Peran Indonesia di dalam menjaga keamanan nasional dan perdamaian

41 Di luar masalah konflik Laut China Selatan, kepemimpinan Indonesia di kawasan diterapkan melalui diplomasi untuk turut menentukan bentuk kerjasama ASEAN dalam berbagai bidang. Salah satu contohnya adalah usaha Indonesia untuk mempromosikan pengawasan terhadap jaminan pelaksanaan Hak Asasi Manusia di Asia Tenggara melalui AICHR ASEAN Intergovernmental Commission for Human Rights. Pada tahun 2012, para negara anggota menyetujui sebuah deklarasi HAM di tingkat regional.

2. Peran Indonesia di dalam menjaga keamanan nasional dan perdamaian

dunia Partisipasi Indonesia di dalam menjaga perdamaian dunia dilakukan melalui UN PKO dan diplomasi. Di dalam misi-misi perdamaian PBB selama tahun 2012 dan 2013, Indonesia terus mengirimkan pasukan perdamaian, ahli militer dan polisi untuk membantu menjaga perdamaian di negara-negara pasca- konflik. Indonesia merupakan negara ke-15 terbesar penyumbang pasukan pada 2012 dengan 1992 personel. Sedangkan pada tahun 2013 data bulan Juli Indonesia mengirimkan total 1824 personel, menjadikan Indonesia negara ke-18 terbesar pengirim pasukan perdamaian. Diplomasi Indonesia yang dilakukan dalam kaitannya dengan perdamaian dunia misalnya adalah reformasi DK Dewan Keamanan PBB, konflik Laut Cina Selatan, dan status negara peninjau non-anggota di PBB bagi Palestina. Di dalam pembicaraan mengenai reformasi keanggotaan permanen DK PBB, usulan Indonesia untuk menggunakan intermediate approach guna mencegah kebuntuan perundingan mendapat perhatian dan dukungan sejumlah negara. Dalam sengketa Laut Cina Selatan, shuttle diplomacy yang dilakukan Kementerian Luar Negeri Indonesia mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk Cina dan negara-negara ASEAN sendiri. Sementara itu di dalam kasus keanggotaan Palestina di PBB, Indonesia bersama dengan 63 negara lainnya memprakarsai pengajuan resolusi Majelis Umum PBB untuk memberikan status Negara Peninjau Non-Anggota PBB kepada Palestina pada tahun 2012. Catatan penting untuk diplomasi Indonesia selama periode 2010-2014 yang perlu diperhatikan untuk periode berikutnya adalah kelanjutan reformasi DK PBB dan penyelesaian sengketa Laut Cina Selatan. Prospek reformasi DK PBB hingga saat ini masih belum dapat dipastikan. Namun reformasi DK PBB tetap dipandang perlu untuk menjadikan lembaga tersebut lebih netral, obyektif dan tidak didominasi oleh kepentingan kelompok garis keras dari negara-negara anggota tetap DK PBB. Persoalan muncul ketika ekspektasi terhadap reformasi tinggi, namun keputusan sulit diambil karena kebuntuan deadlock di dalam perundingan. Kemungkinan tidak terjadi perubahan dalam beberapa tahun ke depan cukup besar melihat minimnya perubahan sejak usulan reformasi 42 digulirkan. Di dalam kasus sengketa Laut Cina Selatan, peran aktif Indonesia sendiri banyak dipertanyakan, khususnya sejauh mana Indonesia bersedia untuk berperan aktif di dalam penyelesaian sengketa tersebut. Dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki Indonesia, mekanisme pengawasan dan penyelesaian sengketa yang bisa ditawarkan Indonesia juga menjadi relatif terbatas.

3. Pelaksanaan diplomasi perbatasan