13
2.2 Pengertian Evaluasi
Menurut Meiss
dalam Sugiyono
2013:740 ”evaluation research is also a form of applied research,
one that attemps to systematically evaluate how effective a specific program, action or policy or other object of
research has been, in comparison to goals or standards...”. Penelitian evaluasi merupakan penelitian tahapan, yang
merupakan cara yang sistematis untuk mengetahui efektifitas suatu program, tindakan atau kebijakan
kemudian dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Anderson dalam Arikunto
2008 memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang
telah dicapai dari beberapa kegiatan yang direncanakan untuk
mendukung tercapainya
tujuan. Evaluasi
merupakan proses
penggambaran, pencarian
dan pemberian informasi yang bermanfaat bagi pengambil
keputusan dalam menentukan alternatif keputusan. Cresweel dalam Sugiyono 2013 juga berpendapat
bahwa “ evaluation research involves assesing the quality of study using standards advanced by individuals in
education”. Penelitian
evaluasi adalah
melakukan pengukuran terhadap kualitas sesuatu yang dipelajari
menggunakan standar dan melibatkan individu- individu dalam penelitian.
Lebih lanjut Sugiyono 2013:740 mengatakan bahwa evaluasi merupakan bagian dari penelitian.
Sebagai bagian dari evaluasi, penelitian evaluasi juga berfungsi
sebagai evaluasi,
yaitu proses
untuk mengetahui
seberapa jauh
perencanaan dapat
14 dilaksankan, dan seberapa jauh program tersebut dapat
dilaksanakan. Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan
informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa the worth and merit
dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi, dan dampak
untuk membantu
membuat keputusan,
membantu pertanggungjawaban
dan meningkatkan
pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi
yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan Widoyoko, 2012:4.
Model-model evaluasi yang satu dengan yang lainnya memang tampak bervariasi, akan tetapi maksud
dan tujuannya
sama yaitu
melakukan kegiatan
pengumpulan data atau informasi yang berkenaan
dengan objek yang dievaluasi. Selanjutnya informasi yang terkumpul dapat diberikan kepada pengambil
keputusan agar dapat dengan tepat menentukan tindak lanjut tentang program yang sudah dievaluasi.
Menurut Kaufman dan Thomas yang dikutip oleh Arikunto 2009:40, membedakan model evaluasi menjadi
delapan, yaitu: a Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan
oleh Tyler. Goal Oriented Evaluation Model ini merupakan model yang muncul paling awal. Yang menjadi objek
pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai.
Evaluasi ini dilakukan secara berkesinambungan, terus-
15 menerus, mengecek seberapa jauh tujuan tersebut telah
terlaksana. b Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh
Michael Scriven. Menurut Michael Scriven, dalam melaksanakan evaluasi program evaluator tidak perlu
memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah
bagaimana kerjanya
program, dengan
jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi,
baik hal-hal positif maupun hal-hal negatif. c Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan
oleh Michael Scriven. Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakn ketika program
masih berlangsung atau ketika program masih dekat dengan permulaan kegiatan. Tujuan evaluasi formatif
tersebut adalah mengetahui seberapa jauh program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasi
hambatan. d Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh
Stake. Model ini menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu: 1 deskripsi description dan 2
pertimbangan judgment serta membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program, yaitu: 1 anteseden
antecedentscontext, 2 traksaksi transactionprocess, dan 3 keluaran output – outcomes.
e CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan. CSE merupakan singkatan
dari Center for the Study of Evaluation, sedangkan UCLA merupakan singkatan dari University in Los Angeles. Ciri
dari model CSE-UCLA adalah adanya lima tahap yang
16 dilakukan
dalam evaluasi
yaitu perencanaan,
pengembangan, implementasi, hasil dan dampak. CSE- UCLA memberikan penjelasan tentang evaluasi dalam
pelaksanaannya terbagi menjadi 4 tahap, yaitu: 1 needs assessment, 2 program plannning, 3 formative
evaluation, dan 4 summative evaluation. f Discrepancy Model, dikembangkan oleh Provus. Kata
discrepancy adalah
istilah Bahasa
Inggris, yang
diterjemahkan dalam
Bahasa Indonesia
menjadi “kesenjangan”. Model ini menekankan pada pandangan
adanya kesenjangan di dalam pelaksanaan program. Evaluasi program yang dilakukan oleh evaluator
mengukur besarnya kesenjangan yang ada disetiap komponen.
g CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam. Model evaluasi CIPP merupakan sebuah
singkatan dari: Context Evaluation evaluasi terhadap konteks, Input Evaluation evaluasi terhadap masukan,
Process Evaluation evaluasi terhadap proses, danProduct Evaluation evaluasi terhadap hasil.
Aspek evaluasi CIPP konteks, input, proses, dan produk
membantu pembuat
keputusan untuk
menjawab empat pertanyaan dasar yaitu: 1.
What should we do? Apa yang harus kita lakukan?;
melibatkan pengumpulan
dan analisis
data penilaian kebutuhan untuk menentukan tujuan,
prioritas dan tujuan. Misalnya, evaluasi konteks program keaksaraan mungkin melibatkan analisis
tujuan yang ada dari program keaksaraan, nilai tes prestasi literasi, kekhawatiran staf umum dan
17 khusus, kebijakan keaksaraan, rencana dan
keprihatinan masyarakat, serta persepsi atau sikap dan kebutuhan
2. What should we do?
Bagaimana kita harus melakukannya?; melibatkan langkah-langkah dan
sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan dan sasaran baru dan mungkin termasuk
mengidentifikasi program eksternal sukses dan bahan serta mengumpulkan informasi.
3. Are we doing it as planned?
Apakah kita melakukannya
seperti yang
direncanakan?; memberikan pengambil keputusan dengan informasi
tentang seberapa
baik program
ini sedang
dilaksanakan. Dengan terus memantau program, pengambil
keputusan belajar
hal-hal seperti
seberapa baik mengikuti rencana dan pedoman, konflik yang timbul, dukungan staf dan moral,
kekuatan dan kelemahan dari masalah bahan, pengiriman dan penganggaran.
4. Did the programme work?
Apakah program ini bekerja?
; dengan mengukur hasil aktual dan
membandingkannya dengan hasil yang diantisipasi, pengambil keputusan lebih mampu memutuskan
apakah program
harus dilanjutkan,
perlu dimodifikasi, atau bahkan dibatalkan sama sekali.
Ini adalah inti dari tolok ukur keberhasilan evaluasi produk.
18 Model evaluasi CIPP dinyatakan unik sebagai
panduan evaluasi karena memungkinkan evaluator untuk mengevaluasi program pada tahapan yang
berbeda, yaitu: sebelum program dimulai dengan membantu evaluator untuk menilai kebutuhan dan pada
akhir program untuk menilai apakah atau tidak program memiliki efek.
Model evaluasi CIPP memungkinkan peneliti untuk mengajukan pertanyaan formatif pada awal program,
kemudian memberikan panduan tentang bagaimana untuk
mengevaluasi program
dampak dengan
memungkinkan peneliti untuk mengajukan pertanyaan sumatif pada semua aspek program .
Kesimpulannya bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
mengumpulkan informasi, mendeskripsikan
hasil, menginterpretasikan, dan menyajikan informasi tentang
suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan. Seandainya tetap dijalankan maka
harus diadakan
perbaikan untuk
mendukung keterlaksanaan program tersebut.
2.3 Pengertian Perpustakaan Sekolah