Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Layanan Perpustakaan Berbasis Informasi dan Teknologi (IT) di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak T2 942014029 BAB II

(1)

11

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Sarana dan Prasarana

Menurut Usman (2014:5) manajemen berasal dari bahasa Latin. Manus berarti tangan dan Agere yang artinya melakukan. Kedua kata tersebut apabila digabungkan akan menjadi managere yang dapat artinya menjadi menangani. Dalam perkembangannya kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris to manage, management, dan manager. Kemudian kata management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi

manajemenyang diartikan sebagai pengelolaan.

Mulyasa (2012) mengartikan manajemen identik dengan administrasi. Kesamaan pandangan antara manajemen dan administrasi ditinjau dari beberapa aspek. Pertama, mengartikan administrasi memiliki jangkauan dan ruang lingkup yang lebih luas daripada manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi); kedua, ada yang mengartikan manajemen lebih luas daripada administrasi; dan ketiga, pandangan yang menganggap antara manajemen dan administrasi tidak ada perbedaan yang mendasar.

Dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi empat faktor, yaitu

POAC (Planning/ perencanaan), Organissing

(pengorganisian dalam pembagian kerja), Actualling/ pelaksanaan, dan Controlling/ pengawasan. Keempat kegiatan tersebut dilaksanakan untuk mencapai tujuan.


(2)

Mulyasa (2012) membagi manajemen dalam beberapa komponen, yakni: (a) Manajemen Kurikulum, (b) Manajemen Tenaga Kependidikan, (c) Manajemen Kesiswaan, (d) Manajemen Keuangan dan Pembiayaan, (e) Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (f) Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat dan, (g) Manajemen Layanan Khusus.

Manajemen sarana menurut Mulyasa (2012) menyangkut segala peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar. Sarana prasarana meliputi gedung sekolah, ruang kelas, gedung perpustakaan, meja kursi, serta alat- alat dan media pengajaran. Sedangkan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang tidak secara langsung dapat menunjang keberhasilan pendidikan, seperti halaman sekolah, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah. Secara jelas bahwa gedung perpustakaan merupakan bagian dari sarana yang dapat dipakai untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.

Manajemen sarana dan prasarana bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan ini juga tidak luput dari perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, penghapusan asset, dan penataan.


(3)

2.2 Pengertian Evaluasi

Menurut Meiss dalam Sugiyono (2013:740)

”evaluation research is also a form of applied research, one that attemps to systematically evaluate how effective a specific program, action or policy or other object of research has been, in comparison to goals or standards...”. Penelitian evaluasi merupakan penelitian tahapan, yang merupakan cara yang sistematis untuk mengetahui efektifitas suatu program, tindakan atau kebijakan kemudian dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Anderson dalam Arikunto (2008) memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai dari beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian dan pemberian informasi yang bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan.

Cresweel dalam Sugiyono (2013) juga berpendapat

bahwa “ evaluation research involves assesing the quality of study using standards advanced by individuals in education”. Penelitian evaluasi adalah melakukan pengukuran terhadap kualitas sesuatu yang dipelajari menggunakan standar dan melibatkan individu- individu dalam penelitian.

Lebih lanjut Sugiyono (2013:740) mengatakan bahwa evaluasi merupakan bagian dari penelitian. Sebagai bagian dari evaluasi, penelitian evaluasi juga berfungsi sebagai evaluasi, yaitu proses untuk mengetahui seberapa jauh perencanaan dapat


(4)

dilaksankan, dan seberapa jauh program tersebut dapat dilaksanakan.

Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi, dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan (Widoyoko, 2012:4).

Model-model evaluasi yang satu dengan yang lainnya memang tampak bervariasi, akan tetapi maksud dan tujuannya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek yang dievaluasi. Selanjutnya informasi yang terkumpul dapat diberikan kepada pengambil keputusan agar dapat dengan tepat menentukan tindak lanjut tentang program yang sudah dievaluasi.

Menurut Kaufman dan Thomas yang dikutip oleh Arikunto (2009:40), membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu:

a) Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler. Goal Oriented Evaluation Model ini merupakan model yang muncul paling awal. Yang menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi ini dilakukan secara berkesinambungan,


(5)

terus-menerus, mengecek seberapa jauh tujuan tersebut telah terlaksana.

b) Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven. Menurut Michael Scriven, dalam melaksanakan evaluasi program evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal-hal positif maupun hal-hal negatif.

c) Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven. Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakn ketika program masih berlangsung atau ketika program masih dekat dengan permulaan kegiatan. Tujuan evaluasi formatif tersebut adalah mengetahui seberapa jauh program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasi hambatan.

d) Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake. Model ini menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu: (1) deskripsi (description) dan (2) pertimbangan (judgment) serta membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program, yaitu: (1) anteseden (antecedents/context), (2) traksaksi (transaction/process), dan (3) keluaran (output – outcomes).

e) CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan. CSE merupakan singkatan dari Center for the Study of Evaluation, sedangkan UCLA merupakan singkatan dari University in Los Angeles. Ciri dari model CSE-UCLA adalah adanya lima tahap yang


(6)

dilakukan dalam evaluasi yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil dan dampak. CSE-UCLA memberikan penjelasan tentang evaluasi dalam pelaksanaannya terbagi menjadi 4 tahap, yaitu: (1) needs assessment, (2) program plannning, (3) formative evaluation, dan (4) summative evaluation.

f) Discrepancy Model, dikembangkan oleh Provus. Kata

discrepancy adalah istilah Bahasa Inggris, yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi “kesenjangan”. Model ini menekankan pada pandangan adanya kesenjangan di dalam pelaksanaan program. Evaluasi program yang dilakukan oleh evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang ada disetiap komponen.

g) CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam. Model evaluasi CIPP merupakan sebuah singkatan dari: Context Evaluation (evaluasi terhadap konteks), Input Evaluation (evaluasi terhadap masukan),

Process Evaluation (evaluasi terhadap proses), danProduct Evaluation (evaluasi terhadap hasil).

Aspek evaluasi CIPP (konteks, input, proses, dan produk) membantu pembuat keputusan untuk menjawab empat pertanyaan dasar yaitu:

1. What should we do? (Apa yang harus kita lakukan?); melibatkan pengumpulan dan analisis data penilaian kebutuhan untuk menentukan tujuan, prioritas dan tujuan. Misalnya, evaluasi konteks program keaksaraan mungkin melibatkan analisis tujuan yang ada dari program keaksaraan, nilai tes prestasi literasi, kekhawatiran staf (umum dan


(7)

khusus), kebijakan keaksaraan, rencana dan keprihatinan masyarakat, serta persepsi atau sikap dan kebutuhan

2. What should we do? (Bagaimana kita harus melakukannya?); melibatkan langkah-langkah dan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan dan sasaran baru dan mungkin termasuk mengidentifikasi program eksternal sukses dan bahan serta mengumpulkan informasi.

3. Are we doing it as planned? (Apakah kita melakukannya seperti yang direncanakan?); memberikan pengambil keputusan dengan informasi tentang seberapa baik program ini sedang dilaksanakan. Dengan terus memantau program, pengambil keputusan belajar hal-hal seperti seberapa baik mengikuti rencana dan pedoman, konflik yang timbul, dukungan staf dan moral, kekuatan dan kelemahan dari masalah bahan, pengiriman dan penganggaran.

4. Did the programme work? (Apakah program ini bekerja?); dengan mengukur hasil aktual dan membandingkannya dengan hasil yang diantisipasi, pengambil keputusan lebih mampu memutuskan apakah program harus dilanjutkan, perlu dimodifikasi, atau bahkan dibatalkan sama sekali. Ini adalah inti dari tolok ukur keberhasilan evaluasi produk.


(8)

Model evaluasi CIPP dinyatakan unik sebagai panduan evaluasi karena memungkinkan evaluator untuk mengevaluasi program pada tahapan yang berbeda, yaitu: sebelum program dimulai dengan membantu evaluator untuk menilai kebutuhan dan pada akhir program untuk menilai apakah atau tidak program memiliki efek.

Model evaluasi CIPP memungkinkan peneliti untuk mengajukan pertanyaan formatif pada awal program, kemudian memberikan panduan tentang bagaimana untuk mengevaluasi program dampak dengan memungkinkan peneliti untuk mengajukan pertanyaan sumatif pada semua aspek program .

Kesimpulannya bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan informasi, mendeskripsikan hasil, menginterpretasikan, dan menyajikan informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan. Seandainya tetap dijalankan maka harus diadakan perbaikan untuk mendukung keterlaksanaan program tersebut.

2.3 Pengertian Perpustakaan Sekolah

Dalam Undang- undang Perpustakaan Nomor 43 tahun 2007 Pasal 1, dituliskan bahwa Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.


(9)

Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada dalam suatu sekolah yang kedudukan dan tanggung jawabnya kepada sekolah atau pimpinan sekolah yang melayani civitas akademik sekolah yang bersangkutan (Serachman:2011). Perpustakaan sekolah berarti berkedudukan dilingkungan sekolah berada. Dengan tujuan untuk melayani peserta didik dalam hal peminjaman buku- buku perpustakaan.

Ibrahim Bafadal (2009:3) perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan- bahan pustaka, baik berupa buku- buku maupun bukan berupa buku (non book material) yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh setiap anggotanya.

Menurut Sulistyo Basuki, yang dikuip oleh Andi Prastowo (2012:41) perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya. Biasanya buku tersebut disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan oleh pembaca, bukan untuk dijual. Jadi perpustakaan merupakan banguanan yang didalamnya berfungsi untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya misalnya majalah atau koran. Buku atau terbitan tersebut dimanfaatkan bagi pemustakanya.

Musthofa (2010) mengatakan bahwa perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada di sekolah dengan fungsi utama membantu tercapainya tujuan sekolah, yaitu pendidikan dan pengajaran. Perpustakaan sekolah dikelola oleh perpustakaan yang bersangkutan.


(10)

Sekolah dalam hal ini mencakup mulai dari sekolah taman kanak-kanak hingga sekolah lanjutan tingkat atas. Secara umum sesungguhnya perpustakaan bertujuan untuk mengumpulkan informasi, mewujudkan suatu wadah pengetahuan yang tertata, menumbuhkan kemampuan siswa dalam menikmati pengalaman imajinatif, membantu perkembangan kecakapan berbahasa dan berdaya pikir, mendidik siswa agar dapat menggunakan perpustakaan ke arah belajar mandiri.

Menurut Sismanto dalam Ibrahim (2011) Perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan- bahan pustaka, baik berupa buku- buku maupun berupa bukan buku (non book material) yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh pemakainya. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh institusi/ lembaga sekolah yang berisi sumber informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka. Pengelolaan terhadap perpustakaan sekolah dilakukan oleh pustakawan dengan koordinasi kepala sekolah.

Tujuan perpustakaan sekolah menurut Pawit dalam Harianto (2013) adalah mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca siswa, membantu menulis kreatif siswa dengan bimbingan guru dan pustakawan, menyediakan berbagai macam informasi yang sesuai dengan kurikulum sekolah,. Tujuan perpustakaan yang lain juga mendorong,


(11)

menggairahkan, memelihara, dan memberi semangat belajar siswa. Dalam hal ini perpustakaan juga sebagai media pembelajaran bagi peserta didik. Sesuai dengan dengan aplikasi Kurikulum 2013, yang menekankan adanya keterampilan literasi siswa dalam mencari informasi secara mandiri. Guru hanya sebagai fasilitator, motifator dalam kegiatan proses belajar mengajar.

Tugas utama perpustakaan adalah mengumpulkan informasi, mengolah data, menyajikan, dan melayani kebutuhan informasi bagi pemustaka. Infromasi tersebut diantaranya berupa buku, majalah, jurnal, hasil penelitian, alat peraga pendidikan, dan karya ilmiah. Menurut Widiasa dalam Ibrahim (2011) tugas pokok perpustakaan adalah: 1) Menghimpun bahan pustaka yang meliputi buku dan non buku sebagai sumber informasi; 2) Mengolah dan merawat bahan pustaka; 3) Memberikan layanan bahan pustaka.

Fungsi perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar siswa dapat berjalan efektif seharusnya didukung dengan pengelolaan perpustakaan yang ideal. Pengelolaan perpustakaan yang ideal harus memperhatikan Standar Nasional Perpustakaan. Standar Nasional Perpustakaan terdiri atas: a) Standar Koleksi perpustakaan; b) Standar Sarana dan Prasarana; c) Standar Tenaga Perpustakaan; e) Standar Sumber Pendanaan; f) Standar Pengelolaan dan Pengembangan (Undang- undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 Bab VII Pasal 23).

Perpustakaan juga dikategorikan ideal apabila memenuhi syarat- syarat sebagai berikut: (1) Berani


(12)

memantapkan keberadaanya sebagai lembaga perpustakaan dengan memanfaatkan layanan berbasis Informasi Teknologi (IT); (2) Selalu meningkatkan mutu bagi tenaga pustakawan melalui berbagai macam bentuk pelatihan; (3) Melakukan promosi, sehingga keberadaan perpustakaan tersebut dapat diketahui oleh pemustaka baik dikalangan peserta didik, orang tua, maupun lingkungan sekitar. (4) Melakukan upaya pengembangan secara terus- menerus tentang pemanfaatan layanan berbasi Informasi Teknologi (IT), sehingga perpustakaan mudah diakses, efektif dan efisien (Gatot Subrata dalam Ibrahim,2011).

Perpustakaan sekolah merupakan sumber belajar di lingkungan sekolah, keberadaannya sangat diminati peserta didik apabila memberikan pelayanan yang prima. Hal ini harus didukung dengan penerapan manajemen perpustakaan sekolah yang baik pula. Menurut Darmono (2007) perpustakaan yang baik memiliki kriteria sebagai berikut:

a) Adanya status kelembagaan;

b) Struktur organisasi perpustakaan jelas;

c) Memiliki ruangan yang memadai sesuai dengan jumlah siswa, nyaman, serta penyinaran cukup;

d) Memiliki tempat baca yang memadai;

e) Memiliki perabot perpustakaan yang cukup;

f) Adanya partisipasi pemustaka (siswa, guru) secara aktif;

g) Jenis koleksi mencerminkan komposisi yang baik terdiri dari 60% buku non fiksi dan 40% buku fiksi;


(13)

h) Koleksi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan untuk menunjang kurikulum sekolah;

i) Memiliki tenaga pengelola (pustakawan) yang sesuai dengan kompetensinya.

Keberadaan pepustakaan sekolah yang representatif akan meningkatkan minat baca pemustaka sehingga dapat menambah pengetahuan dan memperluas cakrawala dunia. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat pemustaka untuk berkunjung ke perpustaan antara lain: sarana prasarana memadai, lokasi gedung perpustakaan yang cukup strategis, taman baca yang nyaman, dan pengelolaan perpustakaan yang baik. Perpustakaan menyediakan berbagai macam bentuk layanan yang eksistensinya dapat menunjang proses belajar mengajar sebagai implementasi Kurikulum 2013. Perpustakaan sekolah diharapkan dapat mendorong peserta didik dalam hal literasi mencari informasi secara mandiri.

2.4 Layanan Perpustakaan

Secara umum, pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang ditawarkan oleh organisasi atau perorangan kepada konsumen (consumer) atau yang dilayani, yang bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki (Andi Prastowo, 2012:241). Ini berarti organisasi yang dimaksud adalah lembaga perpustakaan, dan konsumennya merupakan pemustaka pemakai jasa pelayanan perpustakaan yang terdiri dari siswa, guru, dan masyarakat sekitar.


(14)

Pelayanan pembaca merupakan kegiatan pemberian pelayanan kepada pengunjung perpustakaan sekolah dalam menggunakan buku- buku dan bahan pustaka lainnya. Pengunjung perpustakaan sekolah pada dasarnya meliputi murid- murid, guru- guru, dan anggota staf lainnya (Bafadal, 2009:124).

Hakekat layanan perpustakaan adalah pemberian informasi kepada pemakai perpustakaan tentang segala bentuk informasi yang dibutuhkan pemakai oleh pemustaka, baik dimanfaatkan di tempat ataupun dibawa pulang (Darmono,2007:165). Hal ini berarti layanan perpustakaan sangat penting dalam membantu pemustaka lewat pemberian informasi yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Selain itu, perpustakaan sebagai sarana memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan oleh pemustakanya.

Menurut Undang- undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 pasal 14 menyebutkan bahwa standar layanan perpustakaan adalah sebagai berikut: 1) Layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi bagi kepentingan pemustaka; 2) Setiap perpustakaan menerpakan tata cara layanan perpustakaan berdasarkan Standar Nasional Perpustakaan; 3) Setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, 4) Layanan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat satu dikembangkan melalui pemanfatan sumber daya perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka; 5) Layanan perpustakaan diselenggarakan sesuai standar nasional


(15)

perpustakaan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada pemustaka; 6) Layanan perpustakaan terpadu diwujudkan melalui kerjasama antar perpustakaan; 7) Layanan perpustakaan secara terpadu sebagai mana dimaksud pada ayat enam dilaksanakan melalui jejaring telematika. Ini berarti pelayanan setiap perpustakaan yang ada disekolah harus dikembangkan berdasarkan standar pelayanan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Disamping itu pula layanan perpustakaan juga dikembangkan dengan menggunakan Teknologi dan Informasi (IT) untuk mempermudah dalam mengkakses dan pengelolaan administrasi perpustakaan.

Dalam Undang- undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 14 Bab 5 menyebutkan bahwa layanan perpustakaan secara prima dan berorientasi bagi kepentingan pemustaka. Dikandung maksud bahwa perpustakan harus memberikan bentuk pelayanan yang maksimal terhadap setiap penggunanya. Standar Nasional Perpustakaan (SNP,2014) menyebutkan perpustakaan memilik dua jenis pelayanan, yakni pelayanan teknis dan pelayanan pemustaka. Pelayanan teknis mencakup pengadaan dan pengolahan bahan perpustakaan, sedangkan pelayanan pemustaka mencakup pelayanan sirkulasi dan pelayanan referensi.

Mustafa (2010) menyatakan bahwa layanan perpustakaan sesungguhnya secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu layanan utama dan layanan pendukung pelayanan. Layanan utama merupakan pelayanan yang diberikan pada semua perpustakaan pada umumnya, sedangkan pelayanan


(16)

pendukung pelayanan adalah semua jenis pelayanan yang dilakukan oleh perpustakaan untuk membantu pengguna agar tertarik menggunakan fasilitas yang ada dan mendapat kemudahan dalam menggunakan layanan tersebut.

Layanan perpustakaan sesuai dengan standar pelayanan perpustakaan terdiri atas: 1) Layanan sirkulasi; dan 2) Layanan referensi (Bafadal, 2014:125). Layanan sirkulasi adalah kegiatan melayani peminjaman dan pengembalian buku- buku perpustakaan sekolah. Tugas pokok bagian sirkulasi antara lain melayani pemustaka (siswa) yang akan meminjam buku- buku perpustakaan sekolah, melayani pemustaka (siswa) yang akan mengembalikan buku- buku yang telah dipinjam dan membuat statistik pengunjung. Sedangkan layanan referensi berhubungan dengan pelayanan pemberian informasi dan pemberian bimbingan belajar.

Ada dua sistem penyelenggaraan perpustakaan sekolah yakni, a) Sistem terbuka (open acces system) yang atinya siswa secara bebas dapat mencari, mengambil sendiri buku- buku yang dibutuhkan. Siswa boleh masuk ke ruang/ rak buku memilih buku yang sesuai untuk kemudian kebagian sirkulasi untuk dicatat oleh petugas perpustakaan. b) Sistem tertutup (closed acces system), kebalikan dari sistem yang pertama. Sistem ini siswa tidak diperbolehkan untuk memilih dan mencari buku yang diinginkan. Siswa setelah membaca katalog dan menemukan buku yang sesuai kemudian menulis judul buku tersebut pada kartu pesanan.


(17)

Petugas perpustakaan akan mengambilkan buku itu sesuai dengan pesanan tersebut.

Layanan perpustakaan yang efektif dan efisien harus memenuhi standar. Bafadal (2009:174-184) menjelaskan tentang peran tenaga perpustakaan sebagai individu yang ditunjuk dan diberi tanggung jawab, memiliki kecakapan mengelolan perpustakaan sekolah dengan syarat- syarat tertentu. Diantaranya: a) Memiliki pengetahuan di bidang perpustakaan sekolah; b) Memiliki pengetahuan di bidang pendidikan; c) Memiliki minat terhadap penyelenggaaraan perpustakaan sekolah; d) Suka bekerja keras, cermat, tekun, dan teliti dalam melaksanakan tugas- tugasnya; e) terampil mengelola perpustakaan sekolah.

Layanan perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 meliputi:

a. Jenis Layanan

Layanan perpustakaan SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak “Pustaka Raja” memakai sistem layanan terbuka, maksudnya dalam proses peminjaman pemakai dapat mencari dan mengambil sendiri koleksi buku yang diinginkan di rak buku yang tersedia. Perpustakaan SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak “Pustaka Raja” memberikan pelayanan diantaranya: a) Layanan Koleksi Referensi

Layanan Koleksi Referensi yaitu tersedianya berbagai macam kamus baik Indonesia ataupun Bahasa Inggris, ensiklopedia, atlas dan buku yang berisi informasi teknis dan singkat.


(18)

b) Layanan Penelusuran Informasi

Layanan Penelusuran Informasi yaitu sebuah layanan dalam menemukan sumber informasi atau bahan rujukan yang dibutuhkan dalam sebuah penulisan baik guru maupun siswa.

c) Layanan Internet

Layanan Internet yaitu layanan yang yang diberikan dengan menyediakan akses internet berupa komputer dan jaringan internet.

d) Layanan Sirkulasi

Layanan Sirkulasi diantaranya: peminjaman, pengembalian, perpanjangan dan pemesanan. e) Layanan Koleksi CD/ VCD

Layanan Koleksi CD/ VCD yaitu layanan perpustakaan dalam bentuk digital.

f) Layanan Bimbingan Pemakai dan Literasi Informasi

Layanan Bimbingan pemakai dan literasi informasi yaitu sebuah layanan pemberian informasi mengenai cara menggunakan perpustakaan dengan benar, layanan ini diberikan biasanya di awal tahun pelajaran.

g) Layanan Prifat atau Klinik Belajar

Layanan Prifat atau Klinik Belajar yaitu melayani bimbingan siswa yang mengalami kesulitan atau keterlambatan belajar. Layanan Prifat atau Klinik Belajar dilaksanakan setelah akhir pembelajaran oleh guru kelas masing-masing dengan bantuan pustakawan.


(19)

h) Layanan Promosi Perpustakaan dan Minat Baca Layanan Promosi Perpustakaan dan Minat Baca yaitu memberi sosialisasi tentang keberadaan perpustakaan sekolah kepada orang tua/ wali siswa lewat rapat pleno komite sekolah dan memberikan bimbingan minat baca kepada siswa yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, kepala perpustakaan secara berkala.

i) Layanan Katalog

Layanan katalog adalah layanan penelusuran koleksi perpustakaan dengan menggunakan katalog. Katalog di perpustakaan “Pustaka Raja” terdiri dari dua bentuk yaitu kartu katalog tercetak dan katalog OPAC (online public access catalogue)/ catalog yang dapat diakses oleh publik.

j) Layanan free internet multimedia

Layanan internet multimedia yang sifatnya gratis ini dapat diakses oleh pemustaka. Pengguna bisa memanfaatkan layanan free internet multimedia untuk browsing, searching, dan email.

k) Layanan free translation

Layanan free translation merupakan suatu layanan yang memberikan jasa terjemahan. Terjemahan tersebut berupa Bahasa Inggris-Indonesia/ Bahasa Indonesia-Inggris secara gratis kepada pemustaka yang membutuhkan. Layanan ini juga menggunakan jasa internet (google translate).


(20)

l) Layanan free print out

Layanan free print out merupakan layanan yang memberikan kemudahan kepada para pengunjung untuk mencetak dokumen yang berkaitan erat dengan tugas-tugas sekolah yang diberikan guru di kelas maupun ketika mengikuti ekstrakurikuler Teknologi Informasi dan Teknologi (TIK). Hasil print out siswa kemudian di tempel di papan pajangan/ atau mading di ruang

audio visual.

b. Sistem Layanan

Sistem layanan di perpustakaan SD Negeri Guntur 1 “Pustaka Raja“ menggunakan sistem otomasi perpustakaan dengan software bernama

Senayan Tabel 5 (Meranti) yang dilayangkan secara

intranet (jaringan lokal) didalamnya terdapat menu yaitu:

a) Home

Home merupakan tampilan untuk

administrator yang terdapat menu berbentuk

shorcut yaitu bibliography, sirkulasi, keanggotaan, master file, inventarisasi, sistem, pelaporan, dan kendali terbitan berseri.

1) Bibliography adalah menu yang digunakan oleh pustakawan untuk menginput bibliografi koleksi baru, tambahan koleksi, cetak label buku, cetak barcode, cetak kartu buku, cetak slip buku, dan silang layang koleksi.


(21)

2) Sirkulasi yaitu menu yang digunakan untuk layanan peminjaman dan pengembalian koleksi yang didalamnya terdapat sub menu: mulai transaksi, pengembalian kilat, aturan peminjaman, sejarah peminjaman, daftar keterlambatan, dan reservasi.

3) Keanggotaan yaitu menu yang digunakan pustakawan untuk menginput, mengedit, menunda, menghapus data anggota perpustakaan “Pustaka Raja”. Menu keanggotaan terdapat sub menu: daftar anggota, tambahan anggota, tipe keanggotaan, cetak kartu anggota, dan ekspor impor data anggota.

4) Master File yaitu menu yang digunakan pustakawan untuk memasukan data yang dapat digunakan sebagai master dalam entri data bibliografi. Master file terdapat sub menu: GMD (bentuk fisik koleksi), penerbit, agen koleksi, pengarang, subjek, dan lokasi. 5) Inventarisasi yaitu menu yang digunakan

pustakawan untuk pencatatan data koleksi. 6) Sistem yaitu menu yang digunakan

pustakawan untuk mengubah referensi global aplikasi program perpustakaan. Sistem terdapat sub menu: pengaturan sistem, konten, indeks bibliografi, modul, pengguna aplikasi, kelompok pengguna, pengaturan hari libur, pembuat barcode, catan sistem, dan salinan pangkalan data.


(22)

7) Pelaporan yaitu menu yang digunakan pustakawan yang berisi tentang informasi laporan kegiatan perpustakaan dengan sub menu: statistik koleksi, laporan peminjaman, laporan anggota, rekapitulasi, daftar judul, daftar judul eksemplar statistik pengguna koleksi, peminjaman berdasarkan klasifikasi, daftar anggota, daftar peminjaman anggota, sejarah peminjaman, peringatan jatuh tempo, daftar keterlambatan, aktivitas staf, statistik pengunjung, statistik pengunjung perhari, daftar pengunjung, dan laporan denda.

8) Kendali Terbitan Berseri yaitu menu yang digunakan pustakawan untuk mengelola koleksi serial/ majalah/ terbitan berseri yang dilangggan oleh perpustakaan “Pustaka Raja”.

b) Opac

Opac disebut (online public access catalogue)

merupakan sarana otomasi untuk pencarian/ penelusuran koleksi perpustakaan “Pustaka Raja”.

Sistem otomasi perpustakaan “Pustaka Raja” ini dapat diakses dengan alamat dengan mengunakan Mozila Firefox. Adapun Mozila Firefox yang digunakan oleh perpustakaan “Pustaka Raja” adalah Mozila Firefox 1.8. Sedangkan alamat otomasi perpustakaan adalah 192.168.1.1/ pustakaraja.


(23)

2.5 Informasi dan Teknologi (IT)

Menurut TheDictionary of Computers, Information Processing and Telecommunications (Hariyadi dalam Ardoni,2006) teknologi informasi diberikan batasan sebagai teknologi pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebaran berbagai jenis informasi dengan memanfaatkan komputer dan telekomunikasi. Komputer diperlukan untuk menginput, memproses, menyimpan, dan menghasilkan outputdata.

Komputer adalah serangkaian atau sekelompok mesin elektronik yang terdiri dari ribuan bahkan jutaan komponen yang dapat saling bekerja sama, serta membentuk sebuah sistem kerja yang rapi dan teliti. Sistem ini kemudian dapat digunakan untuk melaksanakan serangkaian pekerjaan secara otomatis, berdasarkan urutan instruksi ataupun program yang diberikan kepada komputer (Noersasongko, 2013).

Menurut Bodnar dan Hopwood dalam Dedi Rianto (2007), ada tiga hal yang berkaitan dengan penerapan Informasi dan Teknologi (IT) menggunakan komputer yaitu: a) Perangkat keras (hardware); b) Perangkat lunak (software); dan c) Pengguna (brainware). Ketiga elemen tersebut saling interaksi dan dihubungkan dengan suatu perangkat masukan keluaran (input-output data).

Menurut Basuki (2010) ada beberapa istilah yang berkaitan dengan penggunaan mesin dan komputer di perpustakaan yaitu; mekanisasi, komputerisasi, dan otomasi. Mekanisasi disebut sebagai penggunaan mesin di perpustakaan, pada kegiatan tersebut tenaga manusia lebih dominan daripada mesin. Komputerisasi diartikan


(24)

sebagai penggunaan komputer. Otomasi perpustakaan adalah penggunaan teknologi informasi di perpustakaan, didalamnya pemanfaatan Informasi dan Teknologi (IT) lebih dominan daripada peran manusia.

Sejalan dengan Noersasongko (2013), menjelaskan bahwa perangkat keras (hardware) komputer dapat diartikan sebagai peralatan fisik komputer, dapat dilihat, dipegang ataupun juga dipindahkan. Perangkat lunak (software) prosedur pengoperasian komputer itu sendiri yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengguna (brainware) bisa mencakup orang yang bekerja secara langsung menggunakan komputer sebagai alat bantu, atau orang yang tidak bekerja secara langsung menggunakan komputer, tetapi menerima hasil kerja dari komputer yang berbentuk laporan.

Menurut Bustari (2007) dalam jurnal dengan judul Mengembangkan Perpustakaan Sekolah Melalui Otomasi Perpustakaan menjelaskan bahwa penerapan teknologi informasi di perpustakaan dapat difungsikan dalam berbagai bentuk, diantaranya: 1) Penerapan teknologi informasi digunakan sebagai sistem informasi manajemen perpustakaan. Bidang pekerjaan yang dapat diintegrasikan dengan sistem informasi manajemen perpustakaan adalah pengadaan, inventarisasi, sirkulasi bahan pustaka, pengelolaan anggota, data statistik dan sebagainya. Fungsi ini sering diistilahkan sebagai bentuk

otomasi perpustakaan; 2) Penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan dan menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam


(25)

format digital. Bentuk penerapan teknologi informasi ini sering dikenal dengan perpustakaan digital.

Perpustakaan dengan menggunakan sistem Informasi dan Teknologi (IT) juga terdapat berbagai permasalahan. Permasalahan tersebut tentunya akan menghambat kinerja dalam pelayanan. Menurut Basuki (2010) hambatan tersebut diantaranya: (1) Mahalnya perangkat keras dan perangkat lunak dipasaran. Bagi perpustkaan yang pertama kali ingin menerapkan sistem ini harus menyediakan perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras daintaranya seperangkat komputer yang standar. Sedangkan perangkat lunak yang dimaksud adalah pembelian software dan pemasangan internet. Namun sekarang software aplikasi perpustakaan dapat diunduh secara gratis di internet, karena sudah tersedia secara terbuka (open source) kemudian dapat dikembangkan sendiri oleh pustakawan; (2) Belum tersedianya format MARC dalam Bahasa Indonesia, namun sekarang sejalan dengan perkembangan IPTEK sudah ditemukannya IndoMARC; (3) Pustakawan dalam studi perpustakaan belum dibekalinya mata kuliah teknologi informasi khususnya bidang perpustakaan, dan; (4) Tidak semua sekolah telah memiliki tenaga pustakawan yang sesuai dengan kompetensinya. Kompetensi yang dimaksud sebagai tenaga pustakawan minimal telah lulus kuliah studi perpustakaan baik diploma maupun sarjana (S1). Kenyataan dilapangan masih ditemukan adanya tenaga perpustakaan yang berlatar belakang sarjana non perpustakaan.


(26)

2.6 Penelitian yang Relevan

Fajar Hariadi (2013) dalam jurnal berjudul

Pembuatan Sistem Informasi Perpustakaan pada SD N Sukoharjo Pacitan Berbasis WEB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perpustakaan SD Negeri Sukoharjo cukup besar, memiliki banyak koleksi buku. Kurangnya sistem informasi dan data pinjaman buku perpustakaan, membuat karyawan mengalami kesulitan dalam menjalankan administrasi perpustakaan. dengan perkembangan teknologi saat ini pengolahan data perpustakaan yang saat ini berjalan di SD Negeri Sukoharjo dianggap sudah tua. Dengan pengolahan data terkomputerisasi akan mempermudah pemantauan dan manajemen perpustakaan. Aplikasi sistem informasi perpustakaan akan dibuat sebagai sistem otomasi perpustakaan yang bertujuan untuk menghasilkan output dalam bentuk laporan sebagai acuan dalam laporan akhir bulan dan akhir tahun. Hasil penelitian menjelaskan bahwa dengan memanfaatkan teknologi dapat mengaplikasi program sehingga menghemat waktu untuk pencarian data, dapat menyajikan informasi secara cepat dan akurat.

Ali Ibrahim (2015) Pengembangan Model Perpustakaan Berbasis Tekonologi Informasi untuk Meningkatkan Kinerja layanan Perpustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Information Comunication and Technology atau ICT telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan global. Oleh karena itu, setiap institusi harus selalu mengintegrasikan ICT, untuk membangun dan


(27)

memperdayakan sumber daya manusia berbasis pengetahuan agar dapat bersaing dalam era global. Implikasi dari perkembangan tersebut adalah semakin banyaknya komputerisasi di dalam pengolahan data pada instansi- instansi pemerintah dan swasta khususnya instansi pendidikan. Perpustakaan digital dibangun untuk memenuhi kebutuhan dalam mencari referensi yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Dengan perpustakaan berbasis digital, informasi apapun yang dibutuhkan dengan dapat mudah diakses. Hasil penelitian menjelaskan bahwa penyebaran akses dan sumber informasi layanan perpustakaan berbasis ICT dapat: 1) Mengefisiensikan dan mempermudah pekerjaan dalam perpustakaan; 2) Memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna perpustakaan; 3) Meningkatkan citra perpustakaan; 4) Pengembangan infrastruktur nasional, regional, dan global; 5) Institusi dapat berbagi koleksi dengan institusi lain; 6) Koleksi digital dapat mengurangi biaya cetak; 7) Pengguna dapat meningkatkan akses elektronik; 8) Dapat mengurangi biaya pemeliharaan buku dalam jangka waktu yang lama.

Ardoni (2005) dalam artikel Teknologi Informasi Kesiapan Pustakawan Memanfaatkannya, menghasilkan penelitian bahwa Teknologi Informasi (IT) terutama komputer telah merasuk ke bidang perpustakaan. Semestinya sebagai seorang yang bergelut dengan sumber informasi, putakawan lebih menguasai komputer daripada orang- orang dari profesi lainnya. Namun tidak memperlihatkan demikian. Salah satu titik sudut


(28)

Teknologi Informasi (IT) yakni sistem otomasi perpustakaan perlu diterapkan dalam pengelolaan perpustakaan. Namun kenyataannya pelaksanaan tersebut kurang optimal. Faktor manusia masih sangat dominan. Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa faktor yang berkaitan dengan pustakawan tersebut, yaitu: 1) Sikap seoarang pustakawan, 2) Kemampuan yang dimiliki pustakawan, 3) Perancangan program aplikasi, 4) Peraturan tentang angka kredit, 5) Materi pendidikan untuk pustakawan, 6) Organisasi profesi untuk tenaga pustakawan. Pustawakan perlu diajak serta dalam merancang perencanaan sistem otomasi perpustakaan serta struktur data bibliografi elektronik.

Ishak (2008) dalam jurnal berjudul Pengelolaan Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi menjelaskan secara singkat tentang pentingnya pengeloalan perpustakaan berbasis Teknologi Informasi. Penggunaan Teknologi Informasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pekerjaan dan kualitas pelayanan pada pengguna (right information, right usser dan right now). Saat ini masyarakat pengguna perpustakaan menghendaki adanya perpustakaan menjadi (right information, right usser dan right now), artinya perpustakaan dituntut untuk memberikan layanan informasi yang cepat, pada pengguna yang tepat dalam waktu yang cepat. Hal ini akan terlaksana apabila dapat menghadirkan dan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dalam pengelolaan perpustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan sistem Informasi dan Teknologi (IT) dalam perpustakaan


(29)

umumnya terdapat hambatan, diantaranya: 1) Tujuan program belum jelas; 2) SDM (Sumber Daya Manusia) dalam hal ini pustakawan belum memenuhi standar kompetensi terutama tentang kualifikasi akademiknya; 3) Perpustakaan didirikan belum memiliki visi, misi yang mendorong kearah kemajuan; 4) Tidak mau belajar atas keberhasilan lembaga lain.

Zhang, junsheng (2014) dalam jurnal berjudul A synergetic mechanism for digital library service in mobile and cloud computing environment menjelaskan bahwa layanan perpustakaan digital telah datang dalam kehidupan kita sehari- hari dengan perkembangan komunikasi nirkabel dan pembuatan perangkat mobile. Perpustakaan digital telah mengumpulkan data dalam skala besar untuk menyediakan layanan informasi. Namun masih banyak kendala seperti keterbatasan perangkat komputerisasi, transmisi data, dan jaringan

nirkabel. Makalah ini mengusulkan mekanisme yang sinergis untuk perpustakaan digital untuk memberikan layanan informasi dalam lingkungan dalam meningkatkan efisiensi kerja pengguna perpustakaan.

Menurut Hinze, Annika (2014) dalam makalah

Location-triggered mobile acces to digital library of audio books using Tipple membahas tentang pentingnya audio

sebagai sarana untuk mengkases buku sambil berada di suatu tempat. Melalui perpustakaan dengan sistem aplikasi mobile yang disebut tipple, buku yang bersumber dari perpustakaan digital dapat mudah diakses. Konsep ini telah dikembangkan dan dieksplorasikan melalui studi lapangan.


(30)

Darnton, Robert (2013) dalam International Journal on Digital Libraries dengan judul The National Digital Public Library Is Launched menjelaskan tentang fungsi arsip perpustakaan online akan memperkaya pengalaman siswa pada setiap tingkat sistem pendidikan. Guru akan dapat membuat pilihan dari itu dan menyesuaiakannya dengan kebutuhan kelas mereka. Ini mungkin sebuah langkah kecil, tapi itu akan menjadi pembuka dalam dunia pengetahuan dan digambarkan sebagai milik bersama.

Menurut Li Ting (2015) dalam International Journal on Digital Libraries dengan judul Alocality- aware similar information searching scheme menjelaskan bahwa dalam pengolahan databased untuk perpustakaan , pencarian informasi mencari rekaman data adalah kata kunci. Akumulasi infromasi yang cepat database meningkat secara dramatis. Sebuah sistem pencarian infromasi secara efisien dapat mempercepat pencarian informasi dan mengambil catatan yang relevan.

Perbedaan yang mendasar beberapa penelitian internasional yang dilakukan oleh Zhang, Hinze, Darton, dan Li Ting mereka mengaplikasi layanan perpustakaan secara online dan berbasis WEB bisa diakses oleh orang lain dengan menggunakan piranti smartphone. Bagi pengguna layanan dapat mengakses ketersediaan buku hanya dengan melihat dalam ponsel tanpa harus berkunjung secara langsung di perpustakaan. Setelah mengetahui ketersedian buku tersebut baru mereka mendatangi perpustkaan untuk melakukan peminjaman yang dicari.


(31)

Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Hariadi, bahwa perpustakaan yang mereka teliti ada yang masih menggunakan layanan perpustakaan secara manual. Sehingga dapat menyulitkan dalam sistem administrasi pelayanan pinjam dan mengembalian buku. Sedangkan penelitian Ali Ibrahim, Ardoni, dan Iskak mereka melakukan penelitian tentang perpustakaan dengan menggunakan sistem Informasi dan Teknologi (IT) dapat membantu pustakawan dalam mengadministrasikan kegiatan yang dilakukan oleh pustakawan. Namun otomasi yang digunakan tidak disebutkan. Sedangkan SD Negeri Guntur 1 menggunakan sistem otomasi perpustakaan dengan alamat dengan mengunakan

Mozila Firefox. Adapun Mozila Firefox yang digunakan oleh perpustakaan “Pustaka Raja” Mozila Firefox 1.8. Sedangkan alamat otomasi perpustakaan yang dipakai pada SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak adalah 192.168.1.1/pustakaraja.

Dari beberapa penelitian tertulis diatas terdapat persamaan yang dapat disimpulkan bahwa layanan perpustakaan dengan menggunakan teknologi sangat bermanfaat. Sistem yang diterapkan dapat membantu dalam mengakses informasi manajemen perpustakaan. seorang pustakawan akan lebih cepat dalam mengkalisifikasi buku serta melayani pengunjung. Pemustaka akan lebih cepat dalam pemilihan dan peminjaman buku melalui sitem tersebut. Oleh karena betapa pentingnya sistem layanan tersebut, maka akan menjadi motifasi bagi sekolah- sekolah lain untuk segera


(32)

menerapkan sistem layanan seperti perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak.

Namun dari penelitian diatas juga terdapat beberapa perbedaan dengan layanan yang terdapat di perpustakaan SD Negeri Guntur 1 , diantaranya:

1) Dengan penerapan perpustakaan dengan sistem Informasi dan Teknologi (IT), maka beban mengajar guru semakin berkurang. Hal ini sejalan dengan diberlakukannya Kurikulum 2013 di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak yang merupakan satu- satunya SD piloting di Kecamatan Guntur. Kurtilas (Kurikulum tahun 2013) menekankan proses pembelajaran scientific. Salah satunya ketrampilan mencari informasi yang berkaitan dengan sumber belajar. Siswa dengan bimbingan guru dituntun untuk mencari sumber belajar di perpustakaan. Siswa aktif dalam mencari informasi/ materi di perpustakaan dengan cara meminjam buku ataupun mengakses internet. Sehingga guru bukan satu- satunya sebagai sumber belajar, namun hanya sebagai fasilitator.

2) Dengan dipakainya sistem perpustakaan berbasis Informasi dan Teknologi (IT) di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, pemustaka tidak hanya berasal dari internal sekolah (siswa dan guru). Namun perpustakaan juga dimanfaatkan oleh orang tua siswa sembari menjemput anaknya pulang sekolah. Sambil menunggu anaknya pulang, orang tua siswa membaca di perpustakaan dan ada pula yang meminjam buku untuk dibawa pulang.


(33)

Biasanya buku yang dibaca dan dipinjam berkaitan dengan mata pelajaran untuk anaknya. Sehingga sedikit bisa membantu guru dalam proses belajar. Terkadang juga koleksi masak- memasak untuk ibu rumah tangga. Oleh pihak pustakawan dibuatkannya kartu peminjaman untuk tercatat sebagai anggota perpustakaan.

2.7 Kerangka Berfikir

Sejalan dengan perkembangan jaman, maka sistem Informasi dan Teknologi (IT) dipandang telah mampu mengubah sikap dan perilaku manusia dalam memperoleh informasi. Sistem perpustakaanpun terdorong untuk berubah dari pandangan konvensional menuju perpustakaan dengan sistem layanan berbasis Informasi dan Teknologi (IT). Sistem layanan berbasis Informasi dan Teknologi (IT) yang dikenal dengan otomasi perpustakaan dalam rangka melayani tuntutan pemustaka. Layanan tersebut meliputi kegiatan (peminjaman/ pengembalian), keanggotaan, referensi, bimbingan pada pemustaka, layanan pembaca, peneliti.

Dengan adanya perubahan sistem perpustakaan dari konvensional ke pengelolaan layanan berbasis layanan berbasis Informasi dan Teknologi (IT) menjadikan perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak dapat mengikuti lomba perpustakaan yang sebelumnya tidak pernah mengikuti, namun sistem layanan tersebut perlu untuk dievaluasi. Dalam penelitian ini juga akan mengevaluasi faktor- faktor yang menghambat terhadap layanan


(34)

perpustakaan. Jika sistem memerlukan perbaikan akan segera dilaksanakan dengan hasil evaluasi tersebut.

Untuk lebih jelasnya kerangka berfikir penelitian tentang layanan perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak dapat digambarkan sebagai berikut:

LAYANAN PERPUSTAKAAN

(BERBASIS IT)

EVALUASI :

KONTEK, INPUT, PROSES, PRODUK, FAKTOR PENGHAMBAT

HASIL

LANJUT PERBAIKI

KESIMPULAN/SARAN KEBERLANJUTAN


(1)

umumnya terdapat hambatan, diantaranya: 1) Tujuan program belum jelas; 2) SDM (Sumber Daya Manusia) dalam hal ini pustakawan belum memenuhi standar kompetensi terutama tentang kualifikasi akademiknya; 3) Perpustakaan didirikan belum memiliki visi, misi yang mendorong kearah kemajuan; 4) Tidak mau belajar atas keberhasilan lembaga lain.

Zhang, junsheng (2014) dalam jurnal berjudul A synergetic mechanism for digital library service in mobile and cloud computing environment menjelaskan bahwa layanan perpustakaan digital telah datang dalam kehidupan kita sehari- hari dengan perkembangan komunikasi nirkabel dan pembuatan perangkat mobile. Perpustakaan digital telah mengumpulkan data dalam skala besar untuk menyediakan layanan informasi. Namun masih banyak kendala seperti keterbatasan perangkat komputerisasi, transmisi data, dan jaringan nirkabel. Makalah ini mengusulkan mekanisme yang sinergis untuk perpustakaan digital untuk memberikan layanan informasi dalam lingkungan dalam meningkatkan efisiensi kerja pengguna perpustakaan.

Menurut Hinze, Annika (2014) dalam makalah Location-triggered mobile acces to digital library of audio books using Tipple membahas tentang pentingnya audio sebagai sarana untuk mengkases buku sambil berada di suatu tempat. Melalui perpustakaan dengan sistem aplikasi mobile yang disebut tipple, buku yang bersumber dari perpustakaan digital dapat mudah diakses. Konsep ini telah dikembangkan dan dieksplorasikan melalui studi lapangan.


(2)

Darnton, Robert (2013) dalam International Journal on Digital Libraries dengan judul The National Digital Public Library Is Launched menjelaskan tentang fungsi arsip perpustakaan online akan memperkaya pengalaman siswa pada setiap tingkat sistem pendidikan. Guru akan dapat membuat pilihan dari itu dan menyesuaiakannya dengan kebutuhan kelas mereka. Ini mungkin sebuah langkah kecil, tapi itu akan menjadi pembuka dalam dunia pengetahuan dan digambarkan sebagai milik bersama.

Menurut Li Ting (2015) dalam International Journal on Digital Libraries dengan judul Alocality- aware similar information searching scheme menjelaskan bahwa dalam pengolahan databased untuk perpustakaan , pencarian informasi mencari rekaman data adalah kata kunci. Akumulasi infromasi yang cepat database meningkat secara dramatis. Sebuah sistem pencarian infromasi secara efisien dapat mempercepat pencarian informasi dan mengambil catatan yang relevan.

Perbedaan yang mendasar beberapa penelitian internasional yang dilakukan oleh Zhang, Hinze, Darton, dan Li Ting mereka mengaplikasi layanan perpustakaan secara online dan berbasis WEB bisa diakses oleh orang lain dengan menggunakan piranti smartphone. Bagi pengguna layanan dapat mengakses ketersediaan buku hanya dengan melihat dalam ponsel tanpa harus berkunjung secara langsung di perpustakaan. Setelah mengetahui ketersedian buku tersebut baru mereka mendatangi perpustkaan untuk melakukan peminjaman yang dicari.


(3)

Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Hariadi, bahwa perpustakaan yang mereka teliti ada yang masih menggunakan layanan perpustakaan secara manual. Sehingga dapat menyulitkan dalam sistem administrasi pelayanan pinjam dan mengembalian buku. Sedangkan penelitian Ali Ibrahim, Ardoni, dan Iskak mereka melakukan penelitian tentang perpustakaan dengan menggunakan sistem Informasi dan Teknologi (IT) dapat membantu pustakawan dalam mengadministrasikan kegiatan yang dilakukan oleh pustakawan. Namun otomasi yang digunakan tidak disebutkan. Sedangkan SD Negeri Guntur 1 menggunakan sistem otomasi perpustakaan dengan alamat dengan mengunakan Mozila Firefox. Adapun Mozila Firefox yang digunakan oleh perpustakaan “Pustaka Raja” Mozila Firefox 1.8. Sedangkan alamat otomasi perpustakaan yang dipakai pada SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak adalah 192.168.1.1/pustakaraja.

Dari beberapa penelitian tertulis diatas terdapat persamaan yang dapat disimpulkan bahwa layanan perpustakaan dengan menggunakan teknologi sangat bermanfaat. Sistem yang diterapkan dapat membantu dalam mengakses informasi manajemen perpustakaan. seorang pustakawan akan lebih cepat dalam mengkalisifikasi buku serta melayani pengunjung. Pemustaka akan lebih cepat dalam pemilihan dan peminjaman buku melalui sitem tersebut. Oleh karena betapa pentingnya sistem layanan tersebut, maka akan menjadi motifasi bagi sekolah- sekolah lain untuk segera


(4)

menerapkan sistem layanan seperti perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak.

Namun dari penelitian diatas juga terdapat beberapa perbedaan dengan layanan yang terdapat di perpustakaan SD Negeri Guntur 1 , diantaranya:

1) Dengan penerapan perpustakaan dengan sistem Informasi dan Teknologi (IT), maka beban mengajar guru semakin berkurang. Hal ini sejalan dengan diberlakukannya Kurikulum 2013 di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak yang merupakan satu- satunya SD piloting di Kecamatan Guntur. Kurtilas (Kurikulum tahun 2013) menekankan proses pembelajaran scientific. Salah satunya ketrampilan mencari informasi yang berkaitan dengan sumber belajar. Siswa dengan bimbingan guru dituntun untuk mencari sumber belajar di perpustakaan. Siswa aktif dalam mencari informasi/ materi di perpustakaan dengan cara meminjam buku ataupun mengakses internet. Sehingga guru bukan satu- satunya sebagai sumber belajar, namun hanya sebagai fasilitator.

2) Dengan dipakainya sistem perpustakaan berbasis Informasi dan Teknologi (IT) di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, pemustaka tidak hanya berasal dari internal sekolah (siswa dan guru). Namun perpustakaan juga dimanfaatkan oleh orang tua siswa sembari menjemput anaknya pulang sekolah. Sambil menunggu anaknya pulang, orang tua siswa membaca di perpustakaan dan ada pula yang meminjam buku untuk dibawa pulang.


(5)

Biasanya buku yang dibaca dan dipinjam berkaitan dengan mata pelajaran untuk anaknya. Sehingga sedikit bisa membantu guru dalam proses belajar. Terkadang juga koleksi masak- memasak untuk ibu rumah tangga. Oleh pihak pustakawan dibuatkannya kartu peminjaman untuk tercatat sebagai anggota perpustakaan.

2.7 Kerangka Berfikir

Sejalan dengan perkembangan jaman, maka sistem Informasi dan Teknologi (IT) dipandang telah mampu mengubah sikap dan perilaku manusia dalam memperoleh informasi. Sistem perpustakaanpun terdorong untuk berubah dari pandangan konvensional menuju perpustakaan dengan sistem layanan berbasis Informasi dan Teknologi (IT). Sistem layanan berbasis Informasi dan Teknologi (IT) yang dikenal dengan otomasi perpustakaan dalam rangka melayani tuntutan pemustaka. Layanan tersebut meliputi kegiatan (peminjaman/ pengembalian), keanggotaan, referensi, bimbingan pada pemustaka, layanan pembaca, peneliti.

Dengan adanya perubahan sistem perpustakaan dari konvensional ke pengelolaan layanan berbasis layanan berbasis Informasi dan Teknologi (IT) menjadikan perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak dapat mengikuti lomba perpustakaan yang sebelumnya tidak pernah mengikuti, namun sistem layanan tersebut perlu untuk dievaluasi. Dalam penelitian ini juga akan mengevaluasi faktor- faktor yang menghambat terhadap layanan


(6)

perpustakaan. Jika sistem memerlukan perbaikan akan segera dilaksanakan dengan hasil evaluasi tersebut.

Untuk lebih jelasnya kerangka berfikir penelitian tentang layanan perpustakaan di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak dapat digambarkan sebagai berikut:

LAYANAN PERPUSTAKAAN

(BERBASIS IT)

EVALUASI :

KONTEK, INPUT, PROSES, PRODUK, FAKTOR PENGHAMBAT

HASIL

LANJUT PERBAIKI

KESIMPULAN/SARAN KEBERLANJUTAN


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Layanan Perpustakaan Berbasis Informasi dan Teknologi (IT) di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak T2 942014029 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Layanan Perpustakaan Berbasis Informasi dan Teknologi (IT) di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak T2 942014029 BAB IV

0 0 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Layanan Perpustakaan Berbasis Informasi dan Teknologi (IT) di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak T2 942014029 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Layanan Perpustakaan Berbasis Informasi dan Teknologi (IT) di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Layanan Perpustakaan Berbasis Informasi dan Teknologi (IT) di SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak

0 0 75

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Layanan Perpustakaan di SDN Karangrejo 2 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak T2 942014037 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Layanan Perpustakaan di SDN Karangrejo 2 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak T2 942014037 BAB II

0 0 35

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Layanan Perpustakaan di SDN Karangrejo 2 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak T2 942014037 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak T2 942014049 BAB II

0 0 38

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Supervisi Akademik Di SMP Negeri ebonagung Kabupaten Demak T2 BAB II

0 1 24