi 0,909. Rata-rata pengetahuan suami sesudah diberikan promosi kesehatan 1,36 dengan standar deviasi 0,682. Beda mean 0,65 diperoleh Pvalue 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan pengetahuan
(60)
suami sebelum dan sesudah dberikan promosi kesehatan. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini :
Tabel 5.4
Pengetahuan Suami Sebelum dan Sesudah Diberikan Promosi Kesehatan tentang Vasektomi Di Desa Kedai Durian Wilayah Kerja Puskesmas
Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
B. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan suami tentang vasektomi sebelum diberikan promosi kesehatan mayoritas berpengetahuan kurang, sedangkan pengetahuan suami tentang vasektomi sesudah diberikan promosi kesehatan mayoritas berpengetahuan baik.
Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan sesudah mendapatkan promosi kesehatan. Keadaan ini menggambarkan bahwa promosi kesehatan merupakan sesuatu kegiatan yang dapat mempengaruhi perubahan pengetahuan. Dengan diberikan promosi kesehatan, maka responden mendapat pembelajaran yang menghasilkan suatu perubahan dari semula yang belum diketahui menjadi tahu, yang dahulu belum belum dimengerti menjadi mengerti.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Handayani (2010), dikemukakan bahwa ada peningkatan pengetahuan suami yang signifikan sesudah diberikan promosi kesehatan tentang vasektomi.
Variabel Mean SD Beda Mean Pvalue N
Pengetahuan sebelum diberikan promosi kesehatan
2,01 0,909
0,65 0,000 70
Pengetahuan sesudah diberikan promosi kesehatan
(61)
Promosi kesehatan merupakan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran, disamping pengetahuan, sikap dan perbuatan. Oleh karena itu, diperlukan upaya penyediaan dan penyampaian informasi yang merupakan bidang garapan promosi kesehatan yaitu memberikan penerangan dan informasi (maulana, 2007, hal 44). Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2010, hal 27).
Hal ini sesuai dengan tujuan akhir promosi kesehatan agar masyarakat dapat mengetahui dan melaksanakan perilaku hidup sehat. Perubahan perilaku tersebut dapat berupa pengetahuan, sikap, tindakan, maupun kombinasi dari ketiga komponen tersebut (Notoatmodjo, 2005, hal 31).
Metode dan media promosi kesehatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ceramah dengan media leaflet. Metode dan media promosi kesehatan adalah suatu kombinasi antara cara-cara atau metode dan alat-alat bantu atau media yang digunakan dalam setiap pelaksanaan promosi kesehatan. Dengan kata lain, metode dan media promosi kesehatan adalah dengan cara dan alat apa yang digunakan oleh pelaku promosi kesehatan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan atau mentransformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat (Notoatmodjo, 2005, hal. 40).
Ceramah adalah salah satu cara menerangkan atau menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok pendengar yang disertai diskusi dan tanya jawab, serta dibantu oleh beberapa alat peraga yang diperlukan (Syafrudin & Yudhia Fratidhina, 2009, hal. 154).
Leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khusus untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu untuk mengingatkan
(62)
kembali tentang hal-hal yang pernah diajarkan atau diceramahkan (Syafrudin & Yudhia Fratidhina, 2009, hal. 166).
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas deferens) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama (Suratun, et al. 2008, hal. 110).
(63)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengetahuan suami sebelum diberikan promosi kesehatan tentang vasektomi mayoritas berpengetahuan kurang
2. Pengetahuan suami sesudah diberikan promosi kesehatan tentang vasektomi mayoritas berpengetahuan baik
3. Ada pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan suami sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan
B. Saran
1. Bagi Praktek Kebidanan
Diharapkan kepada pemberi pelayanan kebidanan agar dapat memberikan promosi kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
2. Bagi Pendidikan Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan di integrasikan dalam mata kuliah asuhan keluarga berencana sebagai pengembangan ilmu.
3. Bagi Penelitian Kebidanan
Diharapkan pada peneliti selanjutnya, agar mengembangkan penelitian tentang pengaruh promosi kesehatan terhadap perilaku suami tentang vasektomi
(64)
DAFTAR PUSTAKA
Alwie, T. R. (2011). Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Alat Kontrasepsi
Terhadap Kesehatan Masyarakat Di Desa Air Dingin Kabupaten Kaur. Diakses
tanggal 15/11/2011, from
Bappenas, (2010). Laporan Akhir Evaluasi Pelayanan Keluarga Berencana Bagi Masyarakat Miskin (Keluarga Prasejahtera/KPS dan Keluarga Sejahtera-I/KS-I). Direktorat kependudukan, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak kedeputian sumber daya manusia dan kebudayaan
BKKBN. (2001). Program KB di Indonesia. Di akses tanggal 15/11/2011, from
BKKBN. (2008). Program KB di Indonesia. Di akses tanggal 15/11/2011, from
http:
Handayani, Tri. (2010). Pengaruh Pendidikan kesehatan KB Vasektomi terhadap Pengetahuan Suami di Desa Socokangsi Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
http:
Depkes RI. (2008). Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta
Dinas Kesehatan. (2008). Pedoman Promosi Kesehatan Rumah Sakit Provinsi Sumatra Utara. Sumatra Utara
Everett, S. (2007). Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta : EGC Handayani, S. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihama
(65)
Tahun 2010. Di akses tanggal 11/12/2011, from
Saifuddin, A. B. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
http: // etd.epritns.ums.ac.id/10384/1 /J210060065
Hidayat, A. A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika
Machfoedz, I. (2009). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya.
Meilani, N. dkk. (2010). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Fitra maya Mubarak, W.I. (2007). Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam & Ferry Efendi. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta :Salemba Medika
Pinem, S. (2009). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media Riyanto, A. 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Yogyakarta: Jazamedia Safrudin & Yudhia F. (2009). Promosi Kesehatan untuk untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media
(66)
Sastroasmoro, S & sofyan I. (2002). Dasar-Dasar Metoologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV Sagung Seto
Syafei, C. (2010). Pendidikan Ke Promosi Kesehatan. Diakses tanggal 15/02/2012, from
Suratun, et al. (2008). Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media
Wulandari. (2008). Sejarah Singkat Promosi Kesehatan. Diakses tanggal 15/02/2012, from
(67)
Lampiran 1.
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN
Assalamualaikum Wr. Wb/Salam Sejahtera Dengan Hormat,
Nama Saya Rosmaya sari, sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan Penelitian yang berjudul “Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Suami tentang Vasektomi Di Desa Kedai Durian Wilayah Kerja Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012”.
Vasektomi adalah pemotongan vas deferens, yang merupakan saluran yang mengangkut sperma dari epididimis didalam testis ke vesikula seminalis. Dengan memotong vas deferens, sperma tidak mampu diejakulasikan dan pria akan menjadi tidak subur setelah vas deferens bersih dari sperma, yang memakan waktu sekitar tiga bulan (Everett, 2007, hal. 70).
Kontrasepsi mantap pria/vasektomi/medis operatif pria (MOP) adalah suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang sangat singkat dan tidak memerlukan anastesi umum (Handayani, 2010, hal. 167).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan suami tentang vasektomi.
Kami akan menyerahkan kuesioner kepada Bapak tentang :
(68)
b. Pertanyaan berupa pengetahuan tentang vasektomi yang bejumlah 15 pertanyaan
Partisipasi Bapak bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk penelitian Bapak tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Bapak membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :
Nama : Rosmaya sari
Alamat : Jl. Eka Rasmi. Perumahan Taman Eka Rasmi, No B-9, Medan Johor No. HP : 081264774577
Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan Bapak dalam penelitian akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Bapak bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.
Medan, 2012
Peneliti
(69)
Lampiran 2.
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :
Umur : Alamat : Telp/HP :
Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Suami Tentang Vasektomi”. Maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedian ikut serta dalam penelitian tersebut.
Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Medan, 2012
(70)
Lampiran 3.
KUESIONER PENELITIAN
Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Suami Tentang Vasektomi Di Desa Kedai Durian Wilayah Kerja Puskesmas Delitua,
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 Karakteristik Responden
No. Responden : Umur :
Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi Pekerjaan : Pegawai Negeri Karyawan
Petani Wiraswasta
Lain-lain
Jumlah anak : 2 3-4 >4
A. PERTANYAAN PENGETAHUAN
Petunjuk pengisian :
Bacalah pertanyaan berikut dengan baik kemudian pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar.
1. kontrasepsi mantap pada pria disebut dengan ? A.AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) B. Tubektomi
C. Vasektomi
2. Pengertian vasektomi adalah ?
(71)
B. Pemotongan saluran telur wanita C. Tindakan mengangkat buah pelir 3. Vasektomi adalah alat kontrasepsi untuk ?
A. Pria B. Wanita
C. Pria dan wanita
4. Syarat menjadi pasien vasektomi adalah ? A. Tidak mendapat persetujuan istri B. Dilakukan secara sukarela C. Usia suami < 30 tahun
5. Efek samping dari vasektomi adalah ? A.Diare
B. mual
C. Kadang-kadang terasa nyeri disekitar daerah pembedahan
6. Karena sifat dari vasektomi ini permanen (tetap), kontrasepsi ini hanya cocok untuk pasangan ?
A.Yang sukarela atas dasar permintaan B. Yang masih menginginkan anak lagi C. Yang belum punya anak
(72)
7. Keuntungan dari vasektomi adalah ?
A.Tidak berpengaruh terhadap kemampuan maupun kepuasan seksual B. Tidak diperlukan prosedur pembedahan
C. Tidak permanen
8. Yang menjadi kerugian dari vasektomi adalah ? A.Tidak mengganggu kebutuhan seksual B. Melibatkan prosedur pembedahan
C. Tidak melibatkan prosedur pembedahan /operasi
9. Kontrasepsi mantap pada pria yang dapat dilakukan dengan alasan kebidanan adalah?
A.Pasangan suami istri yang mempunyai banyak anak B. Suami yang masih ingin punya anak lagi
C. Pria yang belum menikah
10.Usia yang dapat menjadi akseptor vasektomi yaitu ?
A. Usia < 20 tahun B. Usia 20-25 tahun C. Usia > 30 tahun 11. Fasilitas tempat pelayanan vasektomi dapat dilakukan di ?
A. Klinik bersalin B. Balai pengobatan C. Rumah sakit/Puskesmas
(73)
A.Suntikan B. Pembedahan/operasi C. Minum pil KB 13.Vasektomi dianggap gagal bila ?
A. Istri hamil B. Istri tidak hamil
C. Tiga bulan setelah vasektomi tidak dijumpai sperma
14.Syarat melakukan hubungan seksual 3 bulan pertama setelah di vasektomi adalah? A. Sebaiknya menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual
B. Boleh langsung melakukan hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi lainnya C. Tidak melakukan hubungan seksual selama 3 bulan pertama setelah di
vasektomi
15.Perawatan yang harus dilakukan setelah di vasektomi adalah ? A. Satu hari setelah operasi dapat melakukan pekerjaan berat B. Istirahat secukupnya
(74)
(75)
(76)
(77)
Lampiran 7.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. BIODATA
1. Nama : ROSMAYA SARI
2. Tempat/tanggal lahir : Lubuk Besar, 17 Februari 1989
3. Agama : Islam
4. Anak ke : 3 dari 4 bersaudara
5. Alamat : Jl. Eka Rasmi, Perumahan Taman Eka Rasmi, No B-9. Medan Johor
6. Riwayat Pendidikan : SD NEGERI NO. 014721 Lubuk Besar Tahun 2001
MTs.N. I. Limapuluh Kota Tahun 2004 SMA.N. I. Limapuluh Kota Tahun 2007 AKBID Deli Husada Delitua Tahun 2010
D-IV Bidan Pendidik Fak. Kep. USU Tahun 2012
B. ORANG TUA
1. Ayah : Alm. Syahril Pekerjaan : PNS
2. Ibu : Hj. Romana
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Dusun VII, Desa Empat Negeri, Kecamatan Limapuluh
Kabupaten Batubara
C. KELUARGA
1. Nama Suami : Wida Amirudin Pekerjaan : Pengusaha
2. Nama Anak : Arya Daffa Pradana Tanggal Lahir : 04 Maret 2012
(1)
7. Keuntungan dari vasektomi adalah ?
A.Tidak berpengaruh terhadap kemampuan maupun kepuasan seksual
B. Tidak diperlukan prosedur pembedahan
C. Tidak permanen
8. Yang menjadi kerugian dari vasektomi adalah ?
A.Tidak mengganggu kebutuhan seksual
B. Melibatkan prosedur pembedahan
C. Tidak melibatkan prosedur pembedahan /operasi
9. Kontrasepsi mantap pada pria yang dapat dilakukan dengan alasan kebidanan adalah?
A.Pasangan suami istri yang mempunyai banyak anak
B. Suami yang masih ingin punya anak lagi
C. Pria yang belum menikah
10.Usia yang dapat menjadi akseptor vasektomi yaitu ?
A. Usia < 20 tahun B. Usia 20-25 tahun C. Usia > 30 tahun
11. Fasilitas tempat pelayanan vasektomi dapat dilakukan di ?
A. Klinik bersalin B. Balai pengobatan C. Rumah sakit/Puskesmas
12. Proses kontrasepsi mantap pada pria biasanya dilakukan melalui pelayanan?
(2)
A.Suntikan B. Pembedahan/operasi C. Minum pil KB
13.Vasektomi dianggap gagal bila ?
A. Istri hamil
B. Istri tidak hamil
C. Tiga bulan setelah vasektomi tidak dijumpai sperma
14.Syarat melakukan hubungan seksual 3 bulan pertama setelah di vasektomi adalah?
A. Sebaiknya menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual
B. Boleh langsung melakukan hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi lainnya
C. Tidak melakukan hubungan seksual selama 3 bulan pertama setelah di vasektomi
15.Perawatan yang harus dilakukan setelah di vasektomi adalah ?
A. Satu hari setelah operasi dapat melakukan pekerjaan berat
B. Istirahat secukupnya
C. Tidak perlu melakukan perawatan luka
(3)
Lampiran 4.
(4)
Lampiran 5.
(5)
Lampiran 6.
(6)
Lampiran 7.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. BIODATA
1. Nama : ROSMAYA SARI
2. Tempat/tanggal lahir : Lubuk Besar, 17 Februari 1989
3. Agama : Islam
4. Anak ke : 3 dari 4 bersaudara
5. Alamat : Jl. Eka Rasmi, Perumahan Taman Eka Rasmi, No B-9. Medan Johor
6. Riwayat Pendidikan : SD NEGERI NO. 014721 Lubuk Besar Tahun 2001
MTs.N. I. Limapuluh Kota Tahun 2004 SMA.N. I. Limapuluh Kota Tahun 2007 AKBID Deli Husada Delitua Tahun 2010
D-IV Bidan Pendidik Fak. Kep. USU Tahun 2012
B. ORANG TUA
1. Ayah : Alm. Syahril Pekerjaan : PNS
2. Ibu : Hj. Romana
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Dusun VII, Desa Empat Negeri, Kecamatan Limapuluh
Kabupaten Batubara
C. KELUARGA
1. Nama Suami : Wida Amirudin Pekerjaan : Pengusaha
2. Nama Anak : Arya Daffa Pradana Tanggal Lahir : 04 Maret 2012