2.2. Fungsi Aksara di Era Modern
Menurut Ong 1982 Dalam Kutha Ratna,2005:149-150 menyebutkan bahwa tulisan memiliki beberapa ciri dalam zaman modern ini, yaitu:
a tulisan merupakan hasil teknologi komputerisasi dalam kebudayaan mutakhir, karena itu, tulisan bersifat kejam,
b tulisan menghancurkan memori, manusia menjadi pelupa, tulisan memperlemah pikiran,
c tulisan tidak responsif, sebab manusia hanya berdialog dengan bahasa, dengan wacana,
d tulisan bersifat pasif sebab dihasilkan melalui dunia yang tidak alamiah.
Terlepas dari beberapa kelemahan bahasa dan aksara di era modernisasi, namun perlu disadari bahwa dengan komputerisasi bahasa dan aksara akan mampu
mengadopsi kemajuan teknologi komunikasi dewasa ini. Pada sisi lain juga, bahwa aksara dalam komputer dapat dikreasi dalam berbagai kepentingan praktis, narnun
iidak menghilangkan hakikat dan makna yang disimbolkan oleh aksara dan bahasa itu sendiri.
Menurut Sudewa 2005:212 menyebutkan sasaran komputerisasi teks Aksara Bali adalah sebagai berikut:
1 Menyunting teks Aksara Bali meng unakan pengolahan kata 2 Melacak teks Aksara Bali.
3 Membuat website dengan Aksara Bali, mengirim e-Maill dengan Aksara Bali.
4 Melakukan pemrosesan teks lainnya. seperti pencarian teks dan spell checking.
5 Melakukan pengenalan manuskrip Aksara Bali dan menyimpan hasilnya dalam teks komputer.
6 Dan pemrosesan teks lainnya yang biasa dilakukan dengan aksara latin.
2.3. Ejaan Bahasa Bali
Menurut keputusan Pasamuhan Agung tersebut Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin itu disesuaikan dengan ejaan Bahasa Indonesia. maksudnya ialah:
- Ejaan itu dibuat sesederhana-sederhananya
6
- Ejaan itu harus fonetik, artinya tepat atau mendekati ucapan yang sebenarnya Berdasarkan hal- hal tersebut di atas, maka ditetapkan huruf- huruf yang dipakai
untuk menuliskan Bahasa Bali dengan huruf Latin sebagai tersebut di bawah ini: • Aksara suara vokal: a, e, i, u, e. o enam buah, telah diubah pepet dan
taling sama • Aksara wianjana konsonan: h, n, c, r, k, g, t, m, ng, b, s, w, l, p, d, j, y, ny,
18 buah. Kalau kita tuliskan huruf-huruf Bali yang ada sekarang dengan tulisan Bali Latin
adalah sebagai berikut: 1. Aksara Suara
Nomor Aksara Bali
Bali Latin
a ê
i u
e o
. Aksara Wianjana: 2
Nomer Aksara Bali
Bali Latin
h a N
c
Nomer Aksara Bali Bali Latin
l m
g
7
r k
d b
ng p
j t
s w
y ny
. Pengangge gge adalah lambang yang tidak dapat berdiri sendiri, ditulis dengan
meleka
a. Pengangge Suara ianjana konsonan dibubuhi pangangge aksara suara vokal,
ruf Na dibubuhi ulu dibaca Ni. .
ala bunyi h diucapkan, kadangkala 3
Pangan ti suatu
aksara wianjana maupun
aksara suara dan mempengaruhi cara
membaca dan menulis aksara Bali. Ada berbagai jenis pangangge, antara
lain pangangge suara, pangangge tengenan dan pangangge aksara.
Bila suatu aksara w maka cara membaca aksara tersebut akan berubah.
Contoh: • hu
• Huruf Ka dibubuhi suku dibaca Ku • Huruf Ca dibubuhi taling dibaca Cé.
• Huruf Ha ada pengecualian, kadangk
tidak. Hal itu tergantung pada kata dan kalimat yang ditulis.
8
Tabel 2.3
Daftar pengangge suara
Warga aksara Aksara
Bali Huruf
Latin Alfabet
Fonetis
International Letak
penulisan Nama
Suara hresua
vokal pendek
e; ě
[ ə]
di atas huruf
pepet
Kanthya
tenggorokan Suara
dirgha vokal
panjang ā
[aː] di belakang
huruf tedung
Suara hresua
vokal pendek
i [i]
di atas huruf
ulu
Talawya
langit-langit lembut
Suara dirgha
vokal panjang
ī [iː]
di atas huruf
ulu sari
Suara hresua
vokal pendek
re; ṛ [r
ə] di bawah
huruf Guwung
macelek
Murdhanya
langit-langit keras
Suara dirgha
vokal panjang
ṝ [r
əː] kombinasi
di belakang dan bawah
huruf Guwung
macelek matedung
Suara hresua
vokal pendek
le; ḷ [l
ə] kombinasi
di atas dan bawah
huruf Gantungan
La mapepet
Dantya
gigi Suara
dirgha vokal
panjang ḹ
[l əː]
kombinasi di atas,
bawah, dan belakang
huruf Gantung
La mepepet
lan matedung
Osthya
bibir Suara
hresua vokal
pendek u
[u] di bawah
huruf suku
Osthya
bibir Suara
dirgha vokal
panjang ū
[uː] di bawah
huruf Suku ilut
9
Suara hresua
vokal pendek
e; é [e]; [ɛ]
di depan huruf
taling Kanthya-
talawya
tenggorokan langit-langit
lembut Suara
dirgha vokal
panjang e; ai
[e]; [aːi] di depan
huruf Taling
detya Suara
hresua vokal
pendek O
[o]; [ɔ] mengapit
huruf Taling
tedung
Kanthya- osthya
tenggorokan bibir
Suara dirgha
vokal panjang
o; au [o]; [aːu]
mengapit huruf
Taling detya
matedung
b. Pengangge Tengenan Pangangge Tengenan
kecuali adeg-adeg merupakan Aksara Wianjana yang bunyi vokal a-nya tidak ada. Pangangge tengenan terdiri dari: bisah, cecek,
surang dan adeg-adeg.
Tabel 2.4
Daftar Pengangge Tengenan
Simbol Alfabet
Fonetis International
Letak penulisan
Nama
[h] di
belakang huruf
bisah [r]
di atas huruf
Surang [
ŋ] h
Cecek di atas
uruf -
b huruf
adeg di
elakang Adeg-
10
c. Pengangge Aksara Pangangge Aksara
letaknya di bawah aksara wianjana. Pangangge
Aksara kecuali la merupakan
gantungan aksara ardhasuara. Pangangge
aksara terdiri dari:
Tabel 2.5
Daftar Pengangge Aksara
Simbol Alfabet Fonetis
International Nama
[r] Guwungcakra
Simbol Alfabet Fonetis
International Nama
[w] Suku kembung
[j] nania
4. Gan
antungan Da. Karena huruf N
tungan Adeg-adeg
tidak boleh dipasang di tengah kalimat, maka agar aksara
wianjana bisa mati tanpa vokal di tengah kalimat dipakailah
gantungan. Gantungan membuat aksara wianjana yang dilekatinya tidak bisa lagi diucapkan
dengan huruf a, misalnya aksara Na dibaca n, huruf Ka dibaca k, dan sebagainya. Dengan demikian, tidak ada vokal a pada aksara wianjana seperti
semestinya. Setiap aksara wianjana memiliki gantungan
tersendiri. Untuk mematikan suatu aksara dengan menggunakan gantungan, aksara yang hendak
dimatikan harus dilekatkan dengan gantungan. Misalnya jika menulis kata Nda, huruf Na harus dimatikan. Maka, huruf Na dilekatkan dengan g
a dilekati oleh gantungan Da, maka Na diucapkan n. Gantungan dan pangangge diperbolehkan melekat pada satu huruf yang
sama, namun bila dua gantungan melekat di bawah huruf yang sama, tidak
11
diperbolehkan. Kondisi dimana ada dua gantungan yang melekat di bawah suatu huruf yang sama disebut tumpuk telu tiga tumpukan. Menghindari hal tersebut
gunaan adeg-adeg ditengah kalimat dibolehkan. 5. Angka
Daftar angka dalam Aksara Bali
Aksara Bali Aksara Latin
Nama dalam bahasa bali
maka peng
Tabel 2.6
B induWindu
1 SikiBesik
2 KalihDua
3 TigaTelu
4 Papat
5 Lima
6 Nem
7 Pitu
8 Kutus
9 SangaSia
Menulis angka dengan menggunakan angka Bali sangat sederhana, sama seperti dalam Aksara Jawa dan Arab. Bila hendak menulis Angka 10, cukup dengan
gka Bali. Demikian pula jika menulis Angka 25, sistem
menulis Angka 1 dan 0 menurut An 12
cukup
6. Tanda Baca dan Aksara Khusus Ada beberapa aksara khusus dalam aksara Bali. Beberapa di antaranya
merupakan tanda baca, dan yang lainnya merupak dianggap keramat. Beberapa di antaranya diura kan seb
Tabel 2.7
Daftar tanda baca dan aksara khusus Aksara Bali
Simbol ngan
menulis Angka 2 dan 5. Bila angka ditulis di tengah kalimat, untuk membedakan angka dengan huruf maka diwajibkan untuk menggunakan tanda carik,
di awal dan di akhir angka yang ditulis.
an simbol istimewa karena agai berikut:
i
Nama Ketera
Carik atau Carik Siki. Ditulis pada akhir kata di tengah
dengan ai
kalimat. Fungsinya sama koma dalam huruf Latin. Dipak
juga untuk mengapit aksara anceng.
Carik Kalih atau Carik Pareren.
Ditulis pada akhir kalimat. Fungsinya sama
dengan titik dalam huruf Latin.
Carik Pamungkah. Dipakai pada akhir kata.
Fungsinya sama dengan tanda titik dua pada huruf Latin.
Pasalinan. akhir penulisan
karangan, surat dan sebagainya. Pada geguritan bermakna sebagai
tanda perg g.
Dipakai pada antian temban
Panten atau Panti. Dipakai pada permulaan
suatu karangan, surat dan sebagainya.
13
Simbol Nama
Keterangan
Pamada. Dipakai pada awal penulisan.
Tujuannya sama dengan pengucapan awighnamastu, yaitu
berharap supaya apa yang dikerjakan dapat berhasil tanpa
rintangan.
Ongkara. Simbol suci umat Hindu. Simbol
ini dibaca Ong atau Om.
2.4. Pengenalan Pola