Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KKP-E

47 krisis ekonomi melalui keharusan menyerap limpahan tenaga kerja sektor informal perkotaan. Dampaknya adalah sektor pertanian termasuk petani, terus terpojok dan terpinggirkan. Infrastruktur penting seperti bendungan dan irigasi tidak diurus, baik oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah, sehingga pada musim kemarau petani harus menanggung penderitaan paling parah. Jalan rusak parah, sehingga mengganggu sistem distribusi komoditas strategis, dan ini meningkatkan biaya transportasi secara signifikan. Harga jual di tingkat konsumen naik sementara harga di tingkat petani tetap, sehingga membuat tidak cukup insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi dan produktivitasnya. 5. Pada fase 2001 sampai sekarang merupakan fase transisi politik dan periode desentralisasi. Pembangunan pertanian perlu diterjemahkan menjadi peningkatan basis kemandirian daerah yang secara teoritis dan empiris mampu mengalirkan dan bahkan menciptakan dampak ganda aktivitas lain di daerah. Otonomi daerah perlu diterjemahkan sebagai suatu kewenangan daerah untuk lebih leluasa melakukan kombinasi strategi kompetitif yang ada di suatu daerah otonom, khususnya dalam kerangka pembangunan pertanian dan sektor ekonomi lain pada umumnya.

4.1.3 Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KKP-E

KKP-E adalah kredit investasi dan atau kredit modal kerja yang diberikan kepada petani, peternak, nelayan dan pembudidaya ikan, kelompok tani, peternak, nelayan dan pembudidaya ikan dalam rangka pembiayaan intensifikasi padi, jagung, kedelai, ubi kayu dan ubi jalar, kacang tanah dan atau sorgum, pengembangan budidaya tanaman tebu, peternak sapi potong, ayam buras dan itik, Universitas Sumatera Utara 48 usaha penangkapan dan budidaya ikan serta kepada koperasi dalam rangka pengadaan pangan berupa gabah, jagung dan kedelai Deptan,2000. Kredit Ketahan Pangan dan Energi KKP-E yang dulu disebut sebagai Kredit Ketahanan Pangan KKP, telah dimulai sejak Oktober 2000 yang merupakan penyempurnaan dari KUT, KKPA unggas, tebu dan nelayan serta Kredit Koperasi Pangan. KKP ditujukan untuk membantu permodalan petani dan peternak dengan suku bunga terjangkau sehingga petani dapat menerapkan teknologi rekomendasi budidaya dan dapat mengembangkan kegiatan pertaniannya secara layak. KKP terus mengalami perkembangan seperti perubahan dan penyempurnaan baik dalam cakupan komoditas yang dibiayai, kebutuhan indikatif dan plafon maksimum per debitur. Penyempurnaan KKP juga diperuntukkan dalam mendukung ketahan energi sehingga mulai Oktober 2007 KKP berubah menjadi Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KKP-E. Tujuan KKP-E adalah antara lain: a. Menyediakan kredit investasi dan atau modal kerja dengan suku bunga terjangkau, b. Mengoptimalkan pemanfaatan dana kredit yang disediakan oleh perbankan untuk petanipeternak yang memerlukan pembiayaan usahanya secara efektif, efisien dan berkelanjutan guna peningkatan produksi sekaligus peningkatan pendapatan dan kesejahteraan dan c. Mendukung peningkatan ketahanan pangan nasional dan ketahanan energi lain melalui pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar nabati. Universitas Sumatera Utara 49 Sasaran KKP-E antara lain yaitu : a. Tersalurnya KKP-E kepada petani dan peternak yang membutuhkan pembiayaankredit serta lancar dalam pengembalian kreditnya, b. Peningkatan penerapan teknologi anjuran bagi petanipeternak yang memanfaatkan pembiayaankredit yang akhirnya terjadi peningkatan produktivitas usaha. Dalam KKP-E, pemerintah memberikan subsidi bunga, sehingga bunga pinjaman yang harus ditanggung debitur jauh lebih rendah dibandingkan dengan bunga komersial yang berlaku saat ini. Besarnya tingkat bunga kredit bank, tingkat bunga kepada peserta KKP-E, dan subsidi bunga adalah sebagai berikut: Tabel 4.1.3 Tingkat Bunga Bank, Tingkat Bunga Peserta KKP-E dan Subsidi Bunga Uraian Tingkat Bunga Bank Tingkat Bunga kepada Peserta Subsidi Bunga KKP-E Tebu 12 7,5 4,5 KKP-E Lainnya 13 5,5 7,5 Sumber: Direktorat Pembiayaan Pertanian, 2012 Besarnya suku bunga KKP-E untunk Pengembangan Tebu yang diterima Bank maksimum Lembaga Penjamin Simpanan LPS + 5, sedangkan untuk KKP-E sub sektor lainnya maksimum LPS + 6. Ketentuan ini berlaku mulai tanggal 1 Oktober 2013 sampai dengan 31 Maret 2014. Walaupun kenyataan tersebut berbeda dengan realisasinya, seperti di daerah Mojokerto dimana suku bunga untuk tanaman pangan jauh di atas sektor lainnya yaitu 8. Universitas Sumatera Utara 50 4.2 Pembahasan 4.2.1 Situasi dan Kondisi Pangan