Fungsi dan Peran Asuransi dalam Pemberian Kredit Bank

52 kemampuan dan kemauan sehingga tersimpul kehati-hatian dengan menjaga unsur keamanan dan sekaligus unsur keuntungan profitability dari suatu kredit. 79 Kegiatan pemberian kredit oleh bank mengacu pada kebijakan yang telah ada pada bank itu sendiri serta peraturan perundang-undangan yang telah berlaku. Hal demikian guna memperkecil risiko yang akan dialami oleh bank itu sendiri. Bank dalam usaha memperkecil risiko yang dihadapi melalui mekanisme tertentu, yaitu dengan melakukan pemberian kredit tersebut secara hati-hati prudential banking practicers, maksud pemberian kredit dilakukan apabila telah ada keyakinan bahwa si peminjam mempunyai kemampuan dan kesanggupan untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Adanya keyakinan itu hanya dapat terjadi apabila bank melakukan penilaian yang menyeluruh dan seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha debitur. 80 Bank di dalam mengasuransikan debiturnya adalah atas dasar bahwa bank mempunyai kepentingan yang dapat diasuransikan terhadap nasabahnya. Dalam arti bahwa bank sebagai kreditur mempunyai harapan keuntungan keuangan dari kelangsungan hidup si debitur tersebut. 81

C. Fungsi dan Peran Asuransi dalam Pemberian Kredit Bank

Pada asuransi, dengan mengeluarkan premi seorang tertanggung sama sekali tidak mengharapkan terjadinya “peristiwa yang tidak pasti”, walaupun dengan terjadinya itu, ia dapat menuntut ganti kerugian dari penanggung. Fungsi asuransi adalah semata-mata untuk berjaga-jaga kalau terjadi kerugian karena peristiwa yang tidak pasti dan bukan mengharapkan terjadinya peristiwa itu. Apa 79 Muhammad Djumhana, Op.Cit, hlm 333. 80 Ibid, hlm 448. 81 Budi Untung, Op.Cit, hlm 109. Universitas Sumatera Utara 53 yang diperoleh tertanggung dalam hal terjadinya kerugian atas dirinya itu, tidak dapat dipandang sebagai keuntungan. Asuransi sebagai lembaga keuangan non Bank, merupakan satu mata rantai dari keseluruhan kegiatan yang terjadi dalam dunia usaha. Karena dalam keseluruhan kegiatan dunia usaha sebenarnya merupakan satu rangkaian yang tidak bisa lepas antara satu dengan yang lain. Misalnya antara produsen, konsumen, Bank, Asuransi ,Pengangkutan dan sebagainya. Asuransi dalam hubungannya dengan kegiatan dunia usaha lainnya mempunyai fungsi yang rangkap yaitu disamping sebagai lembaga pelimpahan risikojuga sebagai lembaga penyerap dana dari masyarakat, 82 1. Asuransi sebagai lembaga pelimpahan risiko. Sudah sewajarnya bahwa seorang atau suatu Badan Usaka didalam kegiatan usahanya tidak menghendaki timbulnya kerugian yang kecil sekalipun Untuk mengatasi adanya rasa khawatir akan kemungkinan timbulnya kerugian dalam kegiatan usahanya, maka seseorang atau badan usaha tersebut berusaha melimpahkan semua kemungkinan kerugian yang timbul kepada pihak lain yang bersedia membayar ganti kerugian apabila terjadi kerugian. Cara ini dapat dilaksanakan dengan jalan mengadakan suatu perjanjian yang disebut perjanjian asuransi. Dalam perjanjian asuransi peralihan risiko dari tertanggung kepada penanggung. Hal ini berarti apabila dalam jangka waktu diadakannya asuransi itu terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, maka penaggung akan membayar ganti rugi atau memberikan sejumlah uang Adapun fungsi asuransi secara umum adalah: 82 Sri Redjeki Hartono, Asuransi dan Hukum Asuransi, Semarang : Fakultas Hukum UNTAG, 1982, hlm 12. Universitas Sumatera Utara 54 kepada tertanggung sesuai dengan isi peijanjian asuransi. Dengan demikian jelaslah, bahwa asuransi dapat mengurangi atau mengatasi kemungkinan kerugian dari suatu peristiwa yang benar-benar terjadi dan tidak dapat diduga sebelumnya. 2. Asuransi sebagai penyerap dana dari masyarakat. 83 Peran industri asuransi dalam perekonomian Indonesia tidak diragukan lagi sangat besar dan sangat luas. Sebagai suatu produk jasa mungkin industri asuransi relatif lambat perkembangannya karena oleh sementara pakar produk asuransi kurang diminati konsumen untuk membeli un-saught goods. Namun kenyataan menyatakan bahwa sejumlah aktivitas industri dan perdagangan tidak mungkin berlangsung tanpa dukungan produk jasa asuransi. Asuransi berperan sebagai pendamping dan penjamin pengusaha kecil dalam berhubungan dengan perbankan. Tetapi dalam praktiknya berdirinya asuransi justru tidak menyelesaikan masalah. Bahkan keberadaan dan keterlibatan lembaga itu menciptakan masalah baru. Para debitur yang tidak mampu memenuhi kewajibannya, tanggung jawabnya justru dibebankan kepada asuransi. Akibatnya lembaga ini harus banyak menanggung utang dari bank. Padahal tujuan utama dihadirkannya lembaga ini semula untuk mendorong pertumbuhan pengusaha kecil agar mereka mampu berhubungan dengan bank, namun nyatanya usaha ini gagal. Belajar dari pengalaman itulah maka perbankan tidak perlu lagi melibatkan lembaga sejenis. Sebaliknya katanya, perbankan harus meningkatkan kemampuan SDM-nya sendiri dalam melakukan analisis. 83 Prodjodikoro,Wiryono, Hukum Asuransi di Indonesia, Jakarta : Intermasa, 1979, hlm 46 Universitas Sumatera Utara 55 Pada dasarnya kredit yang diberikan oleh bank, baik bank pemerintah maupun swasta tidak terlepas dari risiko kredit. Dalam hal ini apabila si penerima Keamanan bagi bank diperlukan, karena dana yang disimpan pada bank perlu dilindungi, sebab bila bank tidak memperhatikan keamanan dana masyarakat tersebut, maka akan mempersulit pihak bank sendiri yaitu akan mengurangi kepercayaan masyarakat dalam menanamkan dananya pada pihak bank. Selain itu keberadaan bank yang ada di lingkungan masyarakat, di dirikan dengan tujuan selain untuk mencari keuntungan juga diharapkan dapat membantu mengembangkan usaha kecil menengah untuk meningkatkan pendapatan bagi usaha kecil menengah dengan menyediakan kredit. Salah satu lembaga keuangan non bank yang memiliki peranan dalam pengerahan dana masyarakat dan sekaligus sebagai lembaga yang menerima risiko adalah lembaga asuransi. Lembaga asuransi atau lembaga pertanggungan ini merupakan suatu lembaga pelimpahan risiko. Risiko dari pihak yang satu dengan adanya suatu perjanjian, dilimpahkan kepada pihak yang lain yaitu penanggung. Penanggung biasanya adalah perusahaan pertanggungan atau asuransi. Sesungguhnya lembaga peralihan risiko ini merupakan satu manifestasi dari usaha manusia untuk menghindari paling sedikit mengurangi serta menyebarkan risiko yang seharusnya ditanggung sendiri kemudian dialihkan kepada pihak lain yang bersedia menerimanya melalui perjanjian asuransi atau pertanggungan. 84 Bank memberitahukan kepada perusahaan asuransi bahwa akan dilaksanakan penutupan pertanggungan untuk kepentingan nasabahnya. Pihak asuransi segera melakukan survey on the spot ke lokasi objek pertanggungan 84 http:skripsiskripsis1.blogspot.com201404skripsi-hukum-perdata-peranan- asuransi.html diakseskan tanggal 167Juni 2014 pkl 14.30 Wib Universitas Sumatera Utara 56 untuk melihat keadaan barang yang akan diasuransikan. Tahap berikutnya pihak asuransi membuatkan cover note. Atas dasar cover note ini dibuatkan polis sesuai dengan bahaya yang dipertanggungkan maupun luas pertanggungannya extended coverage, resiko yang diminta, jangka waktu dan persyaratan-persyaratan lain yang dianggap perlu. Jaminan yang diserahkan kepada bank terdiri dari banyak jenis, mulai dari jaminan yang bersifat material material collateral maupun non-material. Jaminan pemberian kredit, dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberi kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan modal, agunan dan prospek usaha dari debitur. Mengingat bahwa agunan menjadi salah satu unsur jaminan pemberian kredit maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas kemampuan debitur untuk mengembalikan hutangnya, agunan dapat hanya berupa barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. 85 Keberadaan jaminan kredit collateral merupakan persyaratan guna memperkecil risiko bank dalam menyalurkan kredit. Pada prinsipnya suatu penyaluran kredit tidak selalu harus dengan jaminan kredit, sebab jenis usaha dan Mengenai pentingnya suatu jaminan oleh kreditur bank atas suatu pemberian kredit, tidak lain adalah karena jaminan merupakan salah satu upaya untuk mengantisipasi risiko yang mungkin timbul dalam tenggang waktu antara pelepasan dan pelunasan kredit. 85 Ruddy Tri Santoso, Kredit Usaha Perbankan, Edisi pertama, Cetakan Pertama, Yogyakarta: Andi, 1996, hlm 49-50. Universitas Sumatera Utara 57 peluang bisnis yang dimiliki debitur pada dasarnya sudah merupakan jaminan atas prospek usaha itu sendiri. Hanya saja, jika suatu kredit dilepas tanpa agunan maka kredit itu akan memiliki risiko yang sangat besar karena jika investasi yang dibiayai mengalami kegagalan atau tidak sesuai dengan perhitungan semula. Jika hal ini terjadi maka bank akan dirugikan sebab dana yang disalurkan berpeluang untuk tidak dapat dikembalikan. Itu berarti kredit tersebut macet tanpa ada aset nasabah yang dapat digunakan untuk menutup cover kredit yang tidak terbayar. Lain halnya jika ada agunan. Bank akan dapat menarik kembali dana yang disalurkannya dengan memanfaatkan jaminan tersebut. 86 Penutupan cover pertanggungan asuransi jaminan kredit meliputi dua hal sebagai berikut: Apabila barang jaminan telah ditutup cover asuransinya sebelum nasabah memperoleh kredit dari bank, maka perlu dimintakan tambahan syarat banker’s clause dari polis asuransi yang sedang berjalan tersebut. Setelah polis asuransi tersebut jatuh tempo, maka bagi penutupan cover asuransi selanjutnya berlaku seperti ketentuan di atas. 87 1. Pertanggungan hak milik nasabah debitur sebesar minimal kredit yang dijaminkan pada bank wajib diasuransikan. Pertanggungan tersebut biasanya merupakan jaminan utama yang merupakan pembiayaan bank dan jaminan tambahan. 2. Pertanggungan harga milik nasabah debitur yang tidak termasuk jaminan kredit dianjurkan untuk diasuransikan. 86 Budi Untung, Op.Cit, hlm 57. 87 Ibid, hlm 105. Universitas Sumatera Utara 58 Dalam praktek, suatu barang jaminan kredit dapat saja telah terlebih dahulu diasuransikan oleh pemilik barang sebelum barang itu dijadikan jaminan kredit. Apabila terjadi hal yang demikian maka bank dengan persetujuan pemilik atau debitur harus mengadakan Banker’s Clause atas asuransi tersebut dengan pemberitahuan kepada perusahaan asuransi yang telah menutup cover pertanggungan atas barang yang diserahkan sebagai jaminan kredit. Dan apabila ada waktu diadakan pengikat kredit belum diadakan asuransi atas barang jaminan oleh pemilik barang atau debitur, maka bank akan menutup cover pertanggungan asuransi atas barang jaminan tersebut. Bank harus langsung memberitahukan syarat Banker’s Clausenya. Sedangkan apabila barang tersebut tidak menjadi jaminan kredit tetapi masa waktu asuransinya belum habis, maka syarat Banker’s Clause ini dapat dihapus dengan pemberitahuan bank kepada perusahaan asuransi tersebut tadi. 88

D. Perjanjian Asuransi dalam Pemberian Kredit