Sumut selama dua hari di RSU Sufina Aziz Medan. Dalam kegiataan ini sebanyak 16 dokter daerah dikerahkan. Ini dalam rangkaian melatih kemahiran dokter umum di daerah dari 6
Kabupaten di Sumut untuk mengikuti pelayanan KB khusus lelaki tersebut, kata Tim Dokter Zahri A Rani Sp.U. Sehingga para dokter daerah tidak hanya dilatih secara teori, paparnya,
namun dituntut mampu melayani secara langsung ke daerah tugasnya ke depan. Sekaligus pemberian instrumen kepada dokter tersebut, ungkap Zahri.
Untuk akseptor KB yang dilaksanakan dalam dua gelombang ini, sebagian besar yang telah mendaftarkan diri adalah para penarik becak dari Kota Medan dan Binjai. Menurutnya,
KB vasektomi ini dianjurkan bagi yang telah memiliki 2 anak dan tergolong tidak mempunyai resiko. Sepanjang tidak ada penyakit seperti hernia besar dan tumor mudah
dilakukan, ungkap Zahri . Begitu juga dampaknya, tidak akan mempengaruhi kemampuan lelaki baik libido maupun hormon di kemudian hari, dimana sperma tetap keluar dengan
normal. Mewakili BKKBN Sumut Nisma, kegiatan ini salah satu dari 6 kegiatan BKKBN
selama 2011, yang meliputi poliklinik dan puskesmas di 33 kabupaten atau kota. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Sufina Aziz H. Faisal Oloan Nasution SH mengharapkan,
para akseptor KB yang pada umumnya bekerja sebagai penarik beca, untuk tidak menyalahgunakan
program tersebut.
Diharapkan setelah ikut vasektomi, tetap setia dengan pasangannya masing - masing. Sementara seorang peserta asal Binjai mengaku terpanggil lantaran merasa iba terhadap
kegagalan istrinya yang pernah ikut peserta KB. Ini adalah tanggung jawab saya sebgai seorang lelaki, kata pria yang telah dikaruniai 3 anak itu. Tribunnews.com;1452011.
2.6 Peran dan Fungsi Pekerja Sosial
Ilmu kesejahteraan sosial adalah ilmu terapan yang mengkaji dan mengembangkan kerangka pemikiran, serta metodologi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas
Universitas Sumatera Utara
hidup masyarakat. Bila ilmu kedokteran menekankan pada diagnosis dan penyembuhan,
disiplin ini menekankan pada penilaian assessment dan intervensi sosial. Intervensi sosial merupakan metode perubahan sosial terencana yang bertujuan memfungsikan kembali fungsi
sosial seseorang, kelompok, maupun masyarakat. Ilmu kesejahteraan sosial dalam kaitannya dengan intervensi sosial memiliki 3 ruang lingkup , yaitu mikro, mezzo, dan makro. Level
mikro membahas intervensi sosial di tingkat individu, keluarga, dan kelompok kecil; level mezzo membahas intervensi sosial di tingkat komunitas; dan level makro membahas
intervensi sosial di tingkat masyarakat yang lebih luas
.
Pada mulanya, usaha-usaha kesejahteraan sosial dilakukan oleh kelompok keagamaan. Usaha-usaha kesejahteraan yang dilakukan pada umumnya merupakan pelayanan
sosial yang bersifat amal. Sebagaimana yang dituliskan Canda dan Furman dalam bukunya, Keberagaman Agama dalam Praktek Pekerjaan Sosial Spiritual Diversity in Social Work
Practice: The Heart of Helping , bahwa setiap agama Budha, Hindu, Islam, Konghucu,
Kristen, dan Yahudi memiliki kepercayaan dan nilai dasar yang berimplikasi pada penerapan atau praktik kerja sosial.
Abad 13-18 Pada periode ini pemerintah Inggris mengeluarkan beberapa peraturan perundangan untuk menangani masalah kemiskinan. Undang-undang Kemiskinan yang
dikeluarkan oleh Ratu Elizabeth Elizabethan Poor Law merupakan salah satu undang- undang yang paling terkenal saat itu. Undang-undang tersebut dianggap sebagai cikal bakal
intervensi pemerintah terhadap kesejahteraan warga negaranya karena usaha kesejahteraan sosial sebelumnya lebih banyak dilakukan oleh kelompok keagamaan, seperti pihak gereja.
Usaha-usaha kesejahteraan sosial pada dasarnya berasal dari nilai-nilai humanitarianisme yang percaya bahwa kondisi kemiskinan yang terjadi di tengah masyarakat adalah sesuatu
yang tidak seharusnya terjadi. Kemudian muncul kelompok-kelompok relawan yang mengupayakan pengembangan usaha kesejahteraan sosial untuk memperbaiki kondisi
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Usaha kesejahteraan sosial yang dilakukan oleh relawan yang didasari semangat filantropis selanjutnya berkembang menjadi lebih terarah dan terorganisir. Karena itu, baik di
Inggris maupun Amerika, sejarah pekerjaan sosial sangat terkait dengan para relawan dan organisasi para relawan. Organisasi para relawan inilah yang kemudian mendorong
terciptanya beragam usaha kesejahteraan sosial. Tahun 1869 Organisasi relawan bernama COS Charity Organization Society
didirikan di London, Inggris. Organisasi relawan tersebut dikembangkan untuk menggalang dan mengkoordinasikan bantuan dana dan material dari berbagai gereja serta kurang lebih
100 lembaga amal. Perkembangan organisasi relawan di Inggris berpengaruh pula terhadap perkembangan organisasi relawan di Amerika.
Tahun 1877 COS kemudian di kembangkan di Buffalo, New York. Dalam jangka waktu 10 tahun kemudian, terbentuk 25 organisasi sosial di Amerika Serikat.
Berkembangnya berbagai COS di Amerika membuat para relawan aktif yang terlibat di dalamnya merasa perlu suatu pemahaman yang lebih mendalam tentang materi yang
berhubungan dengan perilaku individu, serta permasalahan sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, Mary Richmond, seorang praktisi pekerjaan sosial, berencana untuk
mengembangkan Sekolah Pelatihan Filantropi Terapan. Lembaga ini menjadi cikal bakal kelas pekerjaan sosial di New York pada tahun 1898.
Perluasan pokok bahasan dalam sejarah perkembangan bidang pekerjaan sosial telah memunculkan suatu kajian kesejahteraan sosial yang lebih luas. Munculnya kajian
kesejahteraan sosial ini kemudian mendorong terbentuknya disiplin baru bernama ilmu kesejahteraan sosial.
Menurut Midgley, terdapat empat pendekatan dalam mengupayakan kesejahteraan sosial : Filantropi terkait erat dengan upaya-upaya kesejahteraan sosial yang dilakukan para
agamawan dan relawan, yakni upaya yang bersifat amal charity dimana orang-orang ini
Universitas Sumatera Utara
menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain. Pelaku dari filantropi disebut sebagai filantropis.
Filantropi sosial bertujuan mempromosikan kesejahteraan sosial dengan mendorong penyediaan barang pribadi dan pelayanan kepada orang yang membutuhkan. Ada beberapa
karakteristik pendekatan filantropi sosial, di antaranya :
1. Amal, dimana pendekatan ini tidak memiliki kesinambungan. Artinya, tidak ada lagi
interaksi dengan penerima bantuan ketika bantuan selesai diberikan. 2.
Penerima pasif, menggunakan pandangan bahwa masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka, sehingga dalam penyelenggaraannya tidak melibatkan partisipasi
penerima. 3.
Acak, tidak memiliki metode atau tahapan khusus dalam pelaksanaannya. 4.
Kemauan, ketergantungan upaya pada kemauan baik dari para donor dan kemauan pemerintah untuk menggunakan uang pembayar pajak demi mendukung kegiatan-
kegiatan amal.
Seiring dengan perkembangan filantropi, filantropi tidak lagi hanya berkaitan dengan penyediaan bantuan kepada yang membutuhkan. Selama abad ke-19, ketika kegiatan amal
berkembang dengan cepat di Eropa dan Amerika utara, beberapa pemimpin filantropis berusaha membawa isu reformasi sosial dan peningkatan kondisi sosial. Para pemimpin, yang
sering berhubungan baik dengan anggota kelas menengah atas, berusaha untuk menggunakan pengaruh mereka untuk menjaring dukungan dari para pemimpin politik dan bisnis. Mereka
menggunakan koneksi yang mereka miliki untuk membujuk pemerintah agar memperkenalkan layanan sosial yang baru, membuat undang-undang yang mencegah
eksploitasi dan diskriminasi, atau untuk tindakan perlindungan terhadap kelompok rentan.
Universitas Sumatera Utara
Berbeda dengan pendekatan filantropi, pekerjaan sosial merupakan pendekatan yang terorganisir untuk mempromosikan kesejahteraan sosial dengan menggunakan tenaga
profesional yang memenuhi syarat untuk menangani masalah sosial. Namun, perkembangan pekerjaan sosial tidak lepas dari perkembangan filantropi. Sejak abad ke-19, pekerjaan sosial
telah mengalami pengembangan profesional dan akademik yang cukup pesat dan telah menyebar di seluruh dunia.
Pendekatan administrasi sosial berusaha mempromosikan kesejahteraan sosial dengan menciptakan program sosial pemerintah yang meningkatkan kesejahteraan warga negaranya
melalui penyediaan berbagai pelayanan sosial. Pendekatan ini diselenggarakan langsung oleh pemerintah. Salah satu contoh yang paling terkenal adalah Undang-Undang tentang
Kemiskinan yang dikeluarkan oleh Ratu Elizabeth I.
Pembangunan sosial merupakan suatu proses perubahan sosial terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara utuh, di mana pembangunan ini
dilakukan untuk saling melengkapi dengan dinamika proses pembangunan ekonomi. Fungsi dan peran pekerjaan dari anggota suatu profesi ditentukan oleh norma–norma
sosial dan tradisi historis, dengan kode etik profesi yang disahkan oleh Undang–Undang dan peraturan administrasi serta sangsi yang dibuat pemerintah untuk membatasi profesi tersebut.
Di dalam praktek profesi apapun, pencapaian beberapa fungsi profesi mungkin diperlukan. Suatu fungsi pekerjaan tertentu mungkin diterapkan pencapaian lebih dari satu
peran. Sebagai contoh seorang penasehat atau petugas klinik dan seseorang yang menangani kasus, antara lain :
Pekerja Sosial sebagai Perantara
Universitas Sumatera Utara
Tujuan : mengkaitkan klien dengan pelayanan – pelayanan manusia dan sumber – sumber daya
yang lain.
Uraian : penentuan pekerja sosial di antara profesi pertolongan yang lain adalah untuk menolong orang lain berkenaan dengan lingkungan sosialnya.
Tempat pekerja sosial di mana ia bisa memposisikan diri akan semakin mempermudah hubungan antara masyarakat dengan klien. untuk itu perlu adanya peran
perantara sehingga pekerja sosial bisa mengidentifikasikan klien, menilai kapasitas dan motivasi mereka untuk menggunakan sumber daya dan membantu klien mengakses
keuntungan dari sumber daya yang tersedia.
Sebagai perantara dalam pelayanan manusia, pekerja sosial harus banyak mengetahui tentang berbagai program dan pelayanan yang tersedia, melakukan penilaian terbaru pada tiap
pembatasan dan kekuatan seseorang serta mampu memahami prosedur untuk mengakses sumber daya itu. Sumber daya tersebut bisa meliputi perbekalan sosial uang , makanan dan
pelayanan sosial konseling, terapi .
Ada pun cara yang dilakukan, antara lain :
a. Menilai Situasi Klien
Merupakan langkah pertama yang dilakukan pekerja sosial untuk secara menyeluruh memahami dan menilai dengan teliti kemampuan dan kebutuhan klien. seorang perantara
yang efektif harus trampil dalam menilai faktor – faktor tersebut yaitu kultur, sumber daya,
Universitas Sumatera Utara
kemampuan lisan, kestabilan emosional, kecerdasan intelegensi, pengaruh klien dan kemampuan untuk melakukan perubahan.
b. Mencari Sumber Bantuan
Pekerja sosial harus menilai berbagai sumber daya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan klien. sebagai pelayanan masyarakat seperti hal nya agen – agen yang lain, pekerja
sosial harus terbiasa dengan pelayanan yang ditawarkan, mutu staff, hal yang memenuhi syarat kebutuhan umum dan biaya – biaya kebutuhan umum. Pekerja sosial juga harus tahu
cara yang terbaik untuk membantu klien dalam memperoleh sumber daya yang ada.
c. Pemberian Kepercayaan
Proses untuk mengkaitkan klien dengan suatu sumber daya memerlukan pekerja sosial untuk membuat suatu bahan pertimbangan mengenai kemampuan dan motivasi klien
memperoleh pelayanan dan sumber daya yang akan minta klien dilayani. Ketergantungan pada pertimbangan tersebut, pekerja sosial menjadi kurang aktif dalam proses penyerahan.
Suatu penyerahan juga memerlukan suatu kelanjutan aktivitas dalam pekerjaan memeriksa dan menyakinkan klien untuk memenuhi kebutuhannya.
d. Sistem Hubungan Pelayanan
Seorang perantara memerlukan pekerja sosial untuk memudahkan proses interaksi antara berbagai segmen menyangkut sistem pelayanan.Untuk memperkuat keterkaitan antara
para agen pelayanan, program dan para profesional, pekerja sosial bekerja dengan cara menghubungkan hal tersebut untuk menetapkan suatu komunikasi, negosiasi tentang
pembagian sumber daya dan turut ambil bagian dalam perencanaan, koordinasi dan pertukaran informasi.
Universitas Sumatera Utara
e. Pemberian Informasi
Perantara sering memerlukan pemberian informasi kepada klien, kelompok masyarakat dan pembuat UU atau pembuat keputusan masyarak lain. Sebagai agen sistem
pelayanan dan pengetahuan, pekerja sosial menolong orang lain dengan menggunakan berbagai pengetahuan yang dimiliki sehingga masyarakat akan sadar terhadap kesenjangan
antara pelayanan yang tersedia dan kebutuhan. Pekerja Sosial dapat juga menjadi seorang advokat sosial
Tujuan : membantu klien menegakkan hak–hak mereka dalam menerima pelayanan dan aktif mendukung adanya perubahan kebijakan dan program yang bersifat negatif bagi kelompok
klien maupun kelompok individu.
Uraian : Pusat pekerjaan sosial adalah pembelaan. Peran ini menjadi misi pokok pekerjaan sosial dan dijelaskan dalam Kode Etik NASW tahun 1996.
Fungsinya :
a. Pembelaan kasus klien
Secara umum, pembelaan atau advokasi merupakan hak klien dalam memperoleh pelayanan. Pembelaan itu sendiri diarahkan pada agen pelayanan itu sendiri atau ke orang
lain yang terlibat dalam jaringan pelayanan manusia. Langkah-langkah penting dalam advokasi adalah dengan mengumpulkan informasi dan menentukan bahwa klien berhak atas
pelayanan tersebut. Jika demikian maka negosiasi merupakan jalan tengah dalam menyelesaikan suatu konflik dan taktik konfrontasi digunakan untuk menjamin atau
mengamankan pelayanan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
b. Kelompok Advokasi
Pekerja sosial harus bertindak sebagai advokat dalam kelompok klien atau pada suatu populasi masyarakat yang mempunyai suatu masalah. Kelompok advokasi memerlukan
tindakan yang bertujuan mengatasi hambatan atau rintangan pada orang-orang yang ingin mewujudkan haknya.
Kelompok advokasi memerlukan aktivitas untuk melakukan perubahan peraturan agen pelayanan, kebijakan sosial atau hukum dalam lingkungan legislatif dan secara politis
melakukan penyatuan persepsi dengan organisasi lain yang memperhatikan isu yang sama. Pekerja Sosial juga dapat sebagai Pengajar
Tujuan : untuk menyiapkan klien dengan berbagai ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengatasi masalah–masalah yang dihadapi.
Uraian : banyak praktek pekerja sosial yang melakukan proses pengajaran pada klien dalam mengantisipasi dan mencegah masalah dengan memberikan pengetahuan dan pengalaman
pada diri pekerja sosial terhadap kliennya.
Peran Pekerja sosial sebagai pengajar mempunyai suatu aplikasi tingkat makro. Pekerja sosial harus siap mengajarkan masyarakat tentang ketersediaan dan mutu pelayanan
manusia yang diperlukan serta kecukupan program pelayanan dan kebijakan sosial untuk memenuhi kebutuhan klien.
a. Mengajarkan Tentang Kehidupan Sosial dan Ketrampilan Sehari-Hari Pemberian ketrampilan dalam menyelesaikan konflik, managemen uang, penggunaan
fasilitas umum, penyesuian diri dengan lingkungan baru, kesehatan dan kepedulian pada diri sendiri dan komunikasi yang efektif.
Universitas Sumatera Utara
b. Perubahan Perilaku
Pekerja sosial bisa menggunakan pendekatan intervensi seperti peran memperagakan, menilai klarifikasi dan modifikasi perilaku. Sebagai contoh mengajarkan kepada seorang
dewan direktu tentan bagaimana cara untuk mendesain kembali suatu perubahan yang tidak berhasil.
c. Pencegahan Utama
Pekerja sosial telah memberi perhatian yang besar dalam melakukan proses pencegahan utama yaitu dengan menempatkan pekerja sosial berperan sebagai pendidik atau
guru. Contoh aktivitasnyaadalah memberikan nasehat bagi pasangan yang belum menikah, mengajarkan ketrampilan pada orang tua, memberkan informasi tentang keluarga berencana
KB dan memberikan solusi bagi orang – orang yang mengalami masalah. Peran Pekerja Sosial Sebagai Konselor atau Klinikal
Tujuan : membantu klien meningkatkan keberfungsian sosial mereka dengan pemahaman yang lebih baik terhadap perasaan mereka, memodifikasi perilaku dan belajar mengatasi
situasi kebimbangan.
Uraian : dalam melaksanakan peran ini, pekerja sosial memerlukan pengetahuan tentang perilaku manusia dan pemahaman tentang bagaimana lingkungan sosial berpengaruh pada
klien.
a. Penilaian
Psikososial dan
Hasil Diagnosa
Situasi klien harus secara menyeluruh dipahami dan termasuk kapasitas motivasi mereka untuk menilai suatu perubahan. Dan ini memerlukan kerangka konseptual untuk
mengorganisir informasi dan cara–cara untuk meningkatkan pemahaman tentang klien dan
Universitas Sumatera Utara
lingkungannya. Hasil diagnosa diperlukan dalam beberapa inter komunikasi profesional, riset, perencanaan program dan pembiayaan dalam perolehan pelayanan yang diberikan.
b. Keberlangsungan
Kepedulian Advokat atau klinikal tidak selalu melibatkan pekerjaannya untuk melakukan
perubahan pada klien atau kondisi sosialnya. Kadang–kadang juga dengan menyediakan faktor pendukung atau kepedulian yang diperluas.
c. Perawatan Sosial
Fungsi melibatkan aktivitas pekerja sosial dalam membantu klien memahami hubungan antara orang-orang dengan kelompok sosialnya, mendukung klien untuk
memodifikasi hubungan sosial, melibatkan klien dalam pemecahan masalah atau berusaha melakukan perubahan antar pribadi dan konflik. Whittaker dan Tracy menggambarkan
perawatan sosial sebagai usaha membantu hubungan antar pribadi secara langsung ataupun tidak langsung untuk menopang individu, keluarga dan kelompok kecil dalam meningkatkan
keberfungsian sosial dan mengatasi permasalahan sosial.
d. Evaluasi
Ada dua praktek pelayanan evaluasi yaitu :
Pekerja sosial menguji capaiannya untuk menilai efektifitas dari intervensi yang dilakukan.
Pekerja sosial mengumpulkan data klien untuk mengetahui tingkat kedaruratan
permasalahan sosial atau meninjau kembali pelayanan dan kebijakan publik yang disediakan.
Pekerja Sosial juga dapat Sebagai Manager Kasus
Universitas Sumatera Utara
Tujuan : untuk mencapai kesinambungan pemberian pelayanan keluraga dan invidu melalui proses penghubungan antara klien dan pelayanan yang diinginkan dan pengkoordinaran
pemanfaatan pelayanan tersebut.
Uraian : peran pekerja sosial sebagai manager kasus mempunyai arti penting bagi klien yang menggunakan pelayanan yang disajikan oleh agen-agen pelayanan. Sebagai manager kasus,
pekerja sosial mempunyai cakupan yang luas dalam aktvitasnya. Pekerjaannya dimulai dengan mengidentifikasikan jenis bantuan yang diperlukan,
melakukan penyelidikan terhadap faktor yang menjadi penghalang dalam mengatasi masalah, mendukung klien untuk mencoba mengeksplorasikan semua potensinya, memberikan
kesempatan kepada klien untuk memperoleh pelayanan langsung.
Rumusan suatu kasus mungkin merupakan perencanaan pelayanan yang menunjukkan kebutuhan–kebutuan yang diperlukan klien, serperti :
a. Orientasi dan Identifikasi Klien Mengidentifikasi dan memilih individu yang akan menerima pelayanan, mutu hidup
atau pembiayaan pelayanan dan kepedulian yang berpengaruh pada managemen kasus.
b. Penilaian Klien Fungsi ini mengacu pada pengumpulan rumusan dan informasi sebagai suatu penilain
yang menyangkut kebutuhan klien, kondisi hidup dan sumber daya dan mungkin juga pencapaian potensi klien .
c. Perencanaan Pelayanan atau Perawatan Pekerja sosial mengidentifikasi berbagai pelayanan yang dapat diakses untuk
memenuhi kebutuhan klien.
Universitas Sumatera Utara
d. Hubungan
dan Koordinasi
Pelayanan Pekerja sosial harus mampu menghubungkan klien dengan sumber daya yang sesuai
dalam peran sebagai manager kasus, pekerja sosial harus aktif dalam pemberian pelayanan keluarga dan individu.
e. Pengawasan
Pemberian Pelayanan
Peran sebagai manager kasus merupakan kelanjutan dalam menghubungkan antara klien dengan pelayanan yang diberikan. Kemudian dilakukan koreksi atas tindakan atau
pelayanan yang diberikan dan memodifikasi perencanaan pelayanan.
f. Dukungan
Klien Pelayanan yang diberikan klien dengan bernagai sumber daya yang tersedia, akan
membantu klien dan keluargnya dalam menghadapi permasalahan. Aktifitas ini meliputi pemecahan konflik pribadi, menasehati, penyediaan informasi, pemberian dukungan emosi
dan menyakinkan klien bahwa mereka berhak atas pelayanan yang diberikan. Pekerja Sosial dapat Menganalisis Beban Kerja Klien
Tujuan : untuk mengatur beban kerja seseorang secara efesien dalam penyediaan pelayanan dan bertanggung jawab atas pemanfaatan organisasi.
Uraian : pekerja sosial harus secara serempak menyediakan pelayanan yang diperlukan klien dan mencoba untuk tetap mengatur beban kerja dari agen-agen masyarakat.
Dengan kata lain, pekerja sosial harus bisa menyeimbangkan kewajiban antara agen pelayanan dengan klien, dengan atas dasar sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Perencanaan Kerja Pekerja sosial harus mampu menilai beban kerja mereka dan menetapkan prioritas
kepentingan dan membuat perencanaan pekerjaan yang efektif dan efesien.
b. Manejemen
Waktu Pekerja sosial harus mampu membagi waktu dan perhatian kepada masing-masing
klien sesuai dengan prioritas seseorang dan waktu kerja harus dialokasikan dengan cermat. Manajemen waktu bisa menggunakansistem komputerisasi dan sistem teknologi lain.
c. Jaminan
Adanya Pengawasan
Pekerja sosial perlu secara teratur melakukan evaluasi secara efektif terhadap pelayanan yang diberikan dengan melibatkan rekan kerja untuk melakukan penilaian tentang
pelayanan yang tersedia. Aktifitas ini bisa meliputi meninjau ulang arsip-arsip agen pelayanan, evaluasi capaian kerja dan capain prestasi dalam memperoleh tenaga-tenaga
sukarela.
d. Pengolahan
Informasi Pekerja sosial harus mengumpulkan data sebagai dokumen yang diperlukan dan
ketetapan pelayanan, melengkapi dan membuat laporan. Informasi tentang prosedur dan peraturan agen harus dipahami secara keseluruhan dan pekerja sosial harus trampil dalam
menyiapkan dan menginterprestasikan sura-surat, aktif dalam pertemuan staff dan memahami aktifitas lain yang memudahakan untuk berkomunikasi.
Pekerja Sosial dapat Bertindak Sebagai Pengembang Staff
Tujuan : memudahkan pengembangan profesional agen dalam mengorganisir personalianya dan melakukan pelatihan pengawasan konsultasi.
Universitas Sumatera Utara
Uraian : dalam posisi ini, pekerja sosial mengerahkan segenap potensi mereka untuk memelihara dan peningkatan pencapaian kerja.
a. Melakukan Pelatihan dan Orientasi Karyawan
Orientasi dan pelatihan terhadap agen dan karyawannya merupakan hal yang penting bagi para tenaga sukarela dan karyawan baru untuk melalukan penetapan kerja dan
pemberian keahlian serta ketrampilan.
b. Melakukan
Manajemen Personalia
Aktivitas ini meliputi pemilihan karyawan hingga pemberhentiannya. banyak yang mengatakan bahwa manajemen ini mempengaruhi pengembangan profesional pekerja.
c. Melakukan
Pengawasan Fungsi ini melibatkan pengaturan dan pengarahan aktifitas dari anggota staf lain
dalam peningkatan mutu pelayanan dan menegakkan peraturan agen pelayanan.
d. Melakukan
Konsultasi Konsultasi empat mata bisa menjadi pengamatan tentang tingkat keprofesionalan
profesi. Klien bebas untuk menggunakan atau tidak nasehat yang diberikan konselor, konsultasi hanya memfokuskan tentang cara terbaik untuk menangani permasalahan tersebut.
Pekerja Sosial biasa Menjadi sebagai Administrator
Tujuan : untuk merencanakan dan mengembangkan penerapan program dan kebijakan pelayanan dalam suatu organisasi pelayanan.
Uraian : berperan sebagai administrator, pekerja sosial harus bisa memperkirakan tanggung jawab dalam penerapan kebijakn agen dan mengatur programnya.
Universitas Sumatera Utara
a. Manajemen Fungsi ini meminta pengurus administrasi untuk memelihara operasional suatu
program pelayanan, unit pelayanan, dan keseluruhan organisasi yang menyangkut tanggung jawab dalam penetapan pekerjaan, merekrut dan memilih karyawan, pengkordinasian
aktifitas dan lain-lain.
b. Koordinasi
Internal Dan
Eksternal Tugas utama dari pengurus adalah melakukan pengkordinasian operasional pekerjaan
agen pelayanan. Secara internal dengan mengembangkan perencanaan dalam penerapan program secara efektif dan efesien. Secara eksternal meliputi perlindungan karyawan dari
tekanan pihak dengan melakukan negosiasi dan penginterpretasian program.
c. Pengembangan Program Dan Kebijakan Pengurus harus melakukan penetapan program pelayanan dan menilai kebutuhan akan
pelayanan yang diberikan secara berbeda.
d. Pengevaluasian
Program Pengurus bertanggung jawab atas mutu pelayanan dan melakukan evaluasi program
serta mengumpukan data yang akan membantu peningkatan pelayanan melalui pembuatan kebijakan.
Pekerja Sosial dituntut Sebagai Agen Perubahan
Tujuan : pekerja sosial turut ambil bagian dalam identifikasi masalah dan peningkatan mutu pelayanan dan mendukung perubahan atau sumber daya yang baru.
Universitas Sumatera Utara
Uraian : fokus pekerjaan sosial adalah pada lingkungan sosialdan orang yang mengalami masalah dan memerlukan pekerja sosial untuk memudahkan melakukan perubahan yang
diperlukan dalam lingkungan masyarakat atau sistem sosialnya.
Peran agen perubahan menjadi bagian dari pekerjaan sosial, antara lain sebagai berikut:
a. Analisa Kebijakan Dan Masalah Sosial Untuk melakukan perubahan sosial, terlebih dahulu dilakukan analisa kebijakan dan
masalah dengan mengumpulkan data dan penemuan-penemuan yang dilaporkan secara komprehensif kepada pembuat kebijakan.
b. Pengerahan
Hubungan Masyarakat
Pemahaman terhadap suatu masalah dalam usaha perubahan sosial memerlukan pengerahan dan pengorganisasian kelompok individu terkait. Mungkin dengan melibatkan
harapan kelompok klien, organisasi pelayanan dan warga negara lain untuk mengeluarkan ide pemikirannya.
c. Pengembangan Sumber Daya Agen perubahan mungkin bisa bekerja pada pengembangan pelayanan dan program
yang diperlukan dalam pengembangan sumber daya dengan melibatkan sumber daya yang baru melalui peningkatan perencanaan program
Pekerja Sosial menjadi Seorang yang lebih Profesional
Tujuan : untuk mulai bekerja kode itik pekerja sosial dan praktek-prakteknya yang kompetensi sangat berperan dalam pengembangan profesi pekerjaan sosial.
Uraian : pada dasarnya tindakan seorang profesional adalah penuh etika dan bertanggung jawab serta bijaksana. Pekerja sosial harus secara konsisten mengembangkan ketrampilan dan
Universitas Sumatera Utara
pengetahuannya untuk meningkatkan mutu pelayanannya. Pekerja sosial juga aktif dalam asosiasi profesinya baik di tingkat lokal maupun nasional. Adi,Isbandi Rukminto: 2005
2.7 Kerangka Pemikiran