24
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab, kehadiran negara juga dapat diartikan sebagai bentuk dari
kontrol negara dalam derajat tertentu.
13
Negara menjadi
representasi dari
eksistensi kepentingan warga negara yang diakomodir dalam bentuk
pemastian publik mendapatkan rasa aman. Selain itu, kewenangan negara dalam bentuk kehadiran dalam
pengelolaan kekerasan menjadi penting untuk digarisbawahi bahwa negara menjadi satu-satunya pihak yang memiliki
kewenangan mengelola kekerasan. Dan menjadi kewajiban negara pula mengelola penggunaan kekerasan dan alatnya
seperti senjata api dan bahan peledak agar tidak dimanipulasi
dan merugikan
publik secara
luas. Pembebasan, Pembatasan dan atau pelarangan menjadi
salah satu cara agar negara dapat memastikan bahwa regulasi atas senjata api dan bahan peledak dapat secara
efektif merepresentasikan keberadaan negara.
2. Regulasi Pengelolaan Senjata Api dan Bahan Peledak.
Sejumlah negara cenderung menggunakan pendekatan regulasi pengelolaan senjata api dan bahan peledak dengan
pendekatan dan berbagai alasan dan latar belakang. Namun
13
Lihat juga, Villaveces, Andrés. et al. 2000. ‗Effect of a Ban on
Carrying Firearms on Homici de Rates in 2 Colombian Cities.‘ Journal of the
American MedicalAssociation, Vol. 283, No. 9, pp. 1205 –09.
bphn
25
secara umum ada empat alasan pembuatan regulasi pengelolaan senjata api yang dalam perspektif keamanan
menjadi lebih masuk akal dan dipahami, yakni: Pertama, bergantung bagaimana negara melihat
ancaman atas teritorial dan warga negaranya. Pada latar belakang yang pertama ini dipraktikkan oleh tiga tipe negara
yakni: [1] dipraktikkan di negara-negara dengan sejarah konflik yang panjang serta instabilitas yang tinggi. Tipikal
negara dengan mendekati kegagalan, manajemen yang salah serta menuju jurang kehancuran cenderung menggunakan
alasan pendekatan ancaman karena negara tidak lagi mampu menjaga keamanan warga negaranya secara
berkesinambungan. Negara-negara di Afrika, dan sejumlah negara dengan sejarah konflik yang panjang mempraktikkan
pendekatan dan alasan tersebut. [2] dipraktikkan oleh negara dengan tingkat ancaman dari luar negara yang
meluas. Pada tipe negara kedua ini, regulasi terkait dengan senjata api dan bahan peledak lebih menitikberatkan pada
harapan agar warga negaranya diminta atau tidak diminta oleh negara untuk bersama-sama melakukan perlawanan
atas upaya invasi dan atau serangan kepada teritori dan obyek vital negara. [3] hal yang sama juga dilakukan oleh
negara dengan kontrol negara yang kuat serta kekuatan
bphn
26
militer yang baik, namun rawan oleh manuver dan ancaman yang bersifat lintas negara. Negara melakukan
mobilisasi dengan mudah apabila serangan yang bersifat tiba-tiba dilakukan, setidaknya negara berharap agar
warganya dapat serta merta termobilisasi menjadi milisi dan mudah diarahkan untuk kepentingan negara atas nama
kedaulatan dan harga diri bangsa. Hal ini termasuk juga melakukan perlawanan akan adanya ancaman terorisme
dan insujensi yang membuat negara harus melakukan perlawanan semesta atas ancaman tersebut.
Kedua, mengacu pada kebijakan umum dan regulasi keamanan nasional. Dengan latar belakang dan alasan yang
kedua ini, negara tetap mempraktikkan regulasi atas senjata api dan bahan peledak secara menyeluruh dengan tetap
mengacu pada tiga model terbuka, semi terbuka dan tertutup yang dapat juga dipahami sebagai negara
membebaskan warganya untuk memiliki dan menggunakan senjata dan bahan peledak, negara membatasi pemanfaatan
dan penggunaan senjata api dan bahan peledak, serta yang ketiga adalah melarang penggunaan senjata api dan bahan
peledak secara bebas oleh publik. Hal tersebut didasari atas apa yang menjadi prioritas dan bagaimana mereka
merumuskan ancaman dan kedewasaan warga negaranya
bphn
27
dalam memanfaatkan senjata api dan bahan peledak. Alasan dan latar belakang kedua ini dirumuskan oleh negara
dengan tingkat kestabilaan politik dan keamanannya relatif baik. Sehingga apabila mereka merumuskan salah satu dari
tipe regulasi yang ada, maka dapat dipastikan hal tersebut karena mengacu pada kebijakan umum dan regulasi
keamanan nasional. Ketiga, dilatarbelakangi oleh struktur dan pola
hubungan antar aktor keamanan. Tidak banyak negara merumuskan kebijakan terkait dengan regulasi senjata api
dan bahan peledak dikarenakan alasan struktur dan pola hubungan antar aktor keamanan. Namun sejumlah negara
kerap kali terjebak oleh pola dan struktur aktor keamanannya dalam mengatur regulasi senjata api dan
bahan peledak. Beberapa di antaranya justru terkait siapa yang menjadi aktor utama dalam penindakan atas sejumlah
permasalahan yang berbasis pada regulasi senjata api dan bahan peledak.
Keempat, perumusan kebijakan dan regulasi senjata
api dan bahan peledak dikarenakan struktur pemerintahan dan bentuk negara. Di negara kesatuan dengan negara
federal praktik regulasi senjata api dan bahan peledak memiliki
perbedaan pada
implementasinya. Sebagai
bphn
28
gambaran misalnya Amerika Serikat yang berbentuk negara federal tidak memiliki kebijakan umum secara nasional
terkait dengan penggunaan senjata api dan bahan peledak. Basis regulasi ada di masing-masing negara bagian,
sehingga dapat dipastikan antara satu negara bagian dengan negara bagian lain memiliki aturan yang tidak sama
berhubungan dengan regulasi senjata api dan bahan peledak. Sebaliknya misalnya negara dengan bentuk negara
kesatuan seperti
Jepang yang
mengintegrasikan pembatasan dan pelarangan penggunaan senjata api dan
bahan peledak secara nasional.
14
3. Perspektif Regulasi Senjata Api dan Bahan Peledak.