Perumusan Masalah Penelitian Terdahulu

8 tantangan lain yaitu permasalahan infrastruktur pertanian yang memerlukan biaya yang sangat besar. Dilatarbelakangi hal tersebut penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PERAN INSTITUSI PERBANKAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA”. Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan bagaimana peran perbankan dalam membantu mengatasi ketahanan pangan di Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1 Faktor-faktor apakah yang dapat mengancam ketahanan pangan di Indonesia? 2 Bagaimana peran perbankan dalam memberikan kredit terhadap petani dalam rangka memenuhi ketahanan pangan di Indonesia? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Melihat sejauh mana kondisi pangan di Indonesia serta faktor-faktor yang mengancam ketahanan pangan. b. Melihat sejauh mana peran perbankan dalam memberikan kredit terhadap petani terhadap ketahanan pangan. Universitas Sumatera Utara 9

1.3.2 Manfaat Penelitian

a. Bagi Bank Dapat memberikan informasi sejauh mana keefektifan pemberian kredit mencapai ketahanan pangan di Indonesia serta solusi dalam memecahkan masalah ketahanan pangan b. Bagi Koperasi, Kelompok Tani atau Petani Dapat memberikan informasi yang mendalam tentang Kredit Ketahanan Pangan KKP sehingga dapat lebih memaksimalkan produksi pangan di masa yang akan datang. c. Bagi Peneliti Dapat menerapkan ilmu yang telah di dapat diperkuliahan serta membantu dalam mencapai gelar sarjana. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat menjadi tambahan referensi bagi yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai peran institusi perbankan terhadap ketahanan pangan. Universitas Sumatera Utara 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank Bank berasal dari bahasa Italia yang berarti bantu atau pembantu. Namun seiring berjalannya waktu, pengertian bank meluas menjadi suatu bentuk pranata sosial yang bersifat finansial, yang melakukan kegiatan keuangan dan melaksanakan jasa-jasa keuangan. Bank bagi masyarakat yang hidup di negara-negara maju seperti di negara Eropa, Amerika, sudah merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Bank merupakan mitra dalam rangka memenuhi semua kebutuhan keuangan masyarakat sehari-hari. Bank dijadikan sebagai tempat bertransaksi yang berhubungan dengan keuangan seperti tempat mengamankan uang, melakukan investasi, pengiriman uang, melakukan pembayaran, atau melakukan penagihan. Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan dari dua pihak, yakni pihak kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Hal tersebut tercermin pada UU RI No.10 tahun 1998, tanggal 10 November 1998 yang menjelaskan mengenai Perbankan. Menurut UU RI No. 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan Bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”. Universitas Sumatera Utara 11 Secara umum bank adalah suatu badan usaha yang memiliki wewenang d a n f u n g s i u n t u k u n t u k m e n g h i m p u n d a n a m a s y a r a k a t u m u m u n t u k d i s a l u r k a n kepada yang memerlukan dana tersebut. Agar pengertian bank menjadi jelas, berikut beberapa definisi menurut para ahli : a. Undang-undang Republik Indonesia No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 : 1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit danatau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 2. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup k e l e m b a g a a n , k e g i a t a n u s a h a , s e r t a c a r a d a n p r o s e s d a l a m m e l a k s a n a k a n kegiatan usahanya. 3. B a n k U m u m a d a l a h b a n k y a n g m e l a k s a n a k a n k e g i a t a n u s a h a s e c a r a konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, 2008 hal. 25 b. Drs. H. Malayu S.P Hasibuan Bank adalah lembaga keuangan berarti bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset keuangan financial assets serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja. Universitas Sumatera Utara 12 c. Stuart dalam Anonim 2009 mendefenisikan bank sebagai badan usaha yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat pembayarannya sendiri atau uang yang diperolehnya dari pihak lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral. Dengan demikian bank merupakan perantara keuangan financial intermediaries, sehingga menimbulkan interaksi antara kreditur dan debitur. d. Rudi Tri Santoso, bank adalah suatu industri yang bergerak pada bidang kepercayaan yang menghubungkan debitur dan kreditur dana. Sejak dahulu sampai sekarang, peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa bank merupakan ”nyawa” untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Hal ini didasari karena fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangatlahvital, sebagai contoh dalam hal penciptaan uang, mengedarkan uang, menyediakan uang untuk menunjang kegiatan usaha, tempat mengamankan uang, tempat melakukan investasi, dan jasa keuangan lainnya. Maka dapat disimpulkan, bank adalah suatu lembaga usaha dimana kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan dana itu kepada masyarakat yang membutuhkan dana, serta melakukan jasa-jasa bank lainnya. Universitas Sumatera Utara 13

2.1.2 Fungsi dan Peran Perbankan

Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Tidak dapat dipungkiri kemajuan suatu bank di suatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Artinya, dunia perbankan dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya. Menurut George dalam Anonim 2008, bank memiliki tiga karakteristik khusus yang berbeda dalam fungsinya jika dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Pertama, terkait dengan fungsi bank sebagai lembaga kepercayaan untuk menyimpan dana masyarakat, baik dalam penciptaan uang dan mekanisme sistem pembayaran dalam perekonomian. Keberadaan perbankan memungkinkan berbagai transaksi keuangan dan ekonomi dapat berlangsung lebih cepat, aman dan efisien. Kedua, sebagai lembaga intermediasi keuangan, perbankan berperan khusus dalam memobilisasi simpanan masyarakat untuk disalurkan dalam bentuk kredit dan pembiayaan lain kepada dunia usaha. Ketiga, sebagai lembaga penanaman asset finansial, bank memiliki peran penting dalam mengembangkan pasar keuangan, terutama pasar uang domestik dan valuta asing. Bank berperan dalam mentransformasikan asset finansial seperti simpanan masyarakat dalam bentuk finansial asset lain yaitu kredit dan surat-surat berharga yang dikeluarkan pemerintah dan Bank Sentral. Adapun fungsi bank secara umum adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 14 1. Penghimpun dana untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana maka bank memiliki beberapa sumber yang secara garis besar ada tiga sumber, yaitu: a. Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal waktu pendirian. b. Dana yang berasal dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui usaha perbankan seperti usaha simpanan giro, deposito dan tabanas. c. Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan yang diperoleh dari pinjaman dana yang berupa Kredit Likuiditas dan Call Money dana yang sewaktu-waktu dapat ditarik oleh bank yang meminjam dan memenuhi persyaratan.. 2. Penyalur dana-dana yang terkumpul oleh bank disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga, penyertaan, pemilikan harta tetap. 3. Pelayan Jasa Bank dalam mengemban tugas sebagai “pelayan lalu-lintas pembayaran uang” melakukan berbagai aktivitas kegiatan antara lain pengiriman uang, inkaso, cek wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya. Selain fungsi utama, ada beberapa fungsi perbankan lainnya, antara lain : Berdasarkan Perundang-Undangan Pasal 3 UU No.7 Tahun 1992, yaitu : a. Bank sebagai penyalur kredit, baik kredit produktif maupun kredit konsumtif. Dana yang digunakan untuk menyalurkan kredit tersebut berasal dari dana pihak ketiga, berupa tabungan, giro dan deposito maupun dana bank itu snediri. Universitas Sumatera Utara 15 b. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan pembayaran Dimana tujuan perbankan Indonesia adalah untuk menunjang pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan rakyat banyak. Dilihat dari sebagai lembaga intermediasi, fungsi pokok bank umum antara lain Julius R. Latumaerissa,2011:135 : Agent of Trust Fungsi ini menunjukkan bahwa aktivitas intermediasi yang dilakukan oleh dunia perbankan dilakukan berdasarkan asas kepercayaan, dalam pengertian bahwa kegiatan pengumpulan dana yang dilakukan oleh bank tentu harus didasari rasa percaya dari masyarakat atau nasabah terhadap kredibilitas dan eksistensi dari masing-masing bank, karena rasa percaya masyarakat tidak akan menitipkan dananya di bank yang bersangkutan. Kepercayaan itu berkaitan dengan masalah keamanan dana masyarakat yang ada di setiap bank. Selain itu aspek kepercayaan itu juga berkaitan dengan kemampuan nasabah untuk membayar kembali pinjamanyang telah diterimanya, baik cicilan bunga maupun pengembalian pokok pinjaman. Agent of Development Fungsi ini sangat berkaitan dengan tanggung jawab bank dalam menunjang kelancaran transaksi ekonomi yang dilakukan oleh setiap pelaku ekonomi. Dalam kegiatan ekonomi, kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi merupakan satu kesatuan yang tak terpisah. Semua kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan uang sebagai alat pembayaran, alat kesatuan hitung, dan alat pertukaran. Karena hal ini, maka bank sebagai lembaga keuangan tentu mempunyai peran yang sangat strategis, sehingga dari aspek ini bank berfungsi untuk menjembatani semua kepentingan pelaku ekonomi dalam transaksi ekonomi yang dilakukan. Agent of Service Industri perbankan adalah lembaga yang bergerak di bidang jasa keuangan maupun jasa nonkeuangan. Sebagai bank, di samping memberikan pelayanan jasa keuangan sebagaimana kegiatan intermediasi yang selalu dilakukan, maka bank juga turut serta dalam memberikan jasa pelayanan yang lain seperti jasa transfer payment order, jasa kotak pengaman safety box, jasa penagihan, atau inkaso collection yang saat ini telah mengalami perubahan dengan nama city clearing. Maka dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya bank tidak hanya dipahami dalam kedudukannya sebagai lembaga intermediasi semata-mata, tetapi juga memiliki fungsi-fungsi lainnya. Sedangkan dalam menjalankan kegiatannya bank mempunyai peran penting dalam sistem keuangan secara umum, yaitu :

1. Pengalihan Aset asset transmutation

Universitas Sumatera Utara 16 Yaitu pengalihan dana atau aset dari unit surplus ke unit devisit. Dimana sumber dana yang diberikan pada pihak peminjam berasal pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana. Dalam hal ini bank berperan sebagai pangalih aset yang likuid dari unit surplus lender kepada unit defisit borrower. 2. Transaksi transaction Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi. Dalam ekonomi modern, trnsaksi barang dan jasa tidak pernah terlepas dari transaksi keuangan. Untuk itu produk-produk yang dikeluarkan oleh bank giro, tabungan, depsito, saham dan sebagainyamerupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran.

3. Likuiditas liquidity

Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk- produk berupa giro, tabungan, deposito, dan sebagainya. Produk-produk tersebut masing- masing mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Untuk kepentingn likuiditas para pemilik dana dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. Dengan demikian bank memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak yang mengalami surplus likuiditas dan menyalurkannya kepada pihak yang mengalami kekurangan likuiditas.

4. Efisiensi efficiency

Peranan bank sebagai broker adalah menemukan peminjam dan pengguna modal tanpa mengubah produknya. Di sini bank hanya memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simetris asymmetric information antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif. Peran bank menjadi penting untuk memecahkan masalah insentif tersebut. Untuk itu jelas Universitas Sumatera Utara 17 peran bank dalam hal ini yaitu menjembatani dua pihak yang saling berkepentingan untuk menyamakan informasi yang tidak sempurna, sehingga terjadi efisiensi biaya ekonomi. Selain itu, bank juga disebut sebagai stabilisator moneter yaitu bahwa bank mempunyai kewajiban ikut serta menstabilkan nilai tukar uang, nilai kurs atau harga barang-barang relatif stabil atau tetap, baik secara langsung maupun mekanisme Giro Wajib Minimum GWM, Operasi Pasar terbuka ataupun Kebijakan Diskonto. Bank sebagai dinamisator perekonomian yaitu bahwa bank merupakan pusat perekonomian, sumber dana, pelaksanaan lalu lintas pembayaran, memproduktifkan tabungan, dan mendorong kemajuan perdagangan nasional dan internasional. Tanpa peranan perbankan, tidak mungkin dilakukan globalisasi perekonomian. Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 menyebutkan, perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Maksud dari “demokrasi ekonomi” adalah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945 dalam mencapai tujuan perbankan Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraaan rakyat banyak. Dalam menjalankan fungsinya, bank harus memperhatikan hal – hal berikut a. Rentabilitas yaitu kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. b. Likuiditas yaitu kemampuan bank untuk melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo c. Solvabilitas yaitu kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya saat bank tersebut di likuidasi. Universitas Sumatera Utara 18

2.1.3 Jenis-jenis Bank

Jenis-jenis bank yang ada di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jenis-jenis perbankan berdasarkan UU Perbankan No.10 tahun 1998 berbeda dengan ketentuan sebelumnya, yaitu UU No. 14 tahun 1967. Namun kegiatan utama atau pokok bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda. Dalam praktiknya di Indonesia bank dibagi dalam beberapa jenis Kasmir, Pemasaran Bank, 2008 : 16 a. Salah satu jenis bank jika ditinjau dari segi fungsinya dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Bank Sentral Bank Sentral merupakan bank pusat. Bank ini mengatur berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dunia perbankan dan dunis keuangan di suatu negara.. karena itu, di setia negara hanya ada satu bank sentral yang dibantu oleh cabang-cabangnya. Di Indonesia, fungsi bank sentral dipegang oleh Bank Indonesia BI. Bank Indonesia di samping sebagai bank sentral adalah juga sebagai bank sirkulasi pengedaran keuangan, bank to bank mengatur perbankan, dan lender of the last resort tempat peminjaman terakhir. 2. Bank Umum Bank umum merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan melayani segenap lapisan masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun lembaga-lembaga lainnya. 3. Bank Perkreditan Rakyat BPR Universitas Sumatera Utara 19 Bank Perkreditan Rakyat merupakan bank yang khusus melayani masyarrakat kecil di kecamatan dan pedesaan. Jenis produk yang ditawrkan BPR relatif lebih sempit apabila dibandingkan dengan bank umum, bahkan ada beberapa jenis jasa bank yang tidak boleh diselenggarakan oleh BPR, seperti pembukaan rekening giro dan ikut kliring. b. Dilihat dari segi kepemilikannya Ditinjau dari segi kepemilikan adalah siapa pun yang turut andil dalam pendirian suatu bank. Kepemilikan bank dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimilikinya. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya terdiri atas: 1. Bank milik pemerintah Pada jenis bank ini, akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungannya juga dimiliki oleh pemerintah. Contoh bank milik pemerintah antara lain: Bank Negara Indonesia 46 BNI, Bank Rakyat Indonesia BRI dan Bank Tabungan Negara BTN. Sedangkan bank milik pemerintah daerah Pemda terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II. Contoh bank pemerintah daerah adalah BPD DKI Jakarta, BPD Jawa Barat, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur, BPD Sumatera Utara, BPD Sumatra Selatan, BPD Sulawesi Selatan, dan BPD lainnya: 2. Bank milik swasta nasional Bank jenis ini, seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Akte pendiriannya menunjukkan kepemilikan swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk pihak swasta. Contoh bank milik swasta Universitas Sumatera Utara 20 nasional antara lain: Bank Muamalat, Bank Central Asia, Bank Bumi Putra, Bank Danamon, Bank Duta, Bank Nusa Internasional, Bank Niaga, Bank Universal, Bank Internasional Indonesia: 3. Bank milik Koperasi Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh badan hukum koperasi, contohnya adalah Bank Umum Koperasi Indonesia; 4. Bank milik asing Bank asing ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Contoh bank asing antara lain: ABN AMR Bank, Deutsche Bank, American Express Bank, Bank of Amerika, Bank of Tokyo, Bangkok Bank, City Bank, European Asian Bank, Hongkong Bank, Standard Chartered Bank, Chase Manhattan Bank: 5. Bank milik campuran Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Saham bank campuran secara mayoritas dimiliki oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain : Sumitono Niaga Bank, Bank Merincop, Bank Sakura Swadarma, Bank Finconesia, Mitsubishi Buana Bank, Inter Pacifik Bank, Paribas BBD Indonesia, Ing Bank, Sanwa Indonesia Bank, dan Bank PDFCI. c. Dilihat dari segi status Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, bank umum dapat diklasifikasikan ke dalam dua macam. Pengklasifikasian ini berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan Universitas Sumatera Utara 21 ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari jumlah produk, modal, maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu, untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteris tertentu. Status bank yang dimaksud adalah: 1. Bank Devisa Adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, traveller cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia. 2. Bank Non-Devisa Adalah bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan kegiatan seperti halnya bank devisa. Jadi bank non-devisa hanya dapat melakukan transaksi dalam batas- batas negara. d. Dilihat dari segi cara menentukan harga Dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli, bank terbagi dalam 2 jenis berikut: 1. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Universitas Sumatera Utara 22 Belanda. Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga bagi para nasabahnya, bank konvensional menggunakan metode: a. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan, maupun deposito. Demikian pula, harga untuk produk pinjamannya kredit juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari suku bunga pinjaman, dikenal dengan istilah negative spread. Kondisi ini telah terjadi pada akhir tahun 1998 dan sepanjang tahun 1999. b. Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak perbankan dapat menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau prosentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. 2. Bank yang berdasarkan prinsip syariah Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di Indonesia. Namun di luar negeri terutama di negara timur tengah, bank yang berdasarkan prinsip syariah sudah berkembang pesat sejak lama. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah, penentuan harga produk sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam dengan pihak lain yang ingin menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank syariah juga dilakukan sesuai Syariat Islam. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank syariah dasar hukumnya adalah Al Qur’an dan Sunnah Rasul. Jenis bank ini Universitas Sumatera Utara 23 mengharamkan penetapan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah, bunga adalah riba.

2.1.4 Kegiatan Bank Umum

Bank umum atau yang lebih dikenal dengan nama bank komersil merupakan bank yang paling banyak beredar di Indonesia. Bank umum juga memiliki berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan BPR, baik dalam bidang ragam pelayanan maupun jangkauan wilayah operasinya. Artinya bank umum memiliki kegiatan pemberian jasa yang paling lengkap dan dapat beroperasi diseluruh wilayah Indonesia. Kegiatan bank umum secara lengkap meliputi kegiatan sebagai berikut : 1. Menghimpun Dana Funding Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal juga dengan kegiatan funding. Kegiatan membeli dana dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai jenis simpanan. Simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account. Jenis- jenis simpanan yang ada dewasa ini adalah: a. Simpanan Giro Demand Deposit, Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Kepada setiap pemegang rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama jasa giro. Besarnya jasa giro tergantung dari bank yang bersangkutan. Rekening giro biasa digunakan oleh para usahawan, baik untuk perorangan maupun perusahaannya. Bagi bank Universitas Sumatera Utara 24 jasa giro merupakan dana murah karena bunga yang diberikan kepada nasabah relatif lebih rendah dari bunga simpanan lainnya. b. Simpanan Tabungan Saving Deposit, Merupakan simpanan pada bank yang penarikan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dilakukan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu Anjungan Tunai Mandiri ATM. Kepada pemegang rekening tabungan akan diberikan bunga tabungan yang meru- pakan jasa atas tabungannya. Sama seperti halnya dengan rekening giro, besarnya bunga tabungan tergantung dari bank yang bersangkutan. Dalam praktiknya bunga tabungan lebih besar dari jasa giro. c. Simpanan Deposito Time Deposit, Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu jatuh tempo. Penarikannyapun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Namun saat ini sudah ada bank yang memberikan fasilitas deposito yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. jenis depositopun beragam sesuai dengan keinginan nasabah. Dalam praktiknya jenis deposito terdiri dari deposito berjangka, sertifikat deposito dan deposit on call. 1. Menyalurkan Dana Lending Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan Lending. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank dilakukan melalui pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan nama kredit. Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari beragam jenis, tergantung dari kemampuan bank Universitas Sumatera Utara 25 yang menyalurkannya. Demikian pula dengan jumlah serta tingkat suku bunga yang ditawarkan. Sebelum kredit dikucurkan bank terlebih dulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah. Kelayakan ini meliputi berbagai aspek penilaian. Penerima kredit akan dikenakan bunga kredit yang besarnya tergantung dari bank yang menyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi keuntungan bank, mengingat keuntungan utama bank adalah dari selisih bunga kredit dengan bunga simpanan. Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi : a. Kredit Investasi, Yaitu merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki jangka waktu yang relatif panjang yaitu di atas 1satu tahun. Contoh jenis kredit ini adalah kredit untuk membangun pabrik atau membeh peralatan pabrik seperti mesin-mesin. b. Kredit Modal Kerja, Merupakan kredit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit jenis ini berjangka waktu pendek yaitu tidak.lebih dari 1 satu tahun. Contoh kredit ini adalah untuk membeli bahan baku, membayar gaji karyawan dan modal kerja lainnya. c. Kredit Perdagangan, Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka memperlancar atau memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya. Universitas Sumatera Utara 26 Contoh jenis-kredit ini adalah kredit untuk membeli barang dagangan yang diberikan kepada para suplier atau agen. d. Kredit Produktif, Merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal kerja atau perdagangan. Dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali sehingga pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang dibiayai. e. Kredit Konsumtif, Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan pribadi misainya keperluan konsumsi, baik pangan, sandang maupun papan. Contoh jenis kredit ini adalah kredit perumahan, kredit kendaraan bermotor yang kesemuanya untuk dipakai sendiri. f. Kredit Profesi, Merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional seperti dosen, dokter atau pengacara. 2. Memberikan jasa-jasa Bank Lainnya Services Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Sekalipun sebagai kegiatan penunjang, kegiatan ini sangat banyak memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah, bahkan dewasa ini kegiatan ini memberikan kontribusi keuntungan yang tidak sedikit bagi keuntungan bank, apalagi keuntungan dari spread based semakin mengecil, bahkan cenderung negatif spread bunga sim- panan lebih besar dari bunga kredit. Universitas Sumatera Utara 27

2.1.5 Pengertian Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi ketersediaan pangan yang cukup bagi setiap orang pada setiap saat dan setiap individu yang mempunyai akses untuk memperolehnya baik secara fisik maupun ekonomi Soetrisno, 1998. Definisi dan paradigma ketahanan pangan terus mengalami perkembangan sejak adanya Conference of Food and Agriculture tahun 1943 yang mencanangkan konsep “secure, adequate and suitable supply of food for everyone”. Definisi ketahanan pangan sangat bervariasi, namun umumnya mengacu definisi dari Bank Dunia 1986 dan Maxwell dan Frankenberger 1992 yakni “akses semua orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat secure access at all times to sufficient food for a healthy life. Studi pustaka yang dilakukan oleh IFPRI 1999 diperkirakan terdapat 200 definisi dan 450 indikator tentang ketahanan pangan Weingärtner, 2000. Berikut disajikan beberapa definisi ketahanan yang sering diacu Nurul Hanani AR, 2009:19 : 1. Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996: kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. 2. USAID 1992: kondisi ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses secara fisik dan ekonomi untuk memperoleh kebutuhan konsumsinya untuk hidup sehat dan produktif. 3. FAO 1997 : situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota Universitas Sumatera Utara 28 keluarganya, dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut. 4. FIVIMS 2005: kondisi ketika semua orang pada segala waktu secara fisik, social dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan sesuai dengan seleranya food preferences demi kehidupan yang aktif dan sehat. 5. Mercy Corps 2007 : keadaan ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap terhadap kecukupan pangan, aman dan bergizi untuk kebutuhan gizi sesuai dengan seleranya untuk hidup produktif dan sehat. Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ketahanan pangan memiliki 5 unsur yang harus dipenuhi : 1. Berorientasi pada rumah tangga dan individu 2. Dimensi watu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses 3. Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik, ekonomi dan sosial 4. Berorientasi pada pemenuhan gizi 5. Ditujukan untuk hidup sehat dan produktif Di Indonesia sesuai dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1996, pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari: 1 tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; 2 aman; 3 merata; dan 4 terjangkau. Dengan pengertian tersebut, Universitas Sumatera Utara 29 mewujudkan ketahanan pangan dapat lebih dipahami sebagai berikut Nurul Hanani AR, 2009:19 : a. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, 23 vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia. b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama. c. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air. d. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.

2.1.6 Jenis Pangan

Sebagian besar masyarakat Indonesia mengenal beras sebagai salah satu jenis pangan. Akan tetapi pangan di Indonesia tidak hanya beras saja. Berikut ini beberapa jenis pangan lain, termasuk beras yaitu Dirjen IKP, 2011:47 : a. Beras Sebagaimana bulir selaria lain, bagian terbesar beras didominasi oleh pati sekitar 80-85. Beras juga mengandung protein, vitamin terutama pada bagian aleuron, mineral dan air. b. Gandum Universitas Sumatera Utara 30 Gandum memiliki kandungan zat yang cukup banyak. Mulai dari kalsium, potassium, magnesium, silicon, protein, sampai vitamin B dan E. Ini berarti gandum dapat mengurangi kadar kolesterol dan menyehatkan sistem pencernan dalam tubuh. c. Jagung Jagung mengandung karbohidrat, protein, serat, asam folat dan khasiat penting lainnya yang layak dan sehat dikonsumsi secara berkala. d. Kedelai Kacang ini merupakan bagian dari keluarga kacang polong yang kaya akan protein. Kacang kedelai juga baik untuk mencegah penyakit jantung dan tulang keropos. Bagi wanita, kacang ini membantu menormalkan kadar estrogen dalam tubuh dan meningkatkan kadar estrogen yang rendah di tulang. e. Gula Gula merupakan sumber karbohidrat yang oleh tubuh akan diolah menjadi glukosa. Glukosa inilah yang kemudian akan diolah menjadi makanan bagi sel-sel tubuh manusia. f. Daging sapi Selain mengandung protein dan lemak, daging sapi pun mengandung vitamin dan mineral dalam kadar yang cukup tinggi, diantaranya vitamin B1 dan B2, zat besi serta kalsium. Adapun zat mineral semacam besi dan kalsium yang berperan untuk meningkatkan efisiensi transmisi saraf pada otak manusia dan mengoptimalkan proses pembentukan sel darah merah. Universitas Sumatera Utara 31 2.1.7 Sumber Pembiayaan Perbankan Terhadap Ketahanan Pangan 2.1.7.1 Kredit Sektor Pertanian Masalah seputar penyediaan modal dan sulitnya akses ke perbankan umum adalah kendala yang sering dilontarkan oleh para petani, baik petani tradisional, pedagang maupun pengumpul hingga industri rumah tangga yang berbasis pertanian. Kredit sektor pertanian termasuk kredit produktif yang menghasilkan barang berupa bahan makanan utama rakyat Indonesia, membicarakan kredit sektor pertanian dengan sendirinya tidak akan terlepas dari pola tata hidup pertanian yang selalu terkait dengan keadaan alam, luas tanah garapan, pola tanam, dan musim. Kredit sektor pertanian ini secara tehnis perkreditan dan sosial ekonomi memerlukan suatu kajian secara khusus, hal ini tidak terlepas faktor-faktor kehidupan petani, pedesaan, kepadatan penduduk, semakin sempitnya tanah garapan, adat istiadat dan tata kehidupan yang tidak berubah, serta kemampuan SDM petani itu sendiri. Jika diperhatikan, perbankan belum serius memberdayakan agrikultur. Rata-rata proporsi kredit Investasi untuk pertanian hanya 12,13 sedang untuk industri 32,13 dan jasa 36,87. Disamping itu, kredit modal kerja untuk pertanian hanya 6,05 jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan kredit ke industri yang rata-rata 37,67 dan jasa 23,39. Bank-bank pemerintah yang dominan memberikan kredit ke sektor ini, dengan menyumbang 61 dari total kredit ke sektor pertanian. Dari sebanyak 131 bank yang ada, hanya 4 saja yang peduli dengan sektor pertanian. Mangasa Augustnius Sipahutar, Persoalan Persoalan Perbankan Indonesia,2007 : 126 Universitas Sumatera Utara 32 Kredit pada sektor pertanian ini pada umumnya adalah kredit program yang merupakan kredit massal dan sering bersifat politis, kredit yang bersifat masal seringkali memberikan beban berat kepada bank BUMN khususnya bank pemerintah yang lebih dominan memberikan kredit pada sektor ini. Kredit program pada dasarnya merupakan kredit bersubsidi yaitu pengenaan suku bunga biasanya berada dibawah suku bunga komersial yang berlaku pada saat ini. Dengan sifatnya yang masal maka menjadikan bank tidak mungkin menganalisa satu persatu debiturnya, disamping itu banyaknya jumlah debitur yang juga tidak paham tentang pencatatan keuangannya sehingga data-data untuk analisa sulit didapatkan, ini penyebab terjadinya analisa secara bank tekhnis tidak memenuhi syarat. Bank mengharapkan administrasi yang tertib dari para petani adalah suatu jangkauan yang sangat jauh dan panjang, sehingga jika ketertiban administrasi ini selalu dijadikan obyek utama penilaian secara bank teknis, maka penilaian bank memang jauh dari standart.

2.1.7.2 Jenis Kredit Pertanian

Kebijakan perbankan yang ekspansif namun tetap mengacu kepada asas kehati-hatian prudent, menjadi pendukung utama dalam memacu pengembangan sektor pertanian, tanpa adanya dukungan dari lembaga perbankan maka sangat sulit diperoleh atau dicapainya pertumbuhan yang signifikan pada sektor riil khususnya sektor pertanian. Lembaga perbankan harus dipacu untuk selalu mengembangkan kebijakan yang selalu searah dan sejalan dengan pengembangan sektor pertanian, untuk itu lembaga perbankan diupayakan tetap eksis membiayai kredit pada sektor Universitas Sumatera Utara 33 pertanian dengan mengupayakan kredit bersubsidi maupun kredit dengan bunga dibawah kredit komersiil. Adapun jenis – jenis kredit pada program sektor pertanian antara lain adalah 1. Kredit Usaha Tani KUT merupakan kredit yang diberikan kepada para petani guna mendukung peningkatan produksi pangan melalui pembiyaan usaha tani dalam rangka intensifikasi padi, palawija, dan hortikultura. Kredit ini disalurkan melalui Kelompok Tani, KUD maupun LSM yang telah direkomendasikan oleh dinas-dinas terkait diluar perbankan. Kredit Usaha Tani KUT ini merupakan fasilitas kredit berprioritas tinggi yang mengandung unsur subsidi, serta KUT ini pada dasarnya merupakan kelanjutan dari kredit Bimas yang pada masa order baru hanya disalurkan melalui Bank Rayat Indonesia BRI yang sepenuhnya didukung oleh Kredit Likuiditas Bank Indonesia KLBI, Hasil nyata dari program ini terlihat tercapainya swasembada beras pada tahun 1984. Dalam perkembangannya bank penyalur KUT adalah bank umum yang telah ditunjuk pemerintah BRI, Bank Danamon, Bank Pembangunan Daerah. Kredit ini bersifat masal, pemberian kredit ini disesuaikan dengan musim tanam dan dalam jangka waktu hanya satu tahun. 2. Kredit Kepada Koperasi KKOP Kredit KKOP ini bertujuan untuk mengembangkan koperasi dibidang agribisnis terutama untuk pengadaan distribusi pangan serta pembiayaan pasca panen kepada koperasi. Kredit Kepada Koperasi KKOP adalah kredit Universitas Sumatera Utara 34 investasi dan atau modal dalam rangka pembiayaan usaha agribisnis, yaitu semua kegiatan yang terkait dengan pengadaan dan penyaluran distribusi sarana produksi pertanian, budidaya pertanian, pengolahan hasil pertanian dan pemasaran hasil pertanian antara lain sebagai berikut : a. Pengadaan padi, palawija, cengkeh, pupuk dan hortikultura, b. Distribusi beras, gula pasir, minyak goreng dan kedelai c. Usaha agribisnis lainnya yang secara langsung mendukung kelancaran usaha anggota koperasi. 3. Kredit Ketahanan Pangan KKP Kredit ketahanan pangan yang selanjutnya disebut KKP adalah kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank pelaksana kepada petani, peternak, nelayan dan petani ikan, kelompok tani, ternak,nelayan dan petani ikan dalam rangka pembiayaan intensifikasi padi, jagung, kedelai, ubi kayu, dan ubi jalar, pengembangan budidaya tanaman tebu, peternak sapi potong, ayam buras dan itik, usaha penangkapan dan budidaya ikan, serta kepada koperasi dalam rangka pengadaan pangan berupa gabah, jagung dan kedelai.

2.2 Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan digunakan penulis sebagai bahan acuan dan perbandingan adalah sebagai berikut: 1. Drs. John Tafbu Ritonga dkk 2008 dengan judul penelitian “Peranan Bank dalam Mendukung Kredit Ketahanan Pangan dan Energi di Sumatera Universitas Sumatera Utara 35 Utara”. Penelitian ini membahas tentang bagaimana peran perbankan dalam pelaksanaan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KKP-E di Sumatera Utara. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya kendala perbankan dalam merealisasikan KKP-E di Sumatera Utara yaitu penjamin pinjaman koleteral dan legalitas kepemilikan tanah. Selain itu pagu kredit indikatif yang dapat diberikan perbankan serta minimnya ketersediaan pupuk di Sumatera Utara. 2. Ashari 2009 dalam penelitiannya berjudul “Peran Perbankan Nasional dalam Pembiayaan Sektor Pertanian di Indonesia”. Penelitian ini membahas tentang potensi dan peran serta permasalahan yang dihadapi perbankan nasional dalam pembiayaan di sektor pertanian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minimnya pembiayaan di sektor pertanian adalah sebagai berikut, di antaranya resiko pembiayaan yang tinggi, persyaratan yang ketat dalam pengajuan kredit, kelemahan manajemen usaha pertanian yang umumnya berskala mikro-kecil, serta keterbatasan kompetensi perbankan di bidang pertanian. 3. Sahat Pasaribu dkk 2007 dengan judul penelitian “Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian”. Penelitian ini membahas tentang seberapa besarnya pengeluaran pemerintah untuk membiayai pembangunan sektor pertanian oleh berbagai lembagainstansi serta mengetahui perkembangan program pembiayaan di sektor pertanian pada 3 tiga skim pembiayaan yang dikelola oleh Departemen Pertanian, yaitu KKP, SP3, dan LM3. Hasil penelitian ini adalah pembiayaan pertanian hanya memperoleh porsi relatif kecil dan tersebar di berbagai instansi pemerintah. Beberapa kendalanya seperti agunan membuat sangat sedikit petani beskala kecil menerima KKP. Universitas Sumatera Utara 36 4. Bambang Sayaka dan Rudi Sunarja Rival 2012 dengan judul penelitian “Peningkatan Akses Petani Terhadap Kredit Ketahanan Pangan dan Energi”. Penelitian ini membahas keragaan, kendala dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran KKP-E di Jawa Timur dan Bali. Hasil penelitian ini yaitu banyak petani yang keterbatasan agunan karena kurang sosialisasi, prosedur rumit, dan keterbatasan agunan. Di samping itu, petani perlu dibantu dalam pembuatan sertifikat tanah secara massal dengan harga murah agar dapat digunakan untuk agunan kredit. 5. Darmawanto 2008 dengan judul Penelitian “Pengembangan Kredit Sektor Pertanian”. Penelitian ini membahas tentang kebijaksanaan yang dilaksanakan untuk memacu pengembangan kredit sektor pertanian dalam hal ini dititikberatkan pada Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah. Hasil penelitian ini terdapat peluang untuk mengadakan regulasi mengenai sistem dan mekanisme untuk meningkatkan pengembangan kredit pada sektor pertanian dan terdapat kendala yaitu pendekatan perbankan yang lebih menekankan dan mementingkan persyaratan formal bank teknis menjadikan sulit dipenuhi oleh para petani. 6. Tim Peneliti SMERU 2002 dengan judul penelitian “Pendanaan Usaha Tani Padi Pasca KUT, Kredit Ketahanan Pangan KKP”. Penelitian ini membahas tentang bagaimana proses pelaksanaan KKP di lapangan dan melihat respon masyarakat khususnya petani dalam menyikapi KKP. Hasil penelitian ini adalah penggunaan saprodi, terutama pupuk di tingkat petani relatif tidak berubah walaupun program KUT tidak tersedia lagi, penyerapan KKP untuk tanaman Universitas Sumatera Utara 37 pangan masih sangat rendah, pelaksanaan sosialisasi sangat beragam dan terlambat, dan informasi yang kurang diketahui oleh petani.

2.3 Kerangka Konseptual