Pengantar Implementasi Politik Luar Negeri 2010-2014: Evaluasi dan

32

Bab 3 Implementasi Politik Luar Negeri 2010-2014: Evaluasi dan

Umpan Balik

1. Pengantar

Implementasi RPJM Nasional II periode 2010-2014 memang belum berakhir, namun untuk penyusunan RPJM Nasional selanjutnya, evaluasi dan umpan balik dari pelaksanaannya sejauh ini perlu dilakukan. Informasi dan umpan balik yang didapatkan dari evaluasi terhadap RPJM Nasional II dapat bermanfaat untuk penyusunan rencana pembangunan yang lebih baik ke depannya. Hal ini disebabkan karena pertama, sebagai sebuah bagian dari perencanaan pembangunan jangka panjang, suatu tahapan sudah semestinya dibangun di atas landasan yang sudah dikembangkan pada tahapan sebelumnya. Kemajuan yang sudah dicapai pada tahap sebelumnya harus ditindaklanjuti dengan tepat agar semakin baik dan bermanfaat bagi kepentingan nasional. Sedangkan program-program dan kegiatan yang tidak terlalu berkembang dan tidak mendukung perwujudan kepentingan nasional perlu dievaluasi permasalahannya. Hasil evaluasi tersebut dalam perspektif ekonomi dapat memberikan gambaran setidaknya tentang dua hal, yaitu efektivitas dan efisiensi dari pembangunan, dalam hal ini di bidang politik luar negeri. Tidak jarang program-program pembangunan bersifat eksesif, sehingga tidak efisien, atau bersifat defisit sehingga tidak efektif. Permasalahan yang ditemukan di dalam pelaksanaan RPJM sebelumnya perlu mendapatkan perhatian serius di dalam penyusunan RPJM selanjutnya agar 1 tidak terulang kesalahan yang sama, dan 2 dapat diperbaiki sehingga didapatkan program yang lebih efektif dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dalam perspektif politik, umumnya diketahui bahwa kriteria penilaian atau evaluasi terhadap kebijakan tidak terbatas pada nilai efisiensi dan efektivitas. Dalam perspektif ini, ada kriteria penilaian lain yang tidak kalah pentingnya dan seringkali bertentangan dengan prinsip efisiensi dan efektivitas. Kriteria tersebut di antaranya adalah keadilan, kesetaraan, kebebasan, kesatuan integritas, persatuan integrasi, keberpihakan kepada rakyat dan kepentingan nasional, serta proses demokratispartisipatif. Kecenderungan konflik antara kriteria-kriteria tersebut dengan kriteria efisiensi dan efektivitas pada umumnya memerlukan pendapat ahli danatau konsensus politik untuk diselesaikan. Selain itu ada kriteria teknis yang juga perlu dianalisis, yaitu seputar akseptabilitas politik, kemungkinan perbaikan, legalitas dan ketegasan Bardach, 2000. Pelaksanaan RPJM Nasional, sebagaimana layaknya kebijakan pada umumnya, bisa dianalisis dengan beberapa macam metode yang berbeda. Metode- metode yang dimaksud meliputi analisis manfaat dan biaya cost-benefit analysis, 33 pengukuran kinerja performance indicator, evaluasi kualitatif evaluative judgement, pencapaian sasarantujuan, hingga penggunaan model Parsons, 2008. Di dalam penelitian ini, evaluasi terhadap pelaksanaan RPJM Nasional II dilakukan dengan menggunakan metode evaluasi kualitatif dan pencapaian sasaran. Alasan dari penggunaan metode ini terkait dengan metode yang digunakan pada keseluruhan kegiatan background study ini. Evaluasi ini dilakukan sebagai bagian dari background study sehingga dilakukan dengan metode yang sama. Secara umum, pencapaian sasaran atau tujuan politik luar negeri Indonesia sebagaimana dimuat di dalam RPJM Nasional II dipandang telah dilakukan secara optimal. Beberapa catatan evaluatif terhadap prioritas kebijakan tentunya ada, dan catatan tersebut perlu diperhatikan untuk meningkatkan efektivitas diplomasi Indonesia. Namun terlepas dari beberapa catatan evaluatif tersebut, pencapaian tujuan dan sasaran politik luar negeri Indonesia selama kurun waktu 2010-2014 relatif baik. Keduanya, baik catatan evaluatif maupun pencapaian tujuan dan sasaran politik luar negeri Indonesia sesuai dengan RPJM Nasional II, akan diuraikan secara singkat di dalam bab ini. Perubahan konteks internasional di dalam pelaksanaan politik luar negeri di dalam laporan ini diperlakukan sebagai salah satu faktor penting yang mempengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran. Di dalam analisis kebijakan, ada anggapan bahwa situasi yang menimbulkan suatu permasalahan merupakan masalah juga Bardach, 2000. Perubahan situasi internasional di dalam praktiknya memang seringkali menyebabkan rencana pembangunan yang direncanakan perlu mengalami penyesuaian, sehingga tujuan dan sasaran awal tidak tercapai, perlu adaptasi dan toleransi di dalam pencapaian tujuan dan sasaran awal, atau perlu perubahan tujuan dan sasaran. Banyak perubahan yang terjadi selama kurun waktu 2010-2014 di dalam lingkungan internasional yang cukup berpengaruh dan perlu diperhatikan untuk perbaikan kebijakan ke depan. Amerika Serikat sebagai negara adikuasa, sejak tahun 2010 menyatakan kebijakan luar negerinya untuk lebih memprioritaskan Asia. Slogan “pivot to Asia” banyak diperbincangkan terutama terkait dengan meningkatnya intensitas persaingan kekuasaan di kawasan Asia. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap situasi persaingan dan keseimbangan kekuasaan di kawasan. Pertanyaan seputar krisis kawasan Asia dan arsitektur kerjasama regional. Perubahan lingkungan lain yang terjadi sepanjang kurun waktu 2010-2014 adalah krisis ekonomi Eropa. Krisis yang membawa perubahan struktur perdagangan dan investasi secara global, tidak hanya bagi Eropa dan Amerika Serikat, tetapi juga bagi Asia dan kawasan lainnya. Perubahan ini semakin menegaskan kurangnya keterandalan pasar Eropa dan Amerika, serta kebutuhan Indonesia akan pengembangan atau perluasan pasar non-tradisional. Ini sekedar untuk menyebut beberapa contoh. Beberapa perubahan akan disinggung di dalam bab ini untuk mendiskusikan pengaruh situasional yang menyebabkan keberhasilan, kegagalan atau kekurangan dalam implementasi RPJM II. Namun perubahan-perubahan besar 34 yang perlu dipertimbangkan untuk penyusunan RPJM III selanjutnya akan lebih banyak dielaborasi di dalam Bab 4. Pembahasan di dalam Bab 3 ini dibagi ke dalam empat bagian. Bagian pertama menjelaskan arah pembangunan nasional di bidang politik luar negeri yang telah di tetapkan di dalam RPJM II. Visi, misi dan strategi di dalam pembangunan nasional di bidang politik luar negeri didiskusikan di dalam bagian ini. Bagian yang kedua menguraikan pencapaian tujuan dan sasaran RPJM II hingga tahun 2013. Tahun 2014 baru saja dimulai, sehingga melakukan evaluasi atas pelaksanaan politik luar negeri pada tahun 2014 tentu saja tidak relevan. Bagian yang ketiga mendiskusikan tetang beberapa catatan atau penilaian evaluatif terhadap pelaksanaan RPJM II. Berbagai hal yang dinilai sebagai hambatan terhadap pelaksanaan RPJM II di bidang politik luar negeri diungkapkan di dalam bagian ketiga ini. Pada bagian keempat, kita akan kembali mendiskusikan tentang program- prograp prioritas yang dipandang tetap perlu dipertahankan dan dijadikan prioritas pada periode RPJM selanjutnya.

2. RPJM II 2010-2014: Visi, Misi dan Strategi