29
mewujudkan ketahanan pangan dapat lebih dipahami sebagai berikut Nurul Hanani AR, 2009:19 :
a. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan
ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat,
protein, lemak, 23 vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.
b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari
cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah
agama. c.
Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air.
d. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah
diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.
2.1.6 Jenis Pangan
Sebagian besar masyarakat Indonesia mengenal beras sebagai salah satu jenis pangan. Akan tetapi pangan di Indonesia tidak hanya beras saja. Berikut ini
beberapa jenis pangan lain, termasuk beras yaitu Dirjen IKP, 2011:47 : a.
Beras Sebagaimana bulir selaria lain, bagian terbesar beras didominasi oleh pati
sekitar 80-85. Beras juga mengandung protein, vitamin terutama pada bagian aleuron, mineral dan air.
b. Gandum
Universitas Sumatera Utara
30
Gandum memiliki kandungan zat yang cukup banyak. Mulai dari kalsium, potassium, magnesium, silicon, protein, sampai vitamin B dan E. Ini berarti
gandum dapat mengurangi kadar kolesterol dan menyehatkan sistem pencernan dalam tubuh.
c. Jagung
Jagung mengandung karbohidrat, protein, serat, asam folat dan khasiat penting lainnya yang layak dan sehat dikonsumsi secara berkala.
d. Kedelai
Kacang ini merupakan bagian dari keluarga kacang polong yang kaya akan protein. Kacang kedelai juga baik untuk mencegah penyakit jantung dan
tulang keropos. Bagi wanita, kacang ini membantu menormalkan kadar estrogen dalam tubuh dan meningkatkan kadar estrogen yang rendah di tulang.
e. Gula
Gula merupakan sumber karbohidrat yang oleh tubuh akan diolah menjadi glukosa. Glukosa inilah yang kemudian akan diolah menjadi makanan bagi
sel-sel tubuh manusia. f.
Daging sapi Selain mengandung protein dan lemak, daging sapi pun mengandung
vitamin dan mineral dalam kadar yang cukup tinggi, diantaranya vitamin B1 dan B2, zat besi serta kalsium. Adapun zat mineral semacam besi dan kalsium
yang berperan untuk meningkatkan efisiensi transmisi saraf pada otak manusia dan mengoptimalkan proses pembentukan sel darah merah.
Universitas Sumatera Utara
31
2.1.7 Sumber Pembiayaan Perbankan Terhadap Ketahanan Pangan 2.1.7.1 Kredit Sektor Pertanian
Masalah seputar penyediaan modal dan sulitnya akses ke perbankan umum adalah kendala yang sering dilontarkan oleh para petani, baik petani tradisional,
pedagang maupun pengumpul hingga industri rumah tangga yang berbasis pertanian. Kredit sektor pertanian termasuk kredit produktif yang menghasilkan
barang berupa bahan makanan utama rakyat Indonesia, membicarakan kredit sektor pertanian dengan sendirinya tidak akan terlepas dari pola tata hidup
pertanian yang selalu terkait dengan keadaan alam, luas tanah garapan, pola tanam, dan musim.
Kredit sektor pertanian ini secara tehnis perkreditan dan sosial ekonomi memerlukan suatu kajian secara khusus, hal ini tidak terlepas faktor-faktor
kehidupan petani, pedesaan, kepadatan penduduk, semakin sempitnya tanah garapan, adat istiadat dan tata kehidupan yang tidak berubah, serta kemampuan
SDM petani itu sendiri. Jika diperhatikan, perbankan belum serius memberdayakan agrikultur.
Rata-rata proporsi kredit Investasi untuk pertanian hanya 12,13 sedang untuk industri 32,13 dan jasa 36,87. Disamping itu, kredit modal kerja untuk
pertanian hanya 6,05 jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan kredit ke industri yang rata-rata 37,67 dan jasa 23,39. Bank-bank pemerintah yang
dominan memberikan kredit ke sektor ini, dengan menyumbang 61 dari total kredit ke sektor pertanian. Dari sebanyak 131 bank yang ada, hanya 4 saja yang
peduli dengan sektor pertanian. Mangasa Augustnius Sipahutar, Persoalan Persoalan Perbankan Indonesia,2007 : 126
Universitas Sumatera Utara
32
Kredit pada sektor pertanian ini pada umumnya adalah kredit program yang merupakan kredit massal dan sering bersifat politis, kredit yang bersifat
masal seringkali memberikan beban berat kepada bank BUMN khususnya bank pemerintah yang lebih dominan memberikan kredit pada sektor ini. Kredit
program pada dasarnya merupakan kredit bersubsidi yaitu pengenaan suku bunga biasanya berada dibawah suku bunga komersial yang berlaku pada saat ini.
Dengan sifatnya yang masal maka menjadikan bank tidak mungkin menganalisa satu persatu debiturnya, disamping itu banyaknya jumlah debitur yang juga tidak
paham tentang pencatatan keuangannya sehingga data-data untuk analisa sulit didapatkan, ini penyebab terjadinya analisa secara bank tekhnis tidak memenuhi
syarat. Bank mengharapkan administrasi yang tertib dari para petani adalah suatu jangkauan yang sangat jauh dan panjang, sehingga jika ketertiban administrasi ini
selalu dijadikan obyek utama penilaian secara bank teknis, maka penilaian bank memang jauh dari standart.
2.1.7.2 Jenis Kredit Pertanian
Kebijakan perbankan yang ekspansif namun tetap mengacu kepada asas kehati-hatian prudent, menjadi pendukung utama dalam memacu pengembangan
sektor pertanian, tanpa adanya dukungan dari lembaga perbankan maka sangat sulit diperoleh atau dicapainya pertumbuhan yang signifikan pada sektor riil
khususnya sektor pertanian. Lembaga perbankan harus dipacu untuk selalu mengembangkan kebijakan
yang selalu searah dan sejalan dengan pengembangan sektor pertanian, untuk itu lembaga perbankan diupayakan tetap eksis membiayai kredit pada sektor
Universitas Sumatera Utara
33
pertanian dengan mengupayakan kredit bersubsidi maupun kredit dengan bunga dibawah kredit komersiil. Adapun jenis – jenis kredit pada program sektor
pertanian antara lain adalah 1.
Kredit Usaha Tani KUT merupakan kredit yang diberikan kepada para petani guna
mendukung peningkatan produksi pangan melalui pembiyaan usaha tani dalam rangka intensifikasi padi, palawija, dan hortikultura. Kredit ini disalurkan
melalui Kelompok Tani, KUD maupun LSM yang telah direkomendasikan oleh dinas-dinas terkait diluar perbankan.
Kredit Usaha Tani KUT ini merupakan fasilitas kredit berprioritas tinggi yang mengandung unsur subsidi, serta KUT ini pada dasarnya merupakan
kelanjutan dari kredit Bimas yang pada masa order baru hanya disalurkan melalui Bank Rayat Indonesia BRI yang sepenuhnya didukung oleh Kredit
Likuiditas Bank Indonesia KLBI, Hasil nyata dari program ini terlihat tercapainya swasembada beras pada tahun 1984.
Dalam perkembangannya bank penyalur KUT adalah bank umum yang telah ditunjuk pemerintah BRI, Bank Danamon, Bank Pembangunan Daerah.
Kredit ini bersifat masal, pemberian kredit ini disesuaikan dengan musim tanam dan dalam jangka waktu hanya satu tahun.
2. Kredit Kepada Koperasi KKOP
Kredit KKOP ini bertujuan untuk mengembangkan koperasi dibidang agribisnis terutama untuk pengadaan distribusi pangan serta pembiayaan pasca
panen kepada koperasi. Kredit Kepada Koperasi KKOP adalah kredit
Universitas Sumatera Utara
34
investasi dan atau modal dalam rangka pembiayaan usaha agribisnis, yaitu semua kegiatan yang terkait dengan pengadaan dan penyaluran distribusi
sarana produksi pertanian, budidaya pertanian, pengolahan hasil pertanian dan pemasaran hasil pertanian antara lain sebagai berikut :
a. Pengadaan padi, palawija, cengkeh, pupuk dan hortikultura,
b. Distribusi beras, gula pasir, minyak goreng dan kedelai
c. Usaha agribisnis lainnya yang secara langsung mendukung kelancaran
usaha anggota koperasi. 3.
Kredit Ketahanan Pangan KKP Kredit ketahanan pangan yang selanjutnya disebut KKP adalah kredit
investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank pelaksana kepada petani, peternak, nelayan dan petani ikan, kelompok tani, ternak,nelayan dan
petani ikan dalam rangka pembiayaan intensifikasi padi, jagung, kedelai, ubi kayu, dan ubi jalar, pengembangan budidaya tanaman tebu, peternak sapi
potong, ayam buras dan itik, usaha penangkapan dan budidaya ikan, serta kepada koperasi dalam rangka pengadaan pangan berupa gabah, jagung dan
kedelai.
2.2 Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan digunakan penulis sebagai bahan acuan dan perbandingan adalah sebagai
berikut: 1.
Drs. John Tafbu Ritonga dkk 2008 dengan judul penelitian “Peranan Bank dalam Mendukung Kredit Ketahanan Pangan dan Energi di Sumatera
Universitas Sumatera Utara