4.2 Analisis Hasil
Analisis hasil yang dilakukan adalah terhadap hasil pengujian, pembandingan dengan metode lain, kompleksitas waktu dan kompleksitas ruang
penyimpanan.
4.2.1 Analisis Hasil Pengujian
Hasil pengujian yang dilakukan baik dalam hal pembuatan basis data acuan maupun pengujian pengenalan aksara uji, telah dipresentasikan dalam bentuk tabel.
Berdasarkan apa yang terlihat pada tabel-tabel hasil pengujian itulah dilakukan analisis terhadap sistem pengenalan ini.
Besarnya masing-masing variabel lingkungan sistem yang masih efektif digunakan pada sistem pengenalan untuk 23 pola model Aksara Bali maupun 42
pola model Tandatangan Indonesia adalah:
• Konstanta pemotongan nilai eigen q adalah 1, 2 dan 3. Nilai q yang
kecil, akan menyebabkan hasil pengenalan menjadi tidak stabil, karena nilai eigen pada urutan kecil belum bisa menggambarkan
karakteristik suatu matriks, sedangkan nilai q yang besar dalam hal
ini lebih dari 3 akan cenderung menyebabkan terjadinya kesalahan sistem yaitu adanya pembagian dengan bilangan nol, karena nilai
eigen pada urutan besar cenderung bernilai sangat kecil bahkan terkadang mendekati nol.
• Konstanta pengali nilai ambang Cd adalah 2,0; 3,0; 4,0 dan 5,0.
Nilai ini dipakai agar nilai ambang yang dihasilkan tidak terlalu jauh
menyimpang dari nilai C yang didapatkan.
4.2.1.1 Analisis Pengujian Pengenalan
Hasil pengenalan terhadap karakter Aksara Bali terlihat pada Tabel 4.7 sampai dengan Tabel 4.12 dengan menampilkan banyaknya kesalahan yang terjadi
pada masing-masing variasi pengujian. Total kesalahan pada masing-masing variasi lingkungan sistem diperlihatkan kembali dalam Tabel 4.13 yang digunakan untuk
mempermudah melakukan analisis.
88
Tabel 4.13
Banyaknya kesalahan yang terjadi pada pengujian sistem pengenalan
Cd
= 2,0
Cd
= 3,0
Cd
= 4,0
Cd
= 5,0 POLA MODEL
q
diken al
Tidak terdaf
tar Diken
al aksar
a lain diken
al Tidak
terdaf tar
Diken al
aksar a lain
diken al
Tidak terdaf
tar Diken
al aksar
a lain diken
al Tidak
terdaf tar
Diken al
aksar a lain
1 225
7 15
226 4
17 226
4 17
226 3
18 2
193 3
51 193
1 53
193 54
193 54
Aksara Bali p=23
3 238
5 4
238 3
6 238
1 8
238 9
1 227
7 13
227 6
14 228
3 16
228 3
16 2
192 5
50 192
3 52
192 1
54 192
1 54
Tandatangan Indonesia
p=42 3
227 12
8 228
10 9
228 5
14 228
5 14
Angka kesalahan yang terjadi pada pengujian seperti terlihat dari Tabel 4.13 di atas kemudian dihitung prosentase kesalahannya masing-masing, yaitu kesalahan
tipe I kesalahan dimana aksara uji dianggap tidak terdaftar padahal sudah ada, serta kesalahan tipe II kesalahan sistem yang terjadi akibat kesalahan mengenali
aksara uji yang berbeda. Rumusan dari perhitungan masing-masing tipe kesalahan tersebut adalah sebagai berikut :
100 247
1 .
4 100
× =
× =
Uj Uj
Uj
Error N
Error I
Tipe Error
L L
L L
L L
100 247
2 .
4 100
× =
× =
Uj Uj
Uj
Error N
Error II
Tipe Error
L L
L L
L L
3 .
4 L
L L
L L
II Tipe
Error I
Tipe Error
Sistem Error
+ =
Hasil perhitungan dari prosentase kesalahan Tipe I dan Tipe II sistem pengenalan menggunakan rumusan di atas, dengan dasar data yang ada pada
Tabel 4.13 diperlihatkan dalam Tabel 4.14, prosentase kesalahan rata-rata dalam Tabel 4.15 dan prosentase keberhasilan yang digunakan sebagai tolok ukur unjuk
kerja sistem dalam Tabel 4.16 , sedangkan presentasi dalam bentuk grafik terlihat pada Gambar 4.9, Gambar 4.10, Gambar 4.11 dan Gambar 4.12.
89
Tabel 4.14
Prosentase kesalahan tipe I dan tipe II pada pengujian sistem pengenalan
Cd = 2,0 Cd = 3,0
Cd = 4,0 Cd = 5,0
POLA MODEL q
Tipe I Tipe II
Tipe I Tipe II
Tipe I Tipe II
Tipe I Tipe II
1 2,8 6,1 1,6 6,9 1,6 6,9 1,2 7,3
2 1,2 20,6 0,4 21,4 0 21,8 0 21,8
Aksara Bali p=23
3 2,0 1,6 1,2 2,4 0,4 3,2 0 3,6
1 2,8 5,3 2,4 5,7 1,2 6,5 1,2 6,5
2 2 20,2 1,2 21 0,4 21,8 0,4 21,8
Tandatangan Indonesia
p=42
3
4,9 3,2 4,0 3,7 2 5,7 2 5,7
Tabel 4.15
Prosentase kesalahan rata-rata pada pengujian sistem pengenalan
POLA MODEL q
Cd = 2,0 Cd = 3,0
Cd = 4,0 Cd = 5,0
1 8,9 8,5 8,5 8,5
2 21,8 21,8 21,8 21,8
Aksara Bali p=23
3 7,3 7,3 7,3 7,3
1 8,1 8,1 7,7 7,7
2 22,2 22,2 22,2 22,2
Tandatangan Indonesia
p=42
3
8,1 7,7 7,7 7,7
Tabel 4.16
Prosentase keberhasilan pada pengujian sistem pengenalan
POLA MODEL q
Cd = 2,0 Cd = 3,0
Cd = 4,0 Cd = 5,0
1 91,1 91,5 91,5 91,5
2 78,2 78,2 78,2 78,2
Aksara Bali p=23
3 92,7 92,7 92,7 92,7
1 91,9 91,9 92,3 92,3
2
77,8 77,8 77,8 77,8 Tandatangan
Indonesia p=42
3 91,9 92,3 92,3 92,3
90
Gambar 4.9
Grafik prosentase kesalahan Tipe I
Gambar 4.10
Grafik prosentase kesalahan Tipe II
91
Gambar 4.11
Grafik prosentase kesalahan rata-rata
Gambar 4.12
Grafik prosentase keberhasilan unjuk kerja sistem
Grafik prosentase kesalahan Tipe I pada Gambar 4.9 menunjukkan bahwa
semakin besar konstanta pengali nilai ambang Cd maka prosentase kesalahan yang
92
terjadi akan semakin kecil, karena rentang penerimaan semakin besar sehingga sistem akan semakin toleran menerima variasi aksara dengan beda yang lebih besar.
Grafik prosentase kesalahan Tipe II pada Gambar
4.10 menunjukkan bahwa
semakin besar nilai Cd maka prosentase kesalahan semakin besar pula. Hal ini disebabkan karena aksara yang sebelumnya dianggap tidak terdaftar setelah Cdnya
diperbesar maka dikenali sebagai aksara yang berbeda. Kedua hal ini berlaku untuk
semua variasi lingkungan sistem baik variasi konstanta q maupun pola model.
Grafik pada Gambar 4.11 yang merupakan grafik prosentase kesalahan rata- rata yang terjadi pada sistem pengenalan menunjukkan bahwa ada titik minimum
prosentase kesalahan yang didapat dari kombinasi lingkungan sistem, yaitu menggunakan 23 pola model Aksara Bali dengan konstanta pemotongan nilai eigen
q noktah segiempat bernilai 3 untuk semua nilai Cd. Kombinasi lingkungan sistem
ini memberikan prosentase kesalahan terkecil yaitu sebesar 7,3. Grafik pada Gambar 4.12 menunjukkan prosentase keberhasilan unjuk kerja
sistem tidak terlalu dipengaruhi oleh perubahan pengali nilai ambang Cd kecuali
pada kasus-kasus tertentu yang mana karakter yang sebelumnya dinyatakan tidak
terdaftar setelah Cdnya diperbesar maka karakter tersebut dapat dikenali. Variasi
nilai q sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja sistem baik pada 23 pola model Aksara Bali maupun 42 pola model tandatangan Indonesia, kecuali pada q=2.
Hal lain yang bisa diamati dari hasil pengujian adalah waktu proses yang diperlukan untuk melakukan pengenalan pada masing-masing lingkungan sistem
seperti terlihat dalam Tabel 4.17.
Tabel 4.17
Perbandingan waktu proses untuk 23 pola model Aksara Bali dan 42 pola model Tandatangan Indonesia
Jumlah Basis data Acuan yang terdaftar 10
20 30
40 50
60 70
No Jumlah Uji
Pola Model
tms tms
tms tms
tms tms
tms 1
247 23
50825 101291
163925 189431
231442 276043
317679 2
247 42
108398 196950
292626 388721
487423 591428
695777
Grafik dari waktu proses dari Tabel 4.17 terlihat seperti pada Gambar 4.12. Grafik tersebut menunjukkan waktu proses pengenalan untuk jumlah basis data
acuan yang semakin banyak memerlukan waktu yang lebih lama untuk masing-
masing pola model. Waktu proses pengenalan yang diperlukan jika menggunakan 93
23 pola model Aksara Bali lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan 42 pola
model Tandatangan Indonesia. Variasi besarnya konstanta pengali nilai ambang Cd
relatif tidak berpengaruh pada waktu proses. Pada spesifikasi perangkat keras yang sama, hal yang paling berpengaruh terhadap waktu proses adalah banyaknya
perangkat lunak atau program yang aktif secara bersamaan pada saat pengujian.
Gambar 4.13
Grafik waktu proses pengenalan sistem Hasil pengujian dan analisis hasil di atas menjelaskan bahwa prosentase
keberhasilan unjuk kerja dalam sistem pengenalan Aksara Bali dengan menggunakan Metode Pola Busur Terlokalisasi sudah sangat tinggi yaitu 96,4.
Hal ini dipengaruhi oleh konstanta pemotongan nilai eigen q, semakin besar nilai q maka kesalahan pengenalan semakin kecil.
4.2.2 Analisa Perbandingan Keberhasilan Pengenalan Aksara Bali