5
2. Mengatasi permasalahan dalam usahatani cabai di Bengkulu melalui percontohan
diluar musim dan ramah lingkungan 3.
Menumbuhkan simpul-simpul penunjang agribisnis komoditas cabai di Bengkulu
1.3. Keluaran 1.3.1. Keluaran Akhir
1. Peningkatan produksi dan kualitas komoditas cabai merah di Bengkulu
2. Peningkatan pendapatan petani komoditas cabai merah di Bengkulu
3. Penguatan kelembagaan agribisnis komoditas cabai merah di Bengkulu
1.3.2. Keluaran Tahun 2015
1. Peningkatan produktivitas melalui kegiatan percontohan teknologi produksi cabai
merah 2.
Peningkatan pengetahuan petani melalui pendampingan dan penyebaran inovasi teknologi produksi cabai merah
3. Peningkatan kinerja kelembagaan tani cabai melalui pembinaan kelompok
1.3.3. Keluaran Tahun 2016
1. Peningkatan keterampilan petani melalui pelatihan dan penerapan inovasi
teknologi cabai merah 2.
Terdiseminasikannya inovasi teknologi produksi cabai merah sesuai kondisi wilayah melalui temu lapang dan penyebaran bahan informasi
3. Peningkatan peranan petugas lapang dalam penumbuhan kelembagaan melalui
pertemuan dan pembinaan lapang
1.3.4. Keluaran Tahun 2017
1. Peningkatan produksi dan kualitas cabai merah pada kawasan pengembangan
komoditas cabai 2.
Teratasinya permasalahan dalam usahatani cabai
di Bengkulu melalui percontohan diluar musim dan ramah lingkungan
3. Bertumbuhnya simpul-simpul penunjang agribisnis cabai di Bengkulu
6
I I . TI NJAUAN PUSTAKA
Bidang pertanian harus menyesuaikan perkembangan lingkungan strategis yang terjadi secara global melalui peningkatan kemampuan petani. Teknologi hasil
penelitian dan pengkajian tidak bermanfaat jika tidak sampai, tidak diterima atau tidak diadopsi oleh petani. I mplementasi teknologi hasil penelitian akan memberikan
manfaat, jika proses adopsi berjalan secara informatif, aplikatif dan efektif bagi usahataninya. Untuk itu BPTP memerlukan suatu sistem diseminasi atau penyebaran
informasi dan alih teknologi yang efektif dan efisien agar khalayak pengguna dapat memperoleh informasi maupun teknologi yang dibutuhkan dengan mudah dan relatif
cepat Fawzia, 2002. Kebijakan
pendampingan pengembangan
kawasan pertanian
nasional, merupakan suatu wujud peningkatan produksi pangan nasional dan pendapatan
petani melalui implementasi inovasi dan transfer teknologi dalam suatu model diversifikasi usahatani secara terpadu. Termasuk pendampingan pengembangan
komoditas cabai yang merupakan salah satu pangan unggulan nasional dan diharapkan
mampu mengoptimalkan
penggunaan sumberdaya
pertanian, mewujudkan pemerataan pendapatan maupun pertumbuhan ekonomi di daerah
Kementerian Pertanian, 2014. Umumnya tanaman cabai merah ini tersentra di daerah dataran tinggi, namun
saat sekarang pengembangan kawasan cabai tidak hanya didataran tinggi namun juga sudah dikembangkan di dataran rendah. Akan tetapi dalam peningkatan
produktivitasnya terkendala pada kondisi iklim yang berubah-ubah, sekaligus juga memicu serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman
tidak optimal serta menurunkan kualitas maupun kuantitas cabai merah yang diproduksi. Hal ini menuntut adanya pengembangan teknologi pertanian secara
terpadu dan terencana, guna mendapatkan nilai tambah setiap produk komoditi pertanian. Seperti halnya memanfaatkan teknologi produksi cabai merah di bawah
naungan atau mulsa, diharapkan masalah rendahnya hasil dengan kualitas yang rendah serta fluktuasi produksi cabai merah sepanjang tahun dapat teratasi. Hasil
beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik hitam perak meningkatkan hasil beberapa tanaman sayuran seperti cabai merah Fahrurrozi,
et al., 2006.
7
Keputusan petani untuk menerima atau menolak teknologi baru bukan tindakan sekali jadi, melainkan merupakan proses yang terdiri dari serangkaian tindakan dalam
jangka waktu tertentu. Karena itulah maka adopsi suatu inovasi teknologi
berlangsung secara bertahap dan berdasarkan konsep tersebut, maka model percepatan adopsi akan terbangun oleh peubah-peubah yang berhubungan dengan
proses menarik perhatian, menumbuhkan minat, membangkitkan hasrat sehingga akhirnya memutuskan untuk menerapkan inovasi. Menurut Tjiptopranoto 2000
dalam penerapan teknologi yang akan dikembangkan harus disesuaikan dengan potensi sumberdaya setempat dengan biaya murah dan mudah untuk diterapkan,
akan tetapi dapat memberikan kenaikan hasil dengan cepat. Hal ini menjadi aspek penting untuk keberlanjutan penerapan teknologi maupun sistem usahatani yang
dianjurkan dan dengan demikian diharapkan petani mampu mengadopsi dan menerapkan teknologi dimaksud dalam usahataninya, sehingga pendapatan menjadi
meningkat. Untuk dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petani serta
produktivitas cabai diperlukan suatu sistem pengembangan dan diseminasi yang dapat mengimplementasikan inovasi teknologi langsung bagi pengguna, melalui
pendampingan dalam suatu wilayah kawasan komoditas terkait. Sehingga diperlukan suatu upaya pendekatan sesuai sistem dengan arahan kebijakan yang berdasarkan
apresiasi atau kebutuhan masyarakat bottom up, yaitu berupa pendekatan lansung
dalam bentuk pendampingan terhadap pengembangan kawasan komoditas
Kementerian Pertanian, 2014 maupun suatu kebijakan dalam peningkatan produktivitas dan pengembangan pada suatu kawasan sentra produksi. Dimana
keberhasilannya tentu perlu pendampingan dan dukungan inovasi, serta dalam pelaksanaannya perlu disinergikan dengan program daerah kawasan terkait.
8
I I I . PROSEDUR PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Lokasi