Fungsi adalah antarhubungan bermakna diantara unit-unit yang terlibat, dalam hal ini fungsi dapat dibedakan atas fungsi manifest
nyata dan fungsi latent tersembunyi. Fungsi manifest
adalah fungsi yang tampak, fungsi yang dikehendaki dan disadari oleh partisipan system tersebut. Sedangkan fungsi latent
adalah fungsi yang terselubung, fungsi yang tidak dikehendaki dan tidak disadari oleh masyarakat yang
bersangkutan, sebagai hasil sampingan. Strukturalisme dan semiotik akan sejalan dalarn memproses gaya bahasa dan unsur kesusastraan yang diwakili dari
fungsi-fungsi bahasa. Setelah fungsi bahasa tersebut ditelaah dengan tanda dan penanda, maka arti antara analisis struktur dan analisis semiotik akan dapat
dikonvensikan dengan menggunakan catatan-catatan bahasa sebagi media untuk memerikan unsur gaya bahasa yang dibangun. Kemampuan gaya bahasa dalam
menelaah unsur bahasa dan kesusastraan dapat diteliti melalui makna logis bahasa dan makna objektif dalam kesusastraan. Hal ini tercermin dalam setiap penggunaan
bahasa dalam kesusastraan yang memetaforakan kalimat sebagai unsur gaya bahasa.
2.5 Landasan Teori
Teori semiotik adalah pembacaan, kajian dan analisis yang merujuk kepada tanda-tanda yang wujud di dalam teks-teks sastra. Pada dasarnya, kehadirannya
adalah sebagai suatu pengembangan dari teori strukturalisme. Pemikiran bahwa sastra yang menggunakan wahana bahasa itu ditegaskan sebagai bahasa-adalah sistem
tanda, dan merupakan suatu kesatuan antara dua aspek penanda dan petanda adalah pemaknaan atau konseptualnya. Namun, penanda tidak identik dengan bunyi dan
Universitas Sumatera Utara
petanda bukanlah makna denotatif Kedua-duanya adalah sesuatu atau subjek yang dirujuk oleh tanda.
Tanda-tanda itu wujud dalam setiap aspek kehidupan manusia, dan untuk memahaminya haruslah dipahami tanda itu melalui analisis bahasanya. Sebelum itu,
linguistik dalam menyingkap makna menyusur sejarah asal usul kata, juga tradisi bahasanya, tetapi kini makna dilihat sebagai fungsi daripada sebuah sistem bahasa
apakah sikap ini tidak ada sebelum pascamodern? Dan apakah kita begitu saja menghapus makna lama?. Dalam sistem bahasa itu tersimpan makna yang merujuk
kepada penggunaannya. Lalu dirumuskan suatu pemaknaan tanda-tanda sistem bahasa itu, dan wujudlah sesuatu yang dinamakan semiotik yang akhirnya berdiri
sebagai sebuah teori. Mengikuti semiotik, harus bermula daripada latar pembinaannya. Semiotik
strukturalisme Saussure 1857-1913, adalah teori yang mengkaji dalam bahasa atau susunan atau struktur dengan konsep utamanya sign dan meaning atau bentuk dan isi,
atau paradigmatic dan syntagmatic yang kemudiannya dalam sastra melahirkan signifier dan signified
atau penanda dan petanda. Kajian utama Saussure ialah lingustik struktural dan teori landa, yang diresapi oleh pemikiran Meillet, Humboldt
dan Whitney. Pemikiran selaras dengan Jacobson, Levi-Strauss, Peirce, dan Barthes. Dua orang pelajamya, setelah ketnatiannya mengumpulkan seri kuliahnya lalu
menerbitkan Course in
General Linguistics yang pertama kali terbit pada yang menjadi dasar pemikiran dan teks pegangan yang menjadi sumber utama semiotik.
Universitas Sumatera Utara
Bagi Saussure bahasa adalah suatu sistem tanda yang berfungsi sebagai sebuah kode operasional oposisi binari. Oposisi binari itu menghasilkan tingkatan
kompleksitas yang lebih tinggi, yang menggunakan imajinasi atau simbol dalam bahasa. Jika ia diturunkan ke dalarn teks-teks sastera akan menghasilkan karya-karya
yang berarti . Pemikiran stukturalisme sebenamya hasil kajian tentang teori Aristoteles yang
memperkenalkan konsep wholness, unity, complexity, dan coherence yang dijelmakan semula dengan makna yang hampir sama. Strukturalisme mempunyai beberapa ciri
umum. Pertama, bahan kajian dilihat sebagai suatu keseluruhan yang membentuk satu sistem dengan komponen-komponen dalan sistem itu saling berkaitan dan ditentukan
oleh struktur keseluruhan sistem itu. Kedua, setiap sistem mempunyai struktur dan ia mendasari hukum-hukum struktur. Ketiga, fikiran manusia bergerak dalam oposisi
binari, yaitu setiap perkara ada lawannya, misalnya malamsiang, kecilbesar dan
sebagainya Holderoft, 1991:81-89. Teori semiotik memodifikasikan pemikiran itu terutamanya hubungan antara satu struktur yang lain, yaitu hubungan antara penanda
dengan petanda, perkataan dengan makna, dan sebagainya. Semiotik adalah hasil penyesuaian dan penerapan konsep bahasa Ferdinand de Saussure. Strukturalisme
tidak akan terlepas daripada pekedaan golongan formalisme yang meletakkan nilai estetik kepada susunan dalam teks semata-mata, seperti kata Jacobson salah seorang
pengemukanya, poetic function text terletak pada kode metrum, rima, paralelisme, pertentangan, kiasan, majas dan sebagainya yang membentuk realitas formalisme
teks. Formalisme dengan strukturalisme saling dominasi-mendominasi antara
Universitas Sumatera Utara
keduanya daripada pemikiran yang sama Holensteirl, Elmar 1994:254-258. Yang penting ialah pemikiran Saussure tentang adanya struktur luaran dan dalaman dan
mementingkan bacaan permukaan tanpa adanya hubungan dengan yang dalam serta makna adalah hasil daripada pertanda. Makna itu adalah hasil hubungan, relasi, dan
regulasi diri dan ia bersifat ahistorikal, yaitu tanpa bergantung pada asal usul, orang yang mengusulkan dan latarnya sesuai dengan pemikiran pembinasaan terhadap
fungsi sejarah dan motivasinya. Pemikiran serta peradaban manusia berkembang secara struktur dan untuk memabami manusia harus memahami strukturnya melalui
sistem pertandaan. Perkatan semiotik sebenarnya berasal daripada perkataan Yunani, yaitu dari
akar kata semeion yaitu tanda atau sign membawa maksud sains umum yang mengkaji sistem perlambangan Saussure, 1983:24. Tanda atau lebih khusus
pengkaji menyatakan sebagai satu sistem, membicarakan subjek yang berhubungan dengan komunikasi dan ekspresi. Semiotik menyusur bahasa sebagai suatu sistem,
antaranya sistem itu ialah yang berurusan dengan aspek teknik dan mekanisme pengucapan dan penciptam di samping mengkhususkan penelitiannya dari sudut
ekspresi dan komunikasi. Dalam kehidupan manusia, segala penuturan, gerak laku dan perbuatan adalah kaya dengan sistem-sistem perlambangan; sama ada bersifat
sahih atau kabur, yakni lambang-lambang yang sukar dipahami. Lambang-lambang seperti ini hanya mampu dikaji dan diselongkari oleh satu disiplin yang mantap.
Semiotik mengkaji segala sistem perlambangan yang diciptakan manusia dalam kehidupannya. Manurut Sausure, teori ini diciptakan sebagai memahami
Universitas Sumatera Utara
tanda-tanda dan lambang dalam budaya manusia itu. Julia Kristeva pula menegaskan bahwa semiotik itu mempunyai kaedah analisis yang cukup ideal dan mempunyai
cara yang cukup khusus lagi berfungsi bagi menyelesaikan sebarang konsep pertandaan. Ini menandakan bahwa semiotik adalah satu ilmu yang sangat luas
sifatnya dan digunakan untuk sebarang bidang kajian. Istilah semiotik pertama kalinya digunakan oleh Charles S.Peirce pada abad ke–
19 untuk merujuk doktrin formal tanda-tanda Kris Budiman, 1999:107. Namun, sejak zaman Yunani lagi, Plato dan Aristoteles telah menggunakannya dengan
maksud mengkaji sistem perlambangan dan membina kaedah tanda-makna. Budaya Stoik yang mengembangkannya dalam abad ketiga dan kedua sebelum Masehi.
Penguasaan mereka terhadap ilmu tanda-semeion, penanda-semainon dan petanda-semainomenon sangat maju dan menjadi lambang tamadun bangsa zaman
itu. Oleh karena kemudiannya, kajian tanda menjurus kepada begitu rencam dan sukar, akhimya ia tersingkir dan sejak itu semiotik tidur dalam sejarah. Apabila
teks-teks romantisme pada abad ke-17 menggunakan tanda-tanda mengelakkan dari kesan penentangannya terhadap feodalisme, semiotik hidup semula dalam usaha
memahami makna-makna yang tersirat. John Locke, filosof Inggris yang mengembangkan abad itu dan menyebut semiotik sebagai doktrin perlambangan.
Bagaimanapun, hanya pada abad ke -19, semiotik mendapat tapak yang kukuh menjadi sebuah disiplin dan teori di tangan Saussure dan Peirce Hervey, S. 1982:9.
Universitas Sumatera Utara
Teori semiologi ini menganggap kajian terhadap bahasa harus berbentuk saintifik, bukannya seperti yang dilakukan sebelumnya hanya sebagai andaian dan
hipotesis belaka. Daripada mengkaji bahasa atau. komunikasi melalui tanda-tanda bahasa akhimya akan memperoleh makna.
Dalam perbincangannya tentang semiologi, Saussure mencoba membuat garis kasar sebagai suatu disiplin baru tentang penganalisisan bahasa untuk masa hadapan
dan juga coba meramalkan arahnya pada masa akan datang; yang akhimya ia muncul menjadi sebuah teori yang inempunyai kaedah yang mantap dan kukuh. Kejayaan
Saussure juga meletakkan asas yang kuat supaya semiologi berdiri sendiri sebagai sebuah disiplin ilmu. Seperti yang difaharni dalarn falsafah tanda, wujud dalam
pelbagai dimensi kehidupan dan dalarn pelbagai disiplin seperti antropologi, sosiologi, psikologi, dan sebagainya.
Otonomi ini tercapai dengan metode semiologinya mempunyai sudut pandangan eksklusif dan komunikannya yang tersendiri. Somiologi menurut sudut
pandangnya dan analisisnya tidak berkongsi dengan disiplin yang lain dan mampu mengkaji segala permasalahan kebahasaan dalam pelbagai sudut Hervey, 1982:15.
Semiologi mengkaji tanda-tanda yang dipengaruhi dan merujuk kehidupan sosial. Mekanisme analisis Saussure bersifat emotif daripada bersifat teknikal yang
wujud dalam kajian bahasa sebelumnya, ia lebih cenderung kepada interpretasi secara langsung dalam istilah-istilah yang digunakan dan akan menghasilkan interpretasi dan
dapatan yang berbeda mengikuti kognisi yang berbeda daripada penganalisisannya. Tegasnya, semiologi Saussure adalah proses memahami tanda-tanda secara
Universitas Sumatera Utara
sistematisdan intelektual untuk mendapatkan makna Holdcroft, 1991:211-214. Saussure juga meletakkan asas semiologi yang membincangkan dan mengkaji bahasa
dalam konteks konvensi, norma sosial, perhubungan yang berkaitan dengan penguraian sistematik, nilai-nilai sistem dalam kode, sintagmatik dan sistem-sistem
konstruksional bahasa. Saussure menggunakan tipologi teoriks bagi membina kerangka teorinya Hervey, 1982:236.
Charles Sander Peirce menggunakan istilah semiotik yang juga menganggapnya, satu cabang epistemologi saintifik, justru ia meletakkan logisme
dalam analisisnya. Semiotik Peirce didefinisikannya sebagai teori umum untuk tanda, meliputi satu bidang yang tua. Bidang lingkungan Peirce menjangkau kepada
simbol-simbol gambar dan angka. Semiotik Peirce mengacu kepada falsafah tanda, klasifikasi tanda, signifikan,
arti, dan fungsi tanda. Dalam teori semiotiknya, Peirce menguraikan aspek-aspek
tersebut secara terperinci sambil menekankan kepada aspek signifikasi. Sebuah tanda membawa makna, tetapi ia tertakluk kepada orang yang menafsirkannya, malna boleh
berubah-ubah dan inilah yang dimaksudkannya sebagai signifikasi tanda itu. Semiotik Peirce yang terkenal sebagai teori umum tanda pembuka jalan kepada suatu analisis
dan proses pemahaman tanda. Roland Barthes adalah tokoh terpenting yang menggunakan teori semiotik ini
menyatakan teori ini sesuai dan unggul untuk sebarang kajian bahasa, terutama sastra, juga aspek kebahasaan yang lain dalain keilmuan. Tegasnya, kajian bahasa semiotik,
amat luas dan menyentuh semua persoalan hidup karena di dalamnya begitu kaya
Universitas Sumatera Utara
dengan lambang-lambang yang perlu pula diberikan arti setiap satunya. Meskipun kajian bahasa milik linguistil, tetapi semiotik adalah milik sastra dan ilinu yang
lainnya. Justru itu, semiotik akhimya muncul sebagai teori unggul dan mantap dalam memahami bahasa terutamanya aspek penandaannya Barthes,1967:80. Kajian
semiotik adalah kajian wacana. Analisis wacana bahasa semiotik mampu mengurai segala fenomena kebahasaan, terutamanya yang berkaitan dengan tanda, penanda dan
petanda dan menjangkau segala-galanya yang berhubungan dengan perlambangan Barthes, 1989: 45.
Menurut Culler 1975:31, memuat analisis semiotik bukan sekedar penguraian, tetapi mengupas dan membongkar sistem-sistem yang terkandung dalam
bahasa, juga menentukan segala makna yang berhubungan. Di dalam bahasa, tanda-tanda digunakan pelbagai cara dan bertaburan di sana sini. Tanda-tanda itu pula
merujuk kepada budaya, sosial dan pendidikan penggunanya. Pendekatan semiotik mengkaji budaya yang terungkap dalatn bahasa dengan itu masyarakat mampu
memahami cara hidup yang mereka lalui. Narna Jury M Lotman, dikaitkan dengan semiotik yang berkembang di Rusia.
Pendekatan yang digunakan oleh Lotman yang bekerja rapat dengan sarjana-sarjana yang berhubung dengan Institut Kaian Slavonic di Moscow yang telah menerbitkan
Work on Sign System. Hasil keda-kerja Lotman boleh dikatakan hasil lanjutan dari pendekatan formalisme Rusia. Bagi Lotman, bahasa dalam teks adalah eksploitasi
yang melahirkan tanda-tanda. Tanda-tanda itu mempunyai hubungan dengan apa yang ada di luar teks, karena yang luaran itulah sumber pembinaan tanda-tanda.
Universitas Sumatera Utara
Tegasnya, penanda dan petanda tidak hanya berada di dalam teks, kita harus ke luar teks untuk memahmi maknanya.. Kerap kali, ciri-ciri yang berbeda dalam suatu teks
dan tanda-tanda konstituantenya hanya boleh dikenali dengan hubungan dengan lain-lain teks dan sistem-sistem tanda. Namun, salah satu kebaikan daripada
pendekatan Lotman, ia memperkenalkan metode semiotik yang bersifat serbanalisis, yaitu pendekatan terhadap bahasa sebagai suatu proses penandaan yang dikaitkan
dengan kontekstualnya Fokkema, 1978:45. Semiotik serbanalisis ini sangat dipopularkan kernudiannya oleh Kristeva.
Hasil daripada perbincangan dan analisis semiotik dapat dirumuskan prinsipnya. Pertamanya, cara yang paling baik untuk menganalisis sebuah hasil karya
itu melalui pendekatan semiotik ini ialah dengan berlandaskan kepada periadanya sistem dalam setiap buah karya yang ingin dikaji. Ada beberapa cara untuk
rnemahami sistem tersebut seperti paradoks dan kontradiksi penggunaan gaya ini pula terikat dengan kodenya yang tersendiri. Untuk melihat karya sastra dengan
menggunakan pendekatan ini, ia perlu mempunyai satu sistem yang dijadikan sebagai prinsip utama. Penelitian amat penting dibuat, yaitu bagaimana proses penciptaan
untuk melahirkan sistem karya itu. Kedua, semiotik mencoba untuk menghubungkan sistem karya itu dengan sistem
di luar karya. Sistem di luar karya ini ialah segala perkara yang membawa lahirnya sebuah karya itu. Ini termasuklah sistem hidup atau lebih tepat lagi,
kebudayaan seluruh masyarakat yang menjadi sumber inspirasi pengkaryaan tersebut. Dengan ini, semiotik melihat karya itu daripada perspektif yang lebih
Universitas Sumatera Utara
luas dan menyeluruh. Pendekatan ini ainat mementingkan kefahaman pembaca setelah membaca karya. Semiotik beranggapan bahwa apa yang diutarakan oleh
pengarang dalam karya mempunyai hubungan dengan sistem yang ada di dalam kehidupan masyarakat itu. Misalnya, sistem bahasa di luar karya itu akan
mempengaruhi sistem bahasa yang digunakan oleh seseorang pengarang dalarn karyanya. Di samping itu, perbagai watak di luar karya boleh juga diterapkan
dalmn sebuah karya. Oleh karena itu, pengkritik akan memberikan tafsiran terhadap karya secara kornprehensif dan menyeluruh dengan membuat
perbandingan dengan sistem-sistem yang ada di luar karya yaitu dengan cara menghubungkannya dengan kebudayaan manusia.
Prinsip ketiga dalam pendekatan semiotik ini ialah menganggap apa saja yang dituliskan oleh pengarang boleh memainkan peranan yang amat penting dalam
pembinaan sebuah karya. Keyakinan terhadap sesuatu karya itu perlu dilakukan dengan berhati-hati dan penuh perhatian karena unsur-unsur inilah yang akan
membina karya itu. Pendekatan ini seolah-olah menghargai pengarang karena setiap kata-kata yang digunakan oleh pengarang dalam karya mereka mempunyai pengertian
yang tersendiri. Kelahiran semiotik ini adalah sebagai suatu cara untuk menganalisis
karya-karya yang akan dihasilkan. Semiotik bertolak daripada sebuah karya kemudian barulah dibuat penilaian. Seseorang pengkritik haruslah membebaskan
dirinya terlebih dahulu daripada sebarang pendekatan yang lain. Prinsip keempatnya
Universitas Sumatera Utara
yaitu pendekatan ini melihat setiap genre sastra ada nilainya yang tersendiri. Namun, pendekatan pada genre ini berbedabeda antara satu sama lain. Pendekatan semiotik
akan memperlihatkan suclut atau aspek yang tertentu dalan suatu genre dibandingkan dengan genre lain. Setiap genre itu mempunyai kekuatan pada aspek-aspek tertentu
dan menganggap setiap genre, itu ada keistimewaan yang tersendiri. Semiotik akan menganalisis unsur-unsur istimewa yang terdapat di dalam karya itu; pendeknya
semiotik menganalisis bahwa, setiap karya itu haruslah dilihat dalam konteks dirinya dan bukan dibandingkan dengan lain-lain karya.
Seperti yang ditegaskan, semiotik mementingkan tanda, penanda dan petanda. Saussure menyatakan dalarn sistem bahasa sesuatu penanda seperti kata atau bunyi
lembu adalah membawa makna atau konsep yang dinamakannya petanda. Jelasnya, penanda membawa petanda. Dan penanda serta, petanda itu pula bersama-sama akan
membentuk suatu larnbang atau simbol. Lambang atau simbol inilah yang digunakan dalam bahasa. Maka, lambang atau simbol inilah yang harus diproseskm untuk
mencapai arti atau signifikasinya Appignanesi, Richard Garratt, Chris, 1995:58-59. Konsep lambang begitu dominan dibincangkan oleh semiotik. Bagi
Saussure lagi, lambang-lambang ini terjadi dan wujud apabila konsep dan pesan bunyinya disatukan. Lambang adalah ikatan psikologi yang wujud daripada
penggunanya. Semiotik Saussure nukilan Pierce lambang diklasifikasikan kepada tiga yaitu
ikon, indeks, dan simbol. Ikonik ialah tanda yang merujuk terus kepada objek yang digambarkan atau yang dibawa oleh objek dengan subjek. Ikon berasal daripada
Universitas Sumatera Utara
bahasa Latin icon yang bermakna bayang, bayangan, mirip, kemiripan, keserupaan, replika, analogi dan sebagainya. Misalnya, apabila kita membaca Lantai T. Pinkie
karya A. Samad Said, watak T. Pinkie yang hidup sebagai penari dan berkelana dengan masalah cinta dan adalah ikon kepada watak Salina dalam novel Salina oleh
penulis yang sama. Dengan menghubungkan atau mendapatkan tanda ikon kepada sesuatu objek kita akan cepat faham mengenai sesuatu objek.
Indeks tanda yang merujuk kepada sesuatu tanda yang mengumpulkan satu atau beberapa fenomena, sebab-musabab, symptom isyarat, ikatan dan sebagainya.
Tanda yang menunjukkan ia digunakan disesbabkan wujudnya peristiwa atau kaitan dengan Kang lain. Apabila kita melihat awan yang bergulung, tebal dan memberat itu
adalah hari akan huJan. Apabila kita membaca Shit karya Shahnon Ahmad itu adalah sebagai gejala politik yang diindekskannya daripada suasana rebut politik terkid
Manakala simbol dalah penjenisan lambang-lambang yang merujuk kepada objek asal dengan kawalan undang-undang khusus. Simbol merujuk kepada sebuah tanda yang
dibawa oleh penanda dengan memberi petanda arti, makna atau konsep yang mewakili sesuatu,
Menurut Peirce, lambang ikonik adalah dinamik, utama dan dekat dengan asyarakat. Hubungan antara signifier dan signified atau penanda dengan petanda
adalah hubungan berikatan dan saling lengkap melengkapi. Terdapat beberapa pecahan ikonik seperti imej, citra, diagram, simile dan metafora. Oleh karena
kesannya kuat dalam bahasa, ikonik sering digunakan pengarang dalam bahasa yang mereka gunakan. Menjelaskan konsep indeks, Pierce menyatakan ia lebih luas dan
Universitas Sumatera Utara
kompleks daripada ikon, ia tanda-tanda yang berhubung, berkait, bersebab dan
berakibat. Dapat dicontohkan seperti penggunaan aforisme, alegori, personifikasi, hiperbola dan imageri. Sementara simbol pula, batasannya lebih umum dan terlalu
luas, ada yang bersifat klasik, tradisional dan modern.. Dalarn menjabarkan kaedah analisis Pierce, kita harus bermula dengan
pembacaan. Bacaan itu akan lebih terjurus apabila kita sadar bahwa teks yang dibaca itu memang kaya dengan tanda. Dan proses pertama yang harus dilakukan ialah
mengumpulkan sejumlah kata-kata, ungkapan, konsep, alegori dan sebagainya yang boleh dianggap sebagai tanda. Ada beberapa cara mengenal tanda, sering diulang
pengarang, menjadi teras teks, terasa mengandung makna yang berbeda, berlapis, bersifat polivalensik dan sebagainya. Kedua, tanda yang sudah dikumpulkan ltu
diklasifikasikan atau dikategdrikan menurut jenisnya: ikon, indeks atau simbol. Dalam melakukan hal ini, sering tedadi kesamaran, tidak jelas perbedaannya, maka
kita harus melakukan pikhan manakah yang lebih sesuai. Setiap kelompok tanda itu, ada yang berdiri sendiri ada yang berkaitan, tugas kita melakukan pencerakinannya.
Juga perlu menggugurkan mana yang sama atau juka terlalu banyak haruslah disaring untuk hanya menjadi beberapa tanda yang penting. Ketiga, yang paling penting sekali
setelah berhasil mengenal-pasti tanda, mengelompokkan segala penanda, akhimya untuk memproses, justru aspek petandaan adalah sebuah proses yang berkaitan
dengan kognisi yaitu keda akal dalam menanggapi makna atau signiflkasinya. Ini bergantung kepada pengalaman, pendidikan, intelektual dan kemahiran berpikir
seseorang pengkaji. Tidak heranlah jika sebuah penanda membawa banyak petanda
Universitas Sumatera Utara
mengikuti kemampuan seseorang. Tetapi lazimnya, mereka yang terbiasa, engan teori ini akan dapat menanggapi petandanya dengan baiknya. Semiotik pun sebenamya
membenarkan polimakna atau polisigniflkasi. Terdapat perbedaan teknik tafsiran antara kedua tokoh-dalani hubungan tanda
dengan petanda. Saussure mmyatakan hubungan dyadic manakala Peirce hubungan tryadic. Hubungan diadik Saussure hanya tanda dan petanda, sedangkan triadic Pierce
tanda, penanda dan petanda. Kedua-dua teknik adalah sama dalam pencarian makna atau signifikasi tetap mengalami proses kognisi. Untuk membantu penguasaan kaedah
semiotik, kita dianjurkan supaya mengetahui dan menggunakan istilah-istilah khusus yang digunakan oleh teori semiotik. Budiman telah menyusun Kosa Semiotika
1999 yang terdiri kurang lebih 150 istilah dan entri semiotik. Setiap satunya diterangkannya makna, fungsi dan penerapannya.
Kaedah Pierce di atas sangat berkuasa dan mempunyai hegemoniknya dalarn kafflan semiotik baik di Barat atau, di Tinur. Di Malaysia sendiri, kaedah ini begitu
dominan sekali terutarnanya di yayasan pengaJian tinggi dalam mengkaji bahasa dan teks-teks sastera. Umar Junus dan Sapardy Muradi adalah tokoh yang
memperkenalkannya dan pemikiran dan tulisan mereka dipakai dan dirujuk, penulis juga menulisnya dalarn buku Pendekatan Kesusasteman Modern 1990.
Bagaimanapun, ada pendapat yang menyatakan bahwa kaedah Pierce itu. terlalu
tradisional dan klasik. Roland Barthes sewaktu mula menerapkannya menganggap sebagai sesuatu yang unggul, tetapi apabila pascamodem mula masuk ke dunia teks,
ia mula menjabarkan dengan cara yang lebili canggib. dan mekanisme yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
Charles Morris juga diantara nama yang membaca teori semiotik dan membawa teknik yang berbeda. Morris mengernukakan tiga buah tanda, yaitu tanda
sintaksis, tanda semantik dan tanda pragmatik. Tanda sintaksis tanda yang menllunyai kaitan dan hubungan dengan objek yang lainnya, maka untuk
memahami rnaknanya kita harus mencari jawaban kepada objek tersebut. Tanda semantik ialah tanda yang dihubungkan dengan apa yang ditandai; tegasnya tanda
melahirkan tanda lain Ialu dicari makna atau signifikasinya. Sementara tanda pragmatic pula tanda yang ditelusuri akan pernakainya. Ketiganya itu dalam
proses permaknaannya atau kognisinya akan menjurus pada situasi yang berbeda: Tanda sintaksis menghasilkan implikasi, semantik kepada denotasi dall pragmatik
kepada ekspresi 1972. Sebagai penerapan teori semiotik Charles Morris, sewaktu pembacaan, kita boleh menentukan manak.ala jenis-jenis tanda yang
dig~nakan. Mungkin menggunakan hanya satu tanda, dua tanda atau ketiga-tiganya. Sebagai contokkita berhadapan dengan puisi surealisme Suhaimi
Haji Muliammad, puisinya banyak menggunakan tanda pragmatik, justru itu ia menghasilkan suatu daya ekspresi yang unik dan berbeda dengan surealisme
lainnya. Seorang tokoh yang sangat berpengaruh dan pendekatannya hampir
menenggelarnkan kaedah Pierce ialah Umberto Eco yang teori semiotiknya coba mengelak daripada tedebak antara definisi-definisi yang dikemukakan oleh Saussure
dan Pierce, dengan mengemukakan pandangan Sesungguhriya apa yang kita. kenali
Universitas Sumatera Utara
sebagai lambang itu sebenamya tiada. Lambang yang kita pahami selaina ini adalah substance-effect aldbat daripada pertembungan dua sistem yang perbedaan
berlainan.. Eco, 1984:134. Eco, menanamkan penernuannya itu sebagai fungsi lambang atau sign-function. Kemunculan fungsi lambang ini dapat diterangkan
melalui pembinaan kode-kode. Eco, melihat lambang sebagai unit yang tersendiri dan hainpir autonomikal sifatnya. Lantaran inilah juga mengapa sering kedapatan
setengah-setengah larnbang yang serupa akan tetapi membawa arti yang jaith berbeda. Sebagai unit kebudayaan, niakna-makna itu boleh ditafsirkan secara
semiotic yaitu sebagai sebuah unit semantik yang telah disisipkan ke dalarn sebuah sistern oleh sekumpulan atau seorang manusia. Selanjutnya, Eco, berujar dengan
mengatakan sebuah unit budaya selalu terdapat dalarn system budaya-budaya lain- pengaruh-mempengaruhi - yakni hubungan timbal balik yang akan melahirkan
nilai-nilai kehidupan secara umum. Dengan itu, melahirkan pula tanda, berbeda dan penanda serta petanda yang berbeda.
Teori yang digunakan dalam menganalisis penelitian di atas tidak dasarkaii pada satu teori saja. Penelitian ini akan menggunakan teori semiotik linguistik yang
dapat untuk memahami terhadap teks lagu-lagu Melayu Sumatera Utara. Untuk menganalisis semiotik Teks lagu-lagu Melayu penulis mengacu kepada: teori
Halliday, Charles Sanders Pierce 1839-1914, Ferdinand de Saussure 1857-1913
dan Charles Morris 1955.
Penggunaan teori yang dilakukan oleh Charles Sanders Pierce menegaskan babwa kita hanya dapat berpikir dengan sarana, tanda yang sudah pasti bahwa tanpa
Universitas Sumatera Utara
tanda kita tidak dapat berkornunikasi. Sedangkan Ferdinand de Saussure menegaskan bahwa sistem tanda yang di sebut bahasa itu hanyalah satu di antara sekian banyak
sistern tanda yang ada. Dan Charles Morris mendefinisikan semiosis sebagai suatu proses tanda yaitu proses ketika sesuatu merupakan tanda bagi beberapa organisme.
Yang dapat diperikan ke dalam istilah semiotik sebagai suatu hubungan anatara lima istilah:
S s, i, e, r, c
S adalah untuk semiotic relation, hubungan semiotik., s untuk sign tanda, i untuk interpreter penapsir; e untuk effect pengaruh misaInya suatu disposisi dalam i
akan bereaksi dengan cara tertentu terhadap kondisi-kondisi tertentu c karena s; r untuk rerefernce rujuk; dan e untuk context atau condition ‘konteks atau kondisi.
Pemikiran yang dilakukan oleh ketiga ahli semiotik di atas banyak memberikan kontribusi kepada ilmu bahasa, wacana, dan sastra. Sehubungan dengan adanya
bermacam-macam unsur yang berperan dalam penggunaan tanda, semiotik dapat dibagi dalam tiga wilayah penelitian. Kajian mengenai hubungan antar tanda disebut
sintaksis. Telaah mengenai hubungan antara tanda dan denotasinya disebut semantik..
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dengan cara membuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data
yang diteliti. Metode deskriptif kualitatif yang dipilih karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti
secara alamiah. Djajasudarma 1993:8—9. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data dengan cara pencatatan, penerjemahan data, pengaturan data,
penelaahan data, pengklasifikasian data, penganalisaan data, dan penyimpulan data.
3.2 Data dan Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari para budayawan yang mengerti tentang teks lagu-lagu Melayu, dan penulis melampirkan teks
lagu-lagu Melayu Sumatera Utara sebagai sumber data. Dipilihnya keempat belas judul lagu yang dijadikan sumber data dengan alasan bahwa lagu-lagu tersebut
merupakan lagu-lagu Melayu Sumatera Utara yang paling populer keberadaannya. Dan lagu-lagu tersebut sering didendangkan baik pada acara-acara yang bersifat
formal maupun tidak formal, seperti dendang sehari-hari dalam rumah tangga. Hal ini dilakukan karena syair lagu-lagu Melayu berisikan nasihat-nasihat.
Universitas Sumatera Utara