40
berbagai pihak, baik dalam bentuk pujian maupun kepercayaan untuk memimpin prosesnya atau mewakili kepentingan kolektif. Ini ditunjukkan misalnya dengan
kepemimpinan Indonesia di ASEAN, keanggotaan di G-20, kepemimpinan di dalam menangani isu perubahan iklim dan komunikasi lintas agama.
Isu-isu utama yang menjadi fokus kebijakan luar negeri Indonesia pada periode 2010-2014 adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan dan peran Indonesia di ASEAN. 2. Peran Indonesia di dalam menjaga keamanan nasional dan perdamaian
dunia. 3. Pelaksanaan diplomasi perbatasan.
4. Perlindungan terhadap WNI dan BHI. 5. Pemajuan demokrasi, isu HAM, lingkungan dan budaya.
6. Kemitraan strategis di kawasan Asia-Pasifik dan Afrika, serta kawasan
Amerika dan Eropa. 7. Pelaksanaan diplomasi ekonomi dan fasilitasi perluasan pasar non-
tradisional. 8. Kerjasama Selatan-Selatan.
Secara umum kedelapan isu yang menjadi prioritas kebijakan luar negeri pada RPJM II tersebut telah dilaksanakan dengan baik, namun berdasarkan hasil evaluasi
Ditpolkom Bappenas dan masukan dari berbagai pihak, prioritas kebijakan pada periode yang lalu perlu ditinjau kembali dan direformulasikan agar lebih terarah
sesuai tujuan dan mudah diterjemahkan ke dalam rencana program. Berikut di bawah ini evaluasi ringkas dari kedelapan isu tersebut.
1. Kepemimpinan dan peran Indonesia di ASEAN
Selama kurun waktu lima tahun antara 2010-2014, posisi keketuaan chairmanship ASEAN dipegang secara berturut-turut oleh Vietnam,
Indonesia, Kamboja, Brunei Darussalam dan Myanmar. Selama menduduki posisi sebagai pimpinan pada 2011, ASEAN sempat mendapat pujian dari
masyarakat internasional karena keberhasilan membawa Korea Utara dan Selatan untuk berpartisipasi dalam dialog informal untuk mengakhiri
ketegangan di antara keduanya. Keberhasilan ASEAN lainnya yang mendapat apresiasi dari dunia internasional adalah kesepakatan ASEAN dan China tentang
tindak lanjut dari kesepakatan Declaration of Conduct dalam kasus sengketa Laut China Selatan.
Selama kurun waktu itu pula, di saat tidak sedang menduduki posisi sebagai Ketua ASEAN, Indonesia tetap mempraktikkan kepemimpinan di
kawasan. Misalnya di saat ASEAN tidak dapat mencapai kata sepakat untuk membuat Joint Declaration terkait Laut China Selatan, Menteri Luar Negeri
Marty Natalegawa secara proaktif melakukan safari ke negara-negara tetangga untuk mengajak dan memastikan ASEAN tetap satu visi di dalam diplomasi
untuk penyelesaian masalah konflik Laut China Selatan.
41
Di luar masalah konflik Laut China Selatan, kepemimpinan Indonesia di kawasan diterapkan melalui diplomasi untuk turut menentukan bentuk
kerjasama ASEAN dalam berbagai bidang. Salah satu contohnya adalah usaha Indonesia untuk mempromosikan pengawasan terhadap jaminan pelaksanaan
Hak Asasi Manusia di Asia Tenggara melalui AICHR ASEAN Intergovernmental Commission for Human Rights. Pada tahun 2012, para
negara anggota menyetujui sebuah deklarasi HAM di tingkat regional.
2. Peran Indonesia di dalam menjaga keamanan nasional dan perdamaian