Pengaturan Pemberian Kredit Perbankan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

43

BAB III KEBERADAAN ASURANSI DALAM PEMBERIAN KREDIT

PERBANKAN

A. Pengaturan Pemberian Kredit Perbankan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

Penetapan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan selanjutnya disebut UU Perbankan di satu sisi dimaksudkan untuk melindungi kepentingan masyarakat khususnya simpanan nasabah, sedangkan di sisi lain dimaksudkan untuk mencegah dilakukan kejahatan di bidang perbankan oleh semua pihak terkait dalam usaha bank. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sangat menekankan bahwa bank harus melaksanakan usahanya dengan menggunakan asas atau prinsip kehati-hatian prudential principle. Undang- undang ini demikian tegas menghendaki agar supaya bank-bank secara benar menerapkan prinsip kehati-hatian dalam usahanya sampai undang-undang perbankan ini menganggap perlu untuk mengklasifikasikan sebagai tindak pidana. Disamping perlindungan terhadap nasabah melalui ketentuan-ketentuan di bidang pembinaan dan pengawasan bank, dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 juga terdapat ketentuan-ketentuan lain yang mendukung upaya perlindungan terhadap nasabah dalam pemberian kredit, bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan diperjanjikan. Ketentuan ini dimaksudkan agar dalam memberikan kredit, bank selalu memperhatikan azas-azas perkreditan yang sehat, sehingga dapat mengurangi risiko kredit macet. Sebagaimana diketahui apabila bank mengalami kredit macet yang relatif besar, maka akan dapat mempengaruhi kelangsungan Universitas Sumatera Utara 44 usahanya, dimana akibatnya lebih lanjut akan menimpa nasabah yang mempercayakan dananya pada bank. 73 Pemberian kredit adalah salah satu kegiatan usaha yang sah bagi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Kedua jenis bank tersebut merupakan badan usaha penyalur dana kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit di samping lembaga keuangan lainnya. Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan pemberian kredit, diantaranya adalah sebagai berikut: 74 1. Kredit berkaitan dengan penyaluran dana ke masyarakat Dari rumusan pengertian bank sebagaimana yang ditetapkan oleh ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dapat diketahui bahwa kredit adalah salah satu bentuk kegiatan usaha bank dalam rangka menyalurkan dananya kepada masyarakat. Kredit terkait dengan pelaksanaan fungsi bank sebagai suatu badan usaha. Fungsi utama bank sebagaimana yang ditetapkan oleh ketentuan Pasal 3 Undang-undang Perbankan 1992 adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Pemberian kredit merupakan salah satu bentuk kegiatan usaha bank yang berkaitan dengan penyaluran dana bank ke masyarakat. 2. Pengertian kredit Pengertian formal mengenai kredit perbankan di Indonesia terdapat dalam ketentuan Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Perbankan Indonesia 1992. Undang-undang tersebut menetapkan : Kredit adalah penyediaan uang atau 73 Marulak Pardede, Likuidasi Bank dan Perlindungan Nasabah, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998, hlm 27-33. 74 M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Edisi 1, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, hlm 74-84. Universitas Sumatera Utara 45 tagihan yang dapat di persamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. 3. Pemberian kredit adalah usaha yang sah bagi bank Pasal 6 huruf b dan Pasal 13 huruf b Undang-undang Perbankan Indonesia 1992 masing-masing menetapkan kredit sebagai usaha bagi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Dengan dicantumkannya pemberian kredit sebagai usaha bank dalam ketentuan undang-undang, maka kegiatan pemberian pinjaman uang ke masyarakat yang dilakukan bank telah mempunyai dasar hukum yang kuat. Bank dengan demikian tidak dapat digolongkan sebagai rentenir atau lintah darat yang sering tidak disukai oleh masyarakat. Pemberian kredit adalah usaha yang sah bagi bank sebagai badan usaha dan sesuai dengan salah satu fungsi utamanya sebagai penyalur dana masyakat. 4. Pelaksanaan pemberian kredit Menurut Pasal 8 Undang-undang Perbankan Indonesia 1992, dalam melaksanakan kegiatan usahanya yang berupa pemberian kredit, bank antara lain: 1 Wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas iktikad dan kemampuan serta kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan Pasal 8 ayat 1. 2 Memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia Pasal 8 ayat 2. Universitas Sumatera Utara 46 Sehubungan dengan ketentuan undang-undang yang mengatur tentang pelaksanaan pemberian kredit tersebut di atas, maka Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat wajib melakukan analisis kredit yang mendalam atas permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur, dan memiliki serta menerapkan pedoman perkreditan dalam melaksanakan perkreditannya. 5. Batas maksimum pemberian kredit Pasal 11 Undang-Undang Perbankan Indonesia 1992 menetapkan ketentuan batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK yang berlaku antara lain untuk pemberian kredit oleh bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam atau pihak yang terkait dengan bank. Batas maksimum pemberian kredit yang ditetapkan bagi peminjam atau kelompok peminjam yang tidak terkait dengan bank adalah tidak melebihi 30 dari modal bank yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan bagi pihak yang terkait dengan bank tidak melebihi 10 dari modal bank. 6. Pemberian kredit terkait dengan ketentuan pembinaan dan pengawasan bank Pasal 29 ayat 3 Undang-Undang Perbankan 1992 menetapkan bahwa dalam pemberian kredit, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang memercayakan dananya kepada bank. Dengan memerhatikan ketentuan Pasal 29 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 Undang-undang perbankan 1992 dan penjelasannya tersebut, pemberian kredit mendapat pengawasan berdasarkan sistem pengawasan internal yang berlaku pada masing-masing bank agar dapat menjaga kesehatannya dan memelihara kepercayaan masyarakat kepadanya. Universitas Sumatera Utara 47 Demikian beberapa hal yang diatur oleh ketentuan Undang-undang Perbanka 1992 yang berkaitan dengan kredit perbankan. Hal ini mengenai pengaturan pemberian kredit adalah yang berkaitan dengan ketentuan sanksi pidana dan administratif yang tercantum dalam undang-undang tersebut. Asas Perbankan Indonesia, diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, yaitu: Perbankan Indonesia dalam menjalankan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Dalam penjelasan-nya dikemukakan bahwa demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan, mengenai prinsip kehati-hatian tidak ada penjelasannya secara resmi. Namun dalam praktek perbankan, kegiatan usaha tentunya dilakukan atau dijalankan oleh orang yang memiliki pengalaman dan profesionalitas dalam perbankan. Untuk itu, diminta kehati-hatiannya dalam menjalankan tugas tersebut. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Bank Indonesia sebagai pengawas tunggal perbankan secara konsisten akan terus berupaya agar perkembangan system perbankan di Indonesia menuju kea rah system perbankan yang sehat dan kokoh. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 mengelompokkan perbankan di Indonesia menjadi 2 saja yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat BPR. Sehingga persaingan antar bank akan semakin tajam. Tujuan Perbankan di Indonesia diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992. Perbankan Indonesia bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka menigkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Universitas Sumatera Utara 48 Prinsip-prinsip pemberian kredit, didasarkan pada Pasal 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tetang Perbankan, bunyinya: Dalam memberikan kredit, Bank Umum wajib memiliki keyakinan atas kemampuan atau kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya, sesuai dengan yang diperjanjikan. Dalam penjelasannya, dijelaskan bahwa kredit yang diberikan oleh bank umum mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank wajib memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat, dengan memberikan jaminan dalam arti bank wajib memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya atau kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum kredit diberikan bank harus melakukan penilaian terhadap watak, modal, jaminan atau agunan dan prospek usaha dari nasabah debitur.

B. Keberadaan Asuransi dalam Pemberian Kredit Perbankan