Nur ‘Ainun Sebagai Penyanyi Melayu Sumatera Utara: Biografi dan Analisis Struktur lagu-lagu rentak Senandung, Mak inang, dan Lagu dua yang dinyanyikan

(1)

NUR ‘AINUN SEBAGAI PENYANYI MELAYU SUMATERA UTARA: BIOGRAFI DAN ANALISIS STRUKTUR LAGU-LAGU RENTAK SENANDUNG, MAK INANG, DAN LAGU DUA YANG DINYANYIKANYA

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

SANSRI NUARI SILITONGA NIM: 060707004

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN


(2)

NUR ‘AINUN SEBAGAI PENYANYI MELAYU SUMATERA UTARA: BIOGRAFI DAN ANALISIS STRUKTUR LAGU-LAGU RENTAK SENANDUNG, MAK INANG, DAN LAGU DUA YANG DINYANYIKANNYA

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

SANSRI NUARI SILITONGA NIM: 060707004

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D Drs. Fadlin, M.A

NIP.196512211991031001 NIP.196102201989031003

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang Ilmu Etnomusikologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA


(3)

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN

2011

Disetujui Oleh

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Departemen Etnomusikologi Ketua,

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D NIP.196512211991031001


(4)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang maha kuasa yang telah melimpahkan rahmat serta berkat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. segala puji syukur kepada Tuhan yesus kristus juruslamat saya, pahlawan saya, dan inspirasi saya, saya bangga punya Tuhan yang bisa di andalkan. Tuhan Memberkati

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S1 di Jurusan Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. Dengan judul, Nur ‘Ainun Sebagai Penyanyi Melayu Sumatera Utara: Biografi dan Analisis

Struktur lagu-lagu rentak Senandung, Mak inang, dan Lagu dua yang dinyanyikan.

Pertama tama saya mengucapkan terimah kasih banyak buat keluarga besar saya , kepada bapak saya JM. Silitonga, Bapak yang menurut saya, selalu memberi dukungan dalam bentuk apapun. Beliau adalah orang yang akan menjadi insipirasi saya dalam segala hal termasuk penulisan karya ilmiah ini dibuat. Kemudian buat mamak saya Siti Mariah Pakpahan yang sangat saya sayangi, Ibu yang sangat mengerti keadaan anaknya, yang selalu senantiasa memberikan kebutuhan saya khusunya dalam bentuk materi, seperti pada saat saya sedang melakukan penelitian. Beliau lah orang yang selalu memantau dan selalu memperhatikan kondisi saya, sampai pada saat menyelesaikan tulisan karya ilmiah ini.

Buat kakak saya Novelia Kristina Silitonga, Ida Rohana Silitonga, Abang saya Eben Josua, S.Th, Imanuel Ezer Silitonga, dan adek laki-laki saya Jacob Silitonga. Mereka ini adalah orang-orang yang sangat saya sayangi, dan juga yang sangat saya cintai, karena mereka ini tidak pernah mengangu saya, pada saat saya sedang bekerja untuk penulisan karya ilmiah ini.


(5)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, dan Ketua Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya USU Medan Bapak Dr. Muhammad Takari, M.Hum sekaligus dosen pembimbing 1, Sekertaris Jurusan Etnomusikologi Fakultas Ilmu Kebudayaan Ibu Dra. Heristina Dewi.M.Pd, dan juga Dosen Wali penulis ; Bapak Drs.Bebas Sembiring M.si, kemudian Bapak Drs. Fadlin.M.A selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis, serta mengizinkan penulis untuk memakai skripsinya yang penulis gunakan di bab 4. Kemudian buat semua Dosen di etnomusikologi Bapak Prof. Mauly Purba, M.A., Ph.D, Drs. Torang Naiborhu, M.Hum, Drs. Setia Dermawan, M.Hum, Bapak Drs, Irwansyah Harahap, M.A, Ibu Dra. Ritahony. M.si, Bapak Drs Perikuten, Tarigan M.si, Bapak Drs Kumalo Tarigan, M.A., Ibu Arifni STT.M.A, serta Dra. Frida Deliana, M.Hum, dan tidak terkecuali dosen praktek, Bapak Drs. Yoe Anto Ginting, selaku dosen musik Karo, Bapak Syainul Irwan, S.H.,M.si. selaku dosen prakter tari Melayu, Bapak Ahmad fauzi, selaku dosen praktik musik Melayu, dan bapak ini juga sebagai informan awal dalam penulisan karya ilmiah ini, dan juga Ibu Sapna Sitepu dosen praktik Vokal, dan lainnya.

Mereka ini lah yang selalu memberi pengajaran Ilmu-ilmu mengenai kebudayaan, dan juga cara memainkan alat musik kebudayaan tersebut, yang bertujuan untuk menambah wawasan mengenai pentingnya kebudayaan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terimah kasih kepada para teman-teman Etnomusikologi angkatan 06, Rebeka Lumbantoruan, Rina Gustriani Simanjuntak, Inta Junia Hasugian, Jefri Hutagalung, Amran, Evi Nenta Sipahutar, Destri Purba, Junaidi , Daniel, Yunika Ginting, Teti Ginting, dan Nova Ginting. Terimah kasi juga kepada teman saya Ucok Haleluyah, Chikal, Nanda, dan yang terkhusus buat teman-teman ku yang aku sayangi, Vanesia Amelia


(6)

Sebayang, Eva Gusmala Yanti, dan kawan saya yang sudah cukup lama Heidy Eveline Simorangkir, mereka adalah teman-teman suka dan duka saya. Teman-teman yang selalu berbagi baik masalah sekali pun. Serta teman yang dapat bertukar fikiran dalam penulisan karya ilmiah ini.

Penulis juga ingin mengucapkan kepada kakanda senior bang Feri Erikson Pangabean yang bermurah hati meminjamkan bukunya kepada penulis, dan selalu memberi masukan kepada penulis, kemudian Kiki Alpian Syah yang membantu penulis dalam pentranskripsian lagu, Dusell, dan Johanes. serta Beri Pana Sitepu yang membantu penulis dalam mengedit lagu-lagu, serta membuat yang berupa Audio Visual atau yang dikenal dengan DVD. Yang terakhir tidak lupa, terimah kasih kepada teman special saya kepada David Andartua Simanungkalit, terimah kasih sudah banyak membantu saya dalam penulisan karya ilmiah ini, dan terimah kasih juga karena selalu sabar menemani saya jika saya sedang memerlukan bantuan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dan penulis berharap agar tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi sumbangansi bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang etnomusikologi. Oleh karena itu kepada semua pihak sangat diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan dari skripsi ini.


(7)

Medan, April 2011 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...v

ABSTRAKSI ...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR TABEL ...x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Pokok Permasalahan ...4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...5

1.1.1 Tujuan Penelitian ...5

1.1.2 Manfaat Penelitian ...5

1.4 Konsep dan Teori ...6

1.4.1 Konsep ...6

1.4.2 Teori ...9

1.5 Metode Penelitian ...10

1.5.1 Studi Kepustakaan ...11

1.5.2 Pengumpulan Data di Lapangan ...11

1.5.2.1 Observasi ...11

1.5.2.2 Wawancara ...12

1.5.2.3 Rekaman ...13

1.5.3 Kerja Laboratorium ...13

1.6 Lokasi Penelitian ...14

BAB II DESKRIPSI KEBUDAYAAN MASYARAKAT MELAYU SUMATERA UTARA SEBAGAI LATAR BELAKANG BUDAYA NUR ‘AINUN 2.1 Latar Belakang Orang Melayu ...15

2.2 Agama ...16

2.3 Bahasa ...19

2.4 Mata Pencaharian ...20

2.5 Pendidikan ...22

2.6 Teknologi ...22

2.7 Kesenian ...24

2.8 Sistem Organisasi...28

BAB III BIOGARAFI 3.1 Riwayat Keluarga ...30

3.2 Riwayat Pendidikan ...35

3.3 Riwayat Rumah Tangga ...38


(9)

BAB IV TRANSKRIPSI DAN ANALIS STRUKTUR LAGU-LAGU RENTAK SENADUNG, MAK INANG, DAN LAGU DUA YANG DINYANYIKAN OLEH NUR ‘AINUN

4.1 Transkripsi ...68

4.2 Metode Pentranskripsian ...69

4.2.1 Sistem Notasi ...70

4.2.2 Rentak Senandung Asli ...70

4.2.3 Rentak Mak Inang dan Rentak Patam-Patam...77

4.2.4 Rentak Lagu Dua ...82

4.2.5 Saat Masuk Ritem Gendang ...89

4.2.6 Tangga Nada ...90

4.2.7 Wilayah Nada ...91

4.2.8 Nada Dasar ...95

4.2.9 Jumlah Nada-Nada ...98

4.2.10 Jumlah Interval ...100

4.2.11 Pola Kadensa ...102

4.2.12 Kontur ...103

4.2.13 Formula Melodi ...108

4.2.14 Bentuk Improvisasi Nyanyian Melayu ...105

4.2.14.1 Grenek ...105

4.2.14.2 Cengkok ...110

4.2.14.3 Patah Lagu ...106

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...108

5.2 Saran ...111

DAFTAR PUSTAKA ...113

LAMPIRAN ...115

DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Keluarga Nur ‘Ainun ………...35

Gambar 3.2 Nur ‘Ainun pada saat Berumur 20 Tahun …...37

Gambar 3.3 Nur ‘Ainun pada saat Berumur 30 Tahun …...38

Gambar 3.4. Suami Nur ‘Ainun Ahmad Fuad ………...39

Gambar 3.5 Pernikahan Nur ‘Ainun ………...40

Gambar 3.6 Keluarga Inti Nur ‘Ainun ………...41

Gambar 3.7 Wawancara penulis ………...46

Gambar 3.8 Keluarga Besar Nur ‘Ainun ………..48

Gambar 3.9 Sertikat dan Piagam Nur ‘Ainun ………..53

Gambar 3.10 Piagam dari TVRI kepada Sukma Murni ………..54

Gambar 3.11 Penghargaan pada di Stasiun Jakarta ………..55

Gambar 3.12 Nur ‘Ainun dalam Koran Analisa ………..56

Gambar 3.13 Nur ‘Ainun dalam Koran Analisa ………..…57

Gambar 3.14 Nur ‘Ainun dalam Koran Kompas ………..…57


(10)

Gambar 3.16 Rekamam dalam bentuk kaset ……….. …...60

Gambar 3.17 Nur ‘Ainun dan Laila Hasyim ……….…62

Gambar 3.18 Nur ‘Ainu di depan Rumahnya ……….…62

Gambar 3.19 Nur ‘Ainun dengan anak keduanya ……….…63

Gambar 3.20 Nur ‘Ainun serta Dua Teknisi pembuat CD …….64

Gambar 3.21 Nur ‘Ainun dan Penulis ……….65

Gambar 3.22 Nur ‘Ainun di usia sekarang ……….67

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Personil Group Sukma Murni ………52

Tabel 4.2.9 Jumlah Nada Tabel 4.1 Jumlah Nada lagu Laksmana Mati di Bunuh ………...95

Tabel 4.2 Jumlah Nada lagu Tanjung Katung ...96

Tabel 4.3 Jumlah Nada lagu Jangan Duduk Termenung …...96

Tabel 4.4 Jumlah Nada lagu Kepastian ………...97

Tabel 4.5 Jumlah Nada Mak Inang Pulau Kampai...97

Tabel 4.2.10 Jumlah Interval Tabel 4.6 Interval lagu Laksmana Mati di Bunu ……...98

Tabel 4.7 Interval lagu Mak Inang Pulau Kampai ...98

Tabel 4.8 Interval lagu Tanjung Katung ...99

Tabel 4.9 Interval lagu Jangan Duduk Termenung …...99

Tabel 4.10 Interval lagu Kepastian ………100

Tabel 4.2.13 Formula Melodi Tabel 4.11 Formula melodi Laksmana Mati di Bunuh ……….102

Tabel 4.12 Formula melodi Tanjung Katung ……..………...104

Tabel 4.13 Formula melodi Mak Inang Pulau Kampai …..…...104

Tabel 4.14 Formula melodi Jangan Duduk Termenung ….…....104


(11)

ABSTRAKSI

Dalam penulisan karya ilmiah ini yang berjudul, Nur ‘Ainun Sebagai Penyanyi Melayu

Sumatera Utara: Biogarafi dan Analisis Struktur Rentak Senandung, Mak Inang, dan Lagu Dua yang dinyanyinkannya. Saya akan membahas mengenai ciri khas dalam menyanyikan dasar

rentak-rentak Melayu seperti rentak senandung, mak inang, dan lagu dua serta beberapa lagu-lagu yang pernah diciptakannya dengan menggunakan improvisasi Melayu seperti cengkok, gerenek, patah lagu, serta vibrato (getaran suara) yang dihasilkan pada saat beliau bernyanyi yang menjadikan beliau mempunyai karekter suara tersendiri. Di samping itu penulis juga ingin menuliskan perjalan hidupnya, baik dari kehidupan waktu beliau masih kecil (keluarga), kehidupan berumah tangga (menikah), sampai dengan perjalanan karirnya (prestasi), dan juga dengan masa tuanya. Semua ini dikemas dan di tulisakan kedalam biografi.Banyak keunikan-keunikan dari Nur ‘Ainun sendiri dari perjalan hidupnya, baik di kenal dengan sebutan penyanyi

Tiang Listrik, serta kemanjaan beliau terhadap saudara-saudarnya yang membuat beliau

mendapat julukan anak yang malas dari ibunya sendiri. Setelah berbicara mengenai perjalanan hidupnya, penulis juga menuliskan prestasi yang beliau hasilkan dalam berkarir sebagai penyanyi Melayu. Karir yang beliau miliki cukup banyak, jika di lihat dari perjalanannya atau tempat bernyanyinya, Nur ‘Ainun sering melakukan tour keluar negeri sebut saja, Malaysia, Singapura, dan Australia, serta di Ibu kota sendiri Jakarta, dan stasiun TV, sera tempat bernyanyi yang rutin Radio. Sehingga dari sini Nur ‘Ainun menghasilkan beberapa Album dan 2 piringan hitam sebagai lambang kesuksesanya pada zaman dulu, serta piagam-piagam yang sering dijuarai oleh Nur ‘Ainun serta sertifikat-sertifikat yang diberikan kepadanya sebagai penyanyi Senior ( penyanyi lama yang kualitas suaranya dikagumi). Dan terakhir menganalis lagu-lagu dan ciptaan-ciptaan yang belum nyanyikan yang menggunakan dasar rentak melayu yaitu rentak senandung, mak inang, dan lagu dua, serta menganalisis keunikan dari suara Nur ‘Ainun seperti gerenek yang dikenal dengan rengget di Karo, dan inggo di Simalungun, dan juga cengkok maupun patah Lagu dari nyanyian yang Nur ‘Ainun nyanyikan.


(12)

(13)

Gambar 3.1 Keluarga Nur ‘Ainun

Gambar 3.2 Nur ‘Ainun pada saat Berumur 20 Tahun Gambar 3.3 Nur ‘Ainun pada saat Berumur 30 Tahun Gambar 3.4. Suami Nur ‘Ainun Ahmad Fuad

Gambar 3.5 Pernikahan Nur ‘Ainun Gambar 3.6 Keluarga Inti Nur ‘Ainun Gambar 3.7 Wawancara penulis

Gambar 3.8 Keluarga Besar Nur ‘Ainun Gambar 3.9 Sertikat dan Piagam Nur ‘Ainun

Gambar 3.10 Piagam dari TVRI kepada Sukma Murni Gambar 3.11 Penghargaan pada di Stasiun Jakarta Gambar 3.12 Nur ‘Ainun dalam Koran Analisa Gambar 3.13 Nur ‘Ainun dalam Koran Analisa Gambar 3.14 Nur ‘Ainun dalam Koran Kompas Gambar 3.15 Nur ‘Ainun dalam Koran Kompas Gambar 3.16 Rekamam dalam bentuk kaset Gambar 3.17 Nur ‘Ainun dan Laila Hasyim Gambar 3.18 Nur ‘Ainu di depan Rumahnya Gambar 3.19 Nur ‘Ainun dengan anak keduanya

Gambar 3.20 Nur ‘Ainun serta Dua Teknisi pembuat CD Gambar 3.21 Nur ‘Ainun dan Penulis


(14)

LAMPIRAN TABEL

Tabel 3.1 Personil Group Sukma Murni Tabel 4.2.9 Jumlah Nada

Tabel 4.1 Jumlah Nada lagu Laksmana Mati di Bunuh Tabel 4.2 Jumlah Nada lagu Tanjung Katung

Tabel 4.3 Jumlah Nada lagu Jangan Duduk Termenung Tabel 4.4 Jumlah Nada lagu Kepastian

Tabel 4.5 Jumlah Nada Mak Inang Pulau Kampai Tabel 4.2.10 Jumlah Interval

Tabel 4.6 Interval lagu Laksmana Mati di Bunuh Tabel 4.7 Interval lagu Mak Inang Pulau Kampai Tabel 4.8 Interval lagu Tanjung Katung

Tabel 4.9 Interval lagu Jangan Duduk Termenung Tabel 4.10 Interval lagu Kepastian

Tabel 4.2.13 Formula Melodi

Tabel 4.11 Formula melodi Laksmana Mati di Bunuh Tabel 4.12 Formula melodi Tanjung Katung

Tabel 4.13 Formula melodi Mak Inang Pulau Kampai Tabel 4.14 Formula melodi Jangan Duduk Termenung Tabel 4.15 Formula melodi Kepastian


(15)

BAB I


(16)

ABSTRAKSI

Dalam penulisan karya ilmiah ini yang berjudul, Nur ‘Ainun Sebagai Penyanyi Melayu

Sumatera Utara: Biogarafi dan Analisis Struktur Rentak Senandung, Mak Inang, dan Lagu Dua yang dinyanyinkannya. Saya akan membahas mengenai ciri khas dalam menyanyikan dasar

rentak-rentak Melayu seperti rentak senandung, mak inang, dan lagu dua serta beberapa lagu-lagu yang pernah diciptakannya dengan menggunakan improvisasi Melayu seperti cengkok, gerenek, patah lagu, serta vibrato (getaran suara) yang dihasilkan pada saat beliau bernyanyi yang menjadikan beliau mempunyai karekter suara tersendiri. Di samping itu penulis juga ingin menuliskan perjalan hidupnya, baik dari kehidupan waktu beliau masih kecil (keluarga), kehidupan berumah tangga (menikah), sampai dengan perjalanan karirnya (prestasi), dan juga dengan masa tuanya. Semua ini dikemas dan di tulisakan kedalam biografi.Banyak keunikan-keunikan dari Nur ‘Ainun sendiri dari perjalan hidupnya, baik di kenal dengan sebutan penyanyi

Tiang Listrik, serta kemanjaan beliau terhadap saudara-saudarnya yang membuat beliau

mendapat julukan anak yang malas dari ibunya sendiri. Setelah berbicara mengenai perjalanan hidupnya, penulis juga menuliskan prestasi yang beliau hasilkan dalam berkarir sebagai penyanyi Melayu. Karir yang beliau miliki cukup banyak, jika di lihat dari perjalanannya atau tempat bernyanyinya, Nur ‘Ainun sering melakukan tour keluar negeri sebut saja, Malaysia, Singapura, dan Australia, serta di Ibu kota sendiri Jakarta, dan stasiun TV, sera tempat bernyanyi yang rutin Radio. Sehingga dari sini Nur ‘Ainun menghasilkan beberapa Album dan 2 piringan hitam sebagai lambang kesuksesanya pada zaman dulu, serta piagam-piagam yang sering dijuarai oleh Nur ‘Ainun serta sertifikat-sertifikat yang diberikan kepadanya sebagai penyanyi Senior ( penyanyi lama yang kualitas suaranya dikagumi). Dan terakhir menganalis lagu-lagu dan ciptaan-ciptaan yang belum nyanyikan yang menggunakan dasar rentak melayu yaitu rentak senandung, mak inang, dan lagu dua, serta menganalisis keunikan dari suara Nur ‘Ainun seperti gerenek yang dikenal dengan rengget di Karo, dan inggo di Simalungun, dan juga cengkok maupun patah Lagu dari nyanyian yang Nur ‘Ainun nyanyikan.


(17)

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah sebuah negara kesatuan yang terdiri dari berbagai kelompok etnik, bahasa, budaya, agama, dan ras. Indonesia terdiri dari 33 provinsi, yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Di antara provinsi-provinsi di Indonesia, ada yang dihuni oleh masyarakat atau kelompok etnik yang relatif homogen, seperti Provinsi Sumatera Barat, yang didiami oleh etnik Minangkabau; Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang didiami oleh etnik Aceh yang terdiri dari sub Tamiang, Aceh Rayeuk, Simeulue, Pidie, dan lainnya; Jawa Tengah yang didiami oleh masyarakat Jawa. Namun ada juga provinsi-provinsi yang dihuni oleh berbagai kelompok etnik. Misalnya Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang dihuni oleh etnik Betawi, Sunda, Banten, Jawa, dan lainnya.

Begitu juga dengan Provinsi Sumatera Utara yang didiami oleh delapan kelompok etnik setempat, yaitu: Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir Tapanuli tengah, Nias, dan Melayu. Ada pula pendatang seperti: Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda, Makasar, Bugis, Thokian, Kwong Fu, Hakka, Tamil, benggali, dan lain-lainnya. Keadaan etnografis yang demikian ini, sangat mempengaruhi kebudayaan yang dihasilkan kelompok-kelompok etnik tersebut, tidak terkecuali etnik Melayu. Satu sisi, setiap kelompok-kelompok etnik akan mempertahankan identitas kebudayaannya, namun di sisi lain mereka memerlukan adaptasi dan meminjam budaya lainnya.

Etnik Melayu adalah salah satu etnik di Sumatera Utara yang wilayah kebudayaanya mencakup Langkat, Deli Serdang, Asahan, Batubara, dan Labuhan Batu. Ini semua berada dalam kawasan pesisir Timur Provinsi Sumateara Utara. Di dalam kebudayaan Melayu Sumatera Utara, proses mempertahankan identitas dan mengambil unsur-unsur kebudayaan yang heterogen telah terjadi selama ratusan tahun, dan menjadi suatu kelaziman dalam strategi kebudayaan mereka.


(18)

Salah satu upaya mempertahankan, mengembangkan, dan mempopulerkan budaya, adalah melalui seni musik atau suara.

Etnik Melayu memilki seniman-seniman tari seperti Guru Sauti, Yose, Rizal Firdaus, Lailan Machfrida, Linda Asmita, Sirtoyono, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan pemusik seperti: Ahmad Setia, Zulfan Efendi Lubis, Tengku Luckman Sinar, Muhammad Zulfahmi, Fadlin, Tengku Syafick Sinar, dan lain sebagainya. Di samping pemusik, ada juga penyanyi-penyanyi Melayu seperti: Nur ‘Ainun, Dahlia Abu Kasim, Syaiful Amri, Laila Hasyim, dan lain-lain. Mereka cukup populer sebagai penyanyi Melayu.

Nur ‘Ainun adalah salah satu penyanyi Melayu yang sangat terkenal di dalam masyarakat Melayu. Nur ‘Ainun dipandang berbeda dengan penyanyi-penyanyi Melayu yang lainnya karena memililki ciri khas dalam bernyanyi seperti gerenek yaitu memakai improvisasi dengan menggunakan nada-nada gerenek Melayu yang berdensitas rapat yang mendekati konsep “tremolo” di dalam musik Barat. Begitu juga dengan cengkok yaitu nada-nada yang diayunkan--dan yang terkhusus vibrato yang dikenal dengan suara yang memilki getaran dari dalam yang biasanya getaran ini tidak bisa dibuat-buat dalam arti getaran yang timbul sendiri, bahkan ada juga penyanyi yang tidak memiliki vibrato (www.artikata.com). Inilah yang menjadi keunikan serta ciri khas yang dia miliki dari penyanyi-penyanyi Melayu lainnya (wawancara penulis dengan Datuk Ahmad Fauzi dan Zulfan Efendi 13 Maret 2010).

Di samping itu dalam Nur ‘Ainun bernyanyi Melayu, ternyata beliau juga pernah berkolaborasi dengan Rizaldi Siagian seorang seniman ternama di Sumatera Utara. Sejauh yang saya ketahui berdasarkan wawancara dengannya ternyata beliau sudah menghasilkan 20 album dalam bentuk kaset, termaksud kaset yang berjudul Tanjung Balai yang diliris tahun 1992 bersama Tiar Ramon sebagai teman bernyanyinya, yang membawakan lagu-lagu ciptaan dari


(19)

Efendi Arif dan ciptaan dari Nur ‘Ainun sendiri yang berjudul Kepastian. Di samping kaset yang dimilikinya beliau juga mempunyai 2 keping piringan hitam yang diproduksi tahun 1970 di Malaysia, dan untuk saat ini melalui wawancara beliau sangat berkeinginan suatu saat di saat bernyanyi Dia ingin direkam memakai alat rekam seperti handicam dengan maksud ingin membuat hasil rekamnya tersebut dijadikan sebuah kaset CD ataupun DVD agar dapat dilihat. Karena pada saat itu alat perekam hanya berbentuk kaset dan pirirngan hitam saja, untuk itu Dia tidak pernah melihat dirinya bernyanyi, tapi hanya bisa mendengar saja. Berlanjut dengan prestasi, dirumah Beliau banyak sekali Piagam dan Penghargaan berbentuk Piala-piala baik dari lomba bernyanyi di TVRI, Radio, dan lain sebagainya, yang kalau dijumlahkan total dari keseluruhan dari Piala dan Piagam tidak sedikit mencapai 10 Penghargaan termasud Piala-piala tersebut.

Di dalam lagu-lagu Nur ‘Ainun terdapat tiga dasar rentak seperti rentak senandung (4/4), Mak Inang (2/4), dan Lagu Dua (6/8) yang dimana rentak-rentak ini disebut ketukan ataupun pulsa. Simbol-simbol ketukan ataupun pulsa ini adalah sebuah perkembangan musik Barat ke dalam musik Melayu pada saat musisi-musisi Melayu mempelajari musik Barat dan menerapkanya kedalam musik Melayu. wawancara penulis dengan Muhammad Takari (Maret 20/10).

Oleh karena itu saya sangat tertarik dalam membahas Nur ‘Ainun dari segi biografinya serta keunikannya dan juga melihat rentak-rentak yang dinyanyikanya, sehingga penulis ingin memberi judul tulisan ini dengan Nur ‘Ainun Sebagai Penyanyi Melayu Sumatera Utara:

Biografi dan Analisis Struktur Lagu-lagu Rentak Senandung, Mak Inang, dan Lagu Dua yang


(20)

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis menentukan dua pokok permasalahan untuk mengkaji keberadaan Nur ‘Ainun, yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana biogarafi Nur ‘Ainun? Pokok permasalahan ini akan dijelaskan dalam

bentuk deskripsi mengenai riwayat hidupnya sebagai seniman (penyanyi) lagu-lagu Melayu sejak awal hingga kini, begitu juga sejauh apa pengalaman hidupnya sebagai pencipta lagu-lagu Melayu. Pada bahagian ini fokus diutamakan pada biografi dirinya sebagai seniman Melayu.

2. Bagaimana struktur lagu-lagu rentak senandung, mak inang, dan lagu dua yang dinyanyikan dan diciptakan oleh Nur ‘Ainun? Pokok masalah ini akan diperdalam

dalam bentuk uraian bagaimana struktur lagu-lagu yang dinyanyikan dan diciptakan Nur ‘Ainun. Adapun sebagai sampel rentak senandung yang dinyanyikannya adalah lagu Laksmana Mati Dibunuh, yang diciptakannya adalah lagu Kepastian. Untuk rentak mak inang lagu yang dinyanyikannya adalah Mak Inang Pulau Kampai (Dia tidak pernah menciptakan lagu rentak mak inang). Untuk rentak lagu dua (joget) lagu yang dinyanyikannya berjudul Tanjung Katung dan lagu ciptaannya adalah Jangan

Duduk termenung.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian


(21)

Secara umum peneliti bertujuan untuk mengetahui atau mengunkapkan objek yang diteliti, ditemukan suatu kesimpulan yang menjadi pemecahan dari suatu masalah yang diteliti antara lain:

1. Untuk mengetahui biografi dari hidup Nur ‘Ainun

2. Untuk mengetahui lebih rinci dan mendalam struktur lagu-lagu Melayu rentak

senandung, mak inang dan lagu dua yang dinyanyikan oleh Nur ‘Ainun serta

lagu-lagu yang diciptakanya.

3. Untuk mengetahui karya-karya Nur ‘Ainun sebagai seniman Melayu.

1. 3. 2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini khususnya terhadap masyarakat luar dalam tulisan karya Ilmiah adalah:

1. Untuk melihat biografi Nur ‘Ainun agar mayarakat dapat mengetahui sosok dari seorang penyanyi Melayu.

2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat Melayu mengenai pengertian rentak senandung, mak inang, dan lagu dua (joget) dalam lagu-lagu yang dinyanyikannya

3. mengakat kembali keberhasilan yang pernah diraih oleh Nur ‘Ainun sebagai seniman Melayu

4. Dapat memberi sumbangsih pemikiran yang sederhana terhadap analisis Sturtur lagu-lagu yang dinyanyikan Nur’Ainun serta lagu ciptaannya.


(22)

1. 4. 1 Konsep

Konsep merupakan defenisi singkat dari apa yang diamati, konsep menentukan variabel-variabel utama dan kita ingin menentukan adanya hubungan empiris (Merton 1963:89).

Biogarafi Antologi Biografi Pengarang Sastra Indonesia (1999:3-4) dalam skripsi (Siti 2003:2006). Mengatakan biografi adalah sebuah pendeskripsian hidup pengarang atau sastrawan. Disini juga dijelaskan bahwa dalam menyusun biografi seseorang harus memuat latar belakang dari yang ingin kita tulis antara lain:

1. Keluarga yaitu memuat keterangan lahir, meninggal (jika sudah meninggal), istri dan keturunan (orang tua, saudara dan anak). Pendidikan yaitu pendidikan formal dan non formal dari tingkat dasar sampai perguruan tertinggi jika ada. Pekerjaan, yang memberi penjelasan tentang pekerjaan, baik pekerjaan yang mendukung kepengarangannya maupun pekerjaan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan kepengarangannya.

2. Karya-karya pengarang itu yang didaftar menurut jenisnya, baik yang berupa buku maupun yang berupa karya yang diterbitkan secara terlepas, bahkan yang masih berbentuk naskah, karena kadang-kadang ada pengarang yang mempunyai naskah karyanya yang belum diterbitkan sampai dia meninggal.

3. Tanggapan para kritikus yang didaftarkan berdasarkan judul dan sumbernya, dengan tujuan memberi keterangan kepada para pembaca tentang tanggapan orang kepada pengarang itu. Hal itu tegantung kepada ada atau tidak adanya orang yang menanggapi.

Karena biografi termasuk salah satu kajian, maka teori ini penulis gunakan dalam teori biogarfi, dan mengganti objek pembahasan yang diteliti. Yang mana sebelumnya membahas tentang pengarang, kemudian diubah objeknya menjadi pemusik ataupun penyanyi.


(23)

Dalam ilmu sejarah pula, biografi secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya, sementara biografi yang panjang meliputi informasi-informasi penting, namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik. Biografi menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Melalui biografi, akan ditemukan penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal. Akan tetapi menurut saya Biografi adalah sala satu media ungkapan jati diri dari manusia itu sendiri.

Kata analisis berasal dari kata analisa, yaitu penyelidikan dan penguraian terhadap satu masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya serta proses pemecahan masalah yang dimulai dengan dugaan akan sebenarnya (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia 1988).

Struktur adalah seperti bagunan yang memiliki bagian-bagian yang tersusun (wikipedia.com). Dalam music Melayu struktur ini mencakup dimensi waktu seperti: ketujuan dasar, meter, fungtuasi ritmik, pola ritme atau rentak, densitas not, dan lain-lainnya. Kemudian musik Melayu juga dibentuk oleh dimensi ruang yang terdiri dari: nada, wilayah nada, frekuensi nada, melodi, formula melodi, kontur, dan lain-lain.

Adapun rentak-rentak dalam musik Melayu ialah rentak senandung (asli) memiliki ketukan 4/4 lambat, rentak mak inang memiliki ketukan 2/4 sedang, dan rentak lagu dua yang dikenal dengan rentak joget 6/8 lebih cepat dari rentak senandung dan mak inang. Pengertian ini hanya bisa dilihat dan didengar oleh orang yang memang mengenal dan mengetahui tentang


(24)

musik (orang tertentu). Analisis lebih rinci lihat Fadlin (1988) atau seperti yang penulis kutip pada Bab IV.

Selain rentak yang berhubungan dengan lagu Melayu ada improvisasi-improvisasi yang sering digunakan Nur ‘Ainun dan juga penyanyi-penyanyi Melayu lainnya, yang mereka sebut cengkok, gerenek, dan patah lagu adapun pengertiannya sebagai berikut,

1. Cengkok adalah sebuah ayunan nada yang menggunakan improvisasi atau berjalan begitu saja tanpa adanya yang mengatur yang tidak menggunakan teks naynyian, jika dibandingkan dengan cara bernyanyi paduan suara. sangat berbeda sekali bisa dilihat dengan cara benyanyi yang mendapat pengaturan atau arahan saat bernyanyi, yang dilatih oleh pelatih paduan suara itu sendiri, dan juga sebelum bernyanyi mereka melakukan pernafasan yang berfungsi untuk dapat menahan nada-nada panjang dengan kata lain mereka menggunakan teknik bernyanyi yang pada dasarnya ini juga dilakukan oleh penyanyi-penyanyi lainnya.

2. Gerenek jika dibarat gerenek sama dengan tremolo yaitu menggunakan nada-nada yang berdensitas rapat dan ini juga menggunakan improvisasi dalam menyanyanyikan lagu-lagu Melayu. Dan ini biasanya terdapat di musik Melayu, yang artinya yang menggunakan Gerenek pada umunya adalah musik Melayunya akan tetapi ada juga penyanyi yang menggunakan gerenek seperti Nur ‘Ainun dalam lagu Sayang Laksmana Mati di Bunuh

3. Patah lagu, improvisasi ini yang paling penting adalah tekanan seperti memberi aksen terhadap nada-nada dalam menyanyikan lagu-lagu Melayu (Takari 2008).

1.4.2 Teori

Menyangkut pengidentifikasian bentuk rentak terhadap nyanyian, maka penulis menggunakan dua teori yaitu Biogarafi dan Weighted Scale untuk menganalisis Musiknya.


(25)

Adapun musik tersebut ialah: (1) Teori biografi Pada dasarnya teori ini dipergunakan dalam berbagai disiplin ilmu, seperti dalam sejarah, sastra , sosiologi, dan antropologi. Biografi secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja. Namun juga dapat berupa lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya. Sementara biografi yang panjang meliputi informasi-informasi penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik.

Dalam studi biografi penulis akan menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Melalui biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian, biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu tempat atau masa tertentu.

Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema-tema utama tertentu (misalnya “masa-masa awal yang susah” atau “ambisi dan pencapaian”). Walau begitu, beberapa yang lain berfokus pada topik-topik atau pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping Koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subjek biografi itu. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara


(26)

lain: (a) pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu; (d) pikirkan, apa lagi yang perlu anda ketahui mengenai orang itu, bagian mana dari hidupnya yang ingin lebih banyak anda tuliskan (Matavia, 2008). (2) Menurut Wiliaam P. Malm (1977:9) bahwa terdapat 8 unsur yang harus diperhatikan: (1) scale ( tangga nada). (2) nada dasar, (3) range ( wilayah nada ). (4) freguency of notes ( jumlah nada-nada ), (5) prevalent interval ( interval yang dipakai ), (6) cadensa patters ( pola-pola kadensa), (7) melodic formula ( formula melodi ), (8) dan contur ( kontur ).

1`.5 Metode Penelitian

Metode yang penulis lakukan adalah dengan cara mencari data melalui mewawancara informal pangkal dan informal kunci. Informal pangkal adalah sebuah informal yang dianggap banyak tahu dan mengerti mengenai kebudayaan Melayu serta penyanyi-penyanyi yang memiliki kualitas dalam bernyanyi. Mereka terdiri dari musisi-musisi Melayu, dan para budayawan Melayu, selajutnya dari mereka ini akan terkuat siapa-siapa saja yang sesuai untuk dituliskan kedalam karya ilmiah ini yang menjadi topik pembahasan dan biasanya disebut informal kunci.

Metode yang dipergunakan dalam mengkaji lagu-lagu Melayu yang dinyanyikan oleh Nur ‘Ainun yang memakai rentak senadung, mak inang, dan lagu dua memakai metode penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif dikarenan melalui pendekatan ini penulis lebih terfokus dan memusatkan objek yang ingin diteliti untuk dituliskan kedalam penulisan karya Ilmiah serta dapat dipertangung jawabkan.

Pada tahap sebelum penulis terjun kelapangan penulis mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian seperti, kamera digital lumix, sebagai alat rekam pada saat


(27)

melakukan wawancara, dan juga sebagai pengambilan gambar agar lebih jelas dan menjadi bukti. Kemudian studi kepustakaan sebagai informal awal yang menjadikan acuan dengan membaca buku-buku berhubungan dengan objek yang ingin diteliti, agar dapat berjalan dengan lancar sampai selesainya karya Ilmiah ini dibuat.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Maksud dari studi kepustakaan adalah mendapat tulisan yang berasal dari buku-buku, jurnal, majalah seni, skripsi-skripsi di perpustakaan Departemen Etnomusikologi. Buku-buku yang digunakan antara lain: “ Sastra Melayu Sumatera Utara” (2009) yang dituliskan oleh Muhammad Takari dan Fadlin; Adat Istiadat Perkawinan Melayu Sumatera Timur (2010) oleh Yuscan; “Lintasan Sejarah Peradaban Melayu Pesisir Deli Sumatera Timur”(1975) oleh Tengku H.M Lah Husny, Kebudayaan Musik Pasifik, Timur Tengah, dan Asia (1977) yang merupakan terjemahan oleh Muhammad Takari. Serta skripsi-skripsi sarjana yang berhubungan dengan judul yang penulis buat.

1.5.2 Pegumpulan Data di Lapangan 1.5.2.1 Observasi

Kerja lapangan berkaitan dengan pengumpulan data di lapangan yaitu melihat langsung kelapangan bagaimana teknik vocal dan ciri khas oleh Nur ‘Ainun. Selain itu, mencari informan pangkal yaitu Ahmad Datuk Fauzi yang mendukung dan membuka jalan bagi penulis untuk bertemu dan mengenal lebih jauh sosok Nur ‘Ainun sedapat mungkin informan pangkal tersebut berasal dari kebudayaan yang sama dengan informal kunci.


(28)

Selama melakukan penelitian, penulis tidak begitu mendapatkan kesulitan yang cukup berarti. Khususnya dalam menyesuaikan diri dengan bahasa serta kebiasaan-kebiasaan yang ada di lingkungan objek yang diteliti. Penulis masih dapat menyesuaikan diri meskipun penulis bukan orang Melayu. Juga pada umumnya bahasa Melayu adalah bahasa Indonesia. Apalagi objek penelitian saya selalu menggunakan bahasa Indonesia, hal tersebut membuat peneliti menjadi lebih mudah untuk mendapatkan informasi.

1.5.2.2 Wawancara

Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara jenis wawancara riwayat secara lisan (Moleong 2000:137). Wawancara ini dimaksudkan mewawancarai sang informan kunci secara mengalir tanpa adanya draft pertayaaan yang disusun. Wawancara tidak terkesan kaku melainkan terkesan santai seperti pembicaraan sehari-hari bair pun pertayaan tersebut belum dibuat hanya sebatas bertanya saja mengenai kehidupannya dalam seniman Melayu.

Dalam rangka mewawancarai Nur ‘Ainun. Penulis menggunakan metode wawancara langsung, mendalam, terstruktur secara umum, dan kemudian menggembangkannya menurut arah dan jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan kunci yaitu Nur’Ainun. Dalam rangka menggali aspek biografinya, penulis juga mewawancarai orang-orang yang terdekat dengan beliau yaitu para sahabatnya.

1.5.2.3 Rekaman

Dalam penulisan ini penulis menggunakan beberapa instrumen pendukung antara lain kamera digital merk Lumix DMC-FX 12. Kamera digunakan untuk merekam proses wawancara dan saat masa observasi penelitian lapangan serta pengambilan gambar pada saat beliau meraih


(29)

prestasi dan karya-karya lainnya. Tidak lupa juga meneliti membawa catatan untuk mencatat hal-hal yang penting mengenai Nur’Ainun khususnya riwayat hidupnya sebagai seniman Melayu.

Data audio kemudian ditranskripsi dalam bentuk tulisan yang disimpan di flash disk. . Kemudian bahan-bahan yang diperlukan disunting dan dimasukkan sesuai dengan keperluan penelitian ini.

Selanjutnya bahan-bahan yang berbentuk gambar penulis simpan dalam bentuk format visual dan ditransfer ke dalam bentuk jpg, untuk memudahkan mengedit dan menyisipkan gambar ini. Selanjutnya gambar diinsert ke dalam kata-kata yang terdapat dalam file yang berformat Microsoft word.

Data lagu atau musik dibeli dari rekaman komersial. Sebahagiannya juga direkam langsung di lapangan. Data audio musik ini kemudian ditranskripsi dengan menggunakan media notasi balok Eropa untuk mempermuda analisis bentuk musiknya. Penulis melakukan transkripsi deskriptif untuk nmengetahui gaya nyanyian yang dinyanyikan oleh Nur ‘Ainun.

1. 5. 3 Kerja Laboratorium

Seluruh hasil wawancara dan rekaman teknik olah vocal oleh informan kunci yang penulis dapatkan dari penelitian kelapangan, akan diolah kedalam laboratorium. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan sebuah transkripsi dan analisis dari lagu-lagu yang dinyanyikanya yang sempat populer. Dan hasil karya lagu yang diciptakanya. serta menyusun biografi beliau menjadi satu rentetan, dari semua data yang di peroleh di lapangan. Untuk selanjutnya diolah dalam kerja laboratorium. Di dalam proses pengolahan data ini, penulis dibimbing oleh dosen pembimbing yaitu bapak Muhammad Takari dan fadlin.


(30)

Jika masih ada data yang dirasa kurang lengkap, maka penulis akan kembali ke lokasi penelitian dan menemui narasumber untuk melengkapi materi pembahasan melalui saran-saran dari dosen pembimbing penulis.

Untuk data yang di rekam, penulis mendengarkannya berulang-ulang dan kemudian disesuaikan dengan pertanyaan yang sudah dibuat dan dituliskan kedalam tulisan yan baru. Setelah semua pertanyaan dan jawaban dari data tersebut sudah sesuai dan benar, maka penulis akan melampirkan data tersebut kedalam setiap bab pembahasan pada tulisan ini. Demikianlah seterusnya yang penulis lakukan berulang-ulang disetiap penelitian.

1.6 Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian awal di lapangan hari rabu tanggal 2 april 2010 dijalan Datuk Kabuh Gg. Rezeki di kecamatan Medan Denai. Pada saat itu Nur ‘Ainun sedang shalat Zuhur karena kedatangan saya siang tepatnya pada pukul 12.30 WIB. Selesai sholat penulis menyempatkan diri untuk melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi. Dari wawancara tersebut, penulis mulai mendapatkan informasi mengenai latar belakang keluarganya, pendidikannya, pekerjaannya, maupun perjalananan hidupnya dalam musik Melayu, sebagai penyanyi dan seniman Melayu.

Selain itu lokasi penelitian yang pernah saya kunjungi adalah jalan Britjen Katamson tempat tinggal seniman Melayu Zulfan Efendi, yang bertujuan untuk mencari tahu sosok dari seorang Nur ‘Ainun dari beliau.


(31)

BAB II

DESKRIPSI KEBUDAYAAN MASYARAKAT MELAYU

SUMATERA UTARA SEBAGI LATAR BELAKANG BUDAYA NUR


(32)

2.1 Latar Belakang Budaya Melayu

Nur ‘Ainun adalah seorang wanita yang latar belakangnya adalah berbudaya Melayu. Kedua orang tuanya juga adalah suku Melayu. Nur’Ainun juga menggunakan bahasa dan budaya Melayu dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian, maka Nur ‘Ainun secara sosiol budaya dibentuk oleh kebudayaan Melayu, khususnya Langkat, dan Sumatera Utara dan Dunia Melayu secara umum.

Sebelum menganalisis lagu-lagu yang dinyanyikan dan diciptakan oleh Nur ‘Ainun, maka perlu juga mengetahui latar belakang budaya yang menjadikan diri seorang Nur ‘Ainun, yaitu kebudayaan Melayu. Adapun tulisan tersebut akan dilihat dari sudut unsur-unsur budaya Melayu dan kaitannya dengan kedudukan Nur ‘Ainun dalam setiap unsure budaya dan dalam peradaban Melayu Sumatera Utara.

Deskripsi Melayu bisa dilihat dengan kedekatannya dengan Agama Islam. Melayu memang sangat erat hubungannya dengan Islam, sehingga ada sebuah ungakapan ataupun gagasan adat yang besendikan syarak syarak bersendikan kitabullah, yang artinya asas kebudayaan Melayu adalah hukum Islam (syarak). Sehingga untuk menjadi orang Melayu harus mengikuti adat istiadat Melayu dan beragama Islam (Takari dan Fadlin 2009). Seperti Zulfan Efendi, dia adalah seorang seniman Melayu yang asalnya bukan orang Melayu Asli. Dia adalah orang Batak mandailing yang bermarga Lubis, akan tetapi dia menyatakan bahwa dirinya adalah orang Melayu, dengan kemampuannya bisa berbahasa Melayu, beradat istidat Melayu dan beragama Islam. Sehingga dalam konsep Melayu siapa saja boleh menyatakan dirinya menjadi orang Melayu, asal dia bisa berbahasa Melayu, beradat istiadat Melayu, dan beragama Islam.


(33)

mata pencaharian hidup, kesenian, pendidikan, dan teknologi. Di bawah ini terdapat tujuh unsur berikut,

2.2 Agama

Islam adalah kepercayaan setiap warga masyarakat Melayu, karena Melayu sendiri pun berlandaskan Islam. Untuk itu saya akan menjelaskan bagaimana proses masuknya agama Islam ke dalam peradaban Melayu. Jika di Indonesia Islam mulai berkembang pada zaman Kerajaan Hindu-Budha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tionkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahien. Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan Tarauma Negara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16 (Luckman Sinar 1986).

Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abab ke-7 hingga abab ke- 14. Kerajaan Budha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatera. Hal ini disdeskripsikan oleh seorang penjelajah Tiongkok yang bernama I-Tsing, yang mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada saat puncak kejayaannya Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah, dan Kamboja (Lucman Sinar 1986:65).

Di abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, yaitu Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh


(34)

Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam Wiracarita Ramayana.( sejarah dari Ramayana).

Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam, seperti Samudra Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era ini. (Takari dan Fadlin 2009).

Di samping itu ada pendapat dari Prof Mansur menyatakan: “Besar kemungkinannya bahwa Islam dibawa oleh para wirausahawan Arab ke Asia Tenggara pada abad pertama dari tarikh Hijriyah atau abad ke-7M. Hal ini menjadi lebih kuat, menurut Arnold dalam The

Preaching of Islam sejarah dakwah Islam dimulai pada abad ke-2 Hijriah, yaitu para pedagang

Islam melakukan perdagangan dengan Sailan atau Srilangka. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Burger dan Prajudi (2004). Mansur menambahkan Van Leur dalam bukunya Indonesian Trade and Society (2003), menyatakan bahwa pada 674 di pantai Barat Sumatera telah terdapat perkampungan (koloni) Arab Islam.

Perkampungan perdagangan ini mulai dibicarakan lagi pada 618 dan 626. Tahun-tahun berikutnya perkembangan perdagangan ini mulai mempraktikkan ajaran agama Islam. Hal ini mempengaruhi pula perkampungan Arab yang terdapat di sepanjang jalan perdagangan di Asia Tenggara. Mansur juga mengkritik keras adanya upaya sebagian sejarawan yang menyatakan bahwa Islam baru masuk ke Indonesia setelah runtuhnya kerajaan Hindu Majapahit (1478) dan ditandai berdirinya kerajaan Demak.


(35)

Pada umumnya keruntuhan Kerajaan Hindu Majapahit sering didongengkan akibat serangan dari Kerajaan Islam Demak. Padahal realitas sejarahnya yang benar adalah Kerajaan Hindu Majapahit runtuh akibat serangan raja Girindrawardhana dari Kerajaan Hindu Kediri pada tahun 1478M. Al-Attas mengatakan sarjana Barat melangsungkan penilitian ilmiah terhadap sejarah dan kebudayaan Kepulauan Melayu-Indonesia telah lama menyebarkan bahwa masyarakat kepulauan ini seolah-olah merupakan masyarakat penyaring, penapis, serta penyatu unsur-unsur berbagai kebudayaan.

Banyak pertanyaan mengatakan kenapa Melayu sangat erat hubungan dengan Islam? Atau apa pengaruh yang diberikan Islam kepada masyarakat Melayu sehingga Melayu harus berdasarkan Islam. Al Attas menguraikan bahwa ajaran Islam selalu memberikan keterangan dan memiliki sifat asasi insan itu ialah akal, dan unsur hakikat inilah yang menjadi perhubungan antara dia dan hakikat semesta. sebagaimana kegelapan lenyap dipancari sinar surya yang membuat setiap umat Islam selalu mencari kebenaran berdasarkan akal. Demikian juga kedatangan Islam di Kepulauan Melayu di Indonesia yang membawa rasionalisme dan pengetahuan akhlak serta menegaskan suatu sistem masyarakat yang terdiri dari individu-individu. Jadi Islam membawa peradaban yang mudah diterima, intelektualisme, dan ketinggian budi insan di tanah Melayu. Al-Attas juga menunjukkan bukti bahwa dari tangan ulama-ulama Islam lahirlah budaya sastra, tulisan, falsafah, buku, dan lain-lain, yang tidak dibawa oleh peradaban sebelumnya. Islam memang tidak meninggalkan kebudayaan patung (candi) sebagaimana kebudayaan pra-Islam (sumber: www.wikipedia.com).

Di sisi lain, ada juga disebut dengan ras proto-Melayu pedalaman, yaitu orang Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, yang memiliki kepercayaan, bahasa, dan adat istiadat sendiri. Memang pada dasarnya orang luar mengenal sebagian orang Asia itu adalah orang


(36)

Melayu, seperti di Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan lain sebagainya. Tetapi pada kenyataanya sebagian besar mereka tidak menyatakan mereka sebagi orang Melayu, karena mereka memilki agama, bahasa dan kebudayaan yang tidak sama dengan konsep kebudayaan Melayu. Seperti contoh penulis. Saya beragama Kristen Protestan, saya berasal dari suku Batak Toba, saya menggunakan bahasa Batak, dan saya juga melakukan istiadat suku saya sendiri. Namun demikian, jika orang luar menyatakan saya sebagai orang Melayu, saya pasti akan menjawab, saya juga orang Melayu, karena saya juga menggunakan bahasa Melayu yaitu bahasa Indonesia yang pada dasarnya bahasa Inonesia adalah bahasa Melayu. Begitu juga dengan objek penelitian saya, Nur ‘Ainun adalah suku asli Melayu yang beradat istiadat Melayu, berbahasa Melayu, dan juga beragama Islam.

2.3 Bahasa

Bahasa Melayu menjadi bahasa nasional dan bahasa pengantar di semua lembaga publik di sebagian Asia, seperti Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Bahasa Melayu yang menjadi

lingua franca penduduk Nusantara sejak sekian lama. Bahasa Melayu juga telah dipergunakan

oleh masyarakat Indonesia, termasuk etnik Melayu..

Akan tetapi dalam kebudayaan Melayu penggunaan bahasa khususnya dialek memilki perbedaan dari lima kabupaten, jika orang Melayu di pesisir timur, Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan dan Tanjung Balai memakai Bahasa Melayu dengan mengutamakan huruf vokal “o” sebagai contoh kemano (kemana), siapo (siapa). Di Langkat dan Deli masih menggunakan huruf vocal “e” seperti contoh, kemane (kemana), siape (siapa).


(37)

Dari sini kita bisa melihat meskipun akar kebudayaan etnik Melayu itu satu rumpun, namun ada juga perbedaan-perbedaan kecil yang membedakan etnik Melayu. Adapun perbedaan-perbedaan tersebut dikarenakan adanya kebiasaan yang sudah dibawa dari nenek moyang yang pada saat itu mereka memilki satu pengelompokan yang berbeda-beda. (Zein 1957:89).

Bahasa yang digunakan dan difungsikan oleh Nur ‘Ainun adalah bahasa Melayu dan juga Indonesia. Biarpun beliau sendiri orang Melayu Sumatera Utara, akan tetapi, dia lebih senang menggunakan bahasa Indonesia dalam pergaulan sehari-hari.

2.4 Mata Pencaharian

Bagi orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritas mereka menjalankan aktivitas pertanian. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman padi, karet, kelapa sawit, kelapa, dan tanaman campuran (mixed farming). Di kawasan pesisir pantai, umumnya orang Melayu bekerja sebagai nelayan, yaitu menangkap ikan dilaut dengan menggunakan alat-alat penangkap ikan. Orang Melayu yang tinggal di kota kebanyakannya bekerja dalam sektor dinas, sebagai pekerja di sektor perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan lain-lain.

Penguasaan ekonomi di kalangan orang Melayu perkotaan relatif masih rendah dibandingkan dengan penguasaan ekonomi oleh penduduk non-pribumi, terutama orang Tiongkhoa. Tetapi kini telah banyak orang Melayu yang telah sukses dalam bidang perniagaan dan menjadi penguasa perusahaan-perusahaan. Banyak yang tinggal di kota-kota besar dan mampu hidup berkecukupan. Selain itu, banyak orang Melayu yang mempunyai pendidikan yang tinggi, seperti di universitas di dalam maupun di luar negeri.


(38)

Di samping itu menurut Metzger (dalam Takari dan Fadlin 2009) kelemahan orang Melayu dalam ekonomi adalah bahwa kurangnya mayarakat Melayu menghargai budaya lama,

pemalas, dan kurangnya sifat ingin tahu. Untuk sekarang ini, tidak semua masyarakat Melayu

hidup bertani, berkebun, dan menjadi nelayan saja. Banyak juga orang Melayu yang profesinya menjadi guru, dosen, musisi, dan pejabat-pejabat tinggi. Orang Melayu di Sumatera Utara kini mempunyai pola hidup untuk mengejar ilmu setinggi-tingginya, bersaing dengan kelompok etnik lain. Bahkan ada juga belajar ke luar negeri, karena orang Melayu sangat menjujung tinggi pendidikan. Mereka ini ingin pintar dan cerdas, untuk dapat membantu semua orang. Bagi sebahagian besar oran Melayu, mereka mengamalkan ajaran Islam untuk terus mencari ilmu, yang sangat berharga yang tidak bisa hilang sampai mati. Demikian juga falsafah hidup Melayu yang diamalkan dan dijadikan pedoman hidup oleh Nur ‘Ainun.

Pada masa dilakukannya penelitian ini, mata pencaharian dari Nur ‘Ainun adalah bertani. Biarpun dia membayar orang untuk mengurus padi-padinya, tetapi beliau mengatakan bertani adalah mata pencaharianya. Selain sebagai petani ia juga menerima tawaran sebagai penyanyi di berbagai peristiwa budaya. Menyanyi ini menurut beliau adalah sebagai kerja sambilan di samping kerja pokoknya bertani. Selain itu, karena keahlian beliau mengaji Al-Quran, maka ia dipercayakan oleh masyarakat Islam di sekitar kediaman beliau untuk mengajar mengaji anak-anak generasi muda. Bagi beliau mengajar mengaji ini, bukan semata untuk mendapatkan upah namum lebih mengarah kepada ibadah.

2.5 Pendidikan

Sebelum penjajahan Belanda, orang Melayu umumnya mendapat pendidikan agama. Semasa penjajahan, peluang pendidikan ala Eropa terbatas untuk orang Melayu di pedesaan, dan


(39)

terpusat di daerah perkotaan, Pendidikan gaya Eropa sendiri hanya dikembangkan setelah Indonesia merdeka.

Orang Melayu mengalami sebuah perkembangan yang pesat dalam dunia pendidikan. Karena yang seperti kita ketahui, orang Melayu sangat menjujung tinggi yang namanya pendidikan ataupun ilmu. Inilah yang menyebabkan mereka bisa maju kedepan untuk lebih baik, karena mereka juga ingin dihormati bukan dilencehkan.

Dalam pendidikan Nur ‘Ainun sendiri kurang begitu baik, dikarenakan tidak menyelesaikan sekolahnya dengan baik. Tetapi Nur ‘Ainun juga bisa dikatakan manusia yang pintar dengan masuknya beliau di sekolah yang cukup populer, karena disekolah tersebut adalah sekolah para bangsawan dan juga Sultan. Sehingga Nur ‘Ainun pun pernah satu sekolah dengan anak sultan Deli.

: 2.6 Teknologi

Etnik Melayu pada dasarnya ingin terus berusaha menguasai teknologi, yang di antaranya bisa kita lihat dari pemakaian alat musik keyborad yang mereka gunakan dalam memainkan lagu-lagu Melayu. Sama halnya dengan teknologi-teknologi lainnya seperti alat komunikasi yang dikenal dengan handphone yang lazim digunakan semua masyarakat di Indonesia, termasuk suku Melayu.

Kemudian ada lampu sebagai alat penerang dirumah, kebanyakan mereka tidak menggunakan lampu teplok yang digunakan pada zaman dulu untuk menerangi lampunya, kemudian ada komputer sebagai alat mempermudah dalam menyimpan data, dan terkadang sebagai masyrakatnya memakai laptop yang lebih cangih lagi dari komputer, dan biasanya ini


(40)

dipergunakan pada saat masyarakat Melayu bersekolah kejenjang yang lebih tinggi atau mahasiswa.

Kendaraan juga sebagai teknologi yang sudah ada pada masyarakat Melayu. Untuk mempermudah perjalan seperti sepeda motor, yang dulunya mereka menggunakan sepeda sebagai alat kendaraan untuk mencapai tujuan. Tapi sekarang mereka sudah beralih ke sepeda motor atau yang dikenal dengan “kereta”, bahkan ada juga yang menggunakan mobil sebagai alat transportasi yang mempermudah perjalanan serta memilki fasilitas yang cukup baik dari segi tempat duduknya.

Televisi juga sudah dimilki oleh masyarakat Melayu untuk mengetahui berita-berita dari luar daerah dan dapat mengetahui keadaan negara. Radio juga menjadi salah satu yang sudah ada dimilki oleh masyarakat Melayu untuk mendengarkan lagu-lagu Melayu bahkan ada radio yang sudah memilki kaset sehingga mereka tinggal memasukan kasetnya saja dan didengarkan.

Jika musisi Melayu sudah dari dulu diperkenalkan alat rekam, untuk merekam suara si penyanyi yang dulunya menggunakan piringan hitam, tapi mereka sudah lama menggunakan alat-alat electronik, micropon sebagai penguat suara si penyanyi serta soud sytem sebagai alat pengatur suara untuk memperkuat suara. kemudian alat pembuat video (audio visual), dan lain sebagainya. Alat-alat elektronik inilah yang digunakan oleh musisi Melayu sama hanya dengan yang digunakan oleh Nur ‘Ainun.

Jika dilihat kondisi Nur ‘Ainun sekarang khususnya dalam ilmu teknologi sudah memiliki kemajuan biarpun tidak semaju perkembang zaman sekarang tapi Nur ‘Ainun sudah menikmati yang namanya teknologi, terbukti beliau memilki alat komunikasi seperti handphone, kemudian radio pendegar lagu-lagu, dan juga lampu pijar, yang dulunya beliau hanya


(41)

menggunakan lampu teplok. Serta alat-alat rekam yang digunakan Nur ‘Ainun untuk kepentingannya sebagai seniman musik Melayu.

2.7 Kesenian

Kesenian yaitu sebuah hasil karya yang diciptakan oleh penciptanya sendiri untuk menghasilkan sebuah keindahan. (www.google.com). Untuk itu kesenian ini menjadi warisan yang diturunkan dari turun- temurun, agar masyarakat Melayu dapat dikenal dan memiliki indentitas untuk diperkenalkan di masyarakat lain. Dalam kebudayaan Melayu terdapat seni-seni seperti seni suara, dengan genrenya seperti berzikir dan azan. Nyanyian ini bersifat keagamaan sehingga musik tidak digunakan saat bernyanyi. Sedangkan seni vokal yang tergabung dengan musik adalah nyanyian-nyanyian yang sifatnya menghibur.

Inilah yang akan penulis bahas mengenai lagu-lagu Melayu, yang dinyanyikan oleh Nur ‘Ainun serta lagu ciptaannya. Sebagai penyanyi legendaris, dan juga sebagai penyanyi yang mampu menyanyikan lagu-lagu dengan menggunakan rentak senandung, mak inang, dan lagu dua. Kemudian ada Seni musik yaitu salah satu media ungkapan hati. Sedangkan kesenian adalah salah satu daripada unsur kebudayaan tesrsebut. (www.wikipedia.com)

Musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. didalam musik, terkandung nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi bagian daripada proses enlkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal maupun informal. Musik itu sendiri memilki bentuk yang khas, baik dari sudut strukutal maupun genrenya dalam kebudayaan.

Demikian juga yang terjadi dalam musik kebudayaan masyarakat Melayu Sumatera Utara. Pertunjukan musik tradisional mengikuti aturan-aturan tradisional. Pertunjukan ini, selalu berkaitan dengan penguasa alam, mantera (jampi) yang tujuannya menjauhkan bencana,


(42)

mengusir hantu atau setan. Musik tradisi Melayu berkembang secara improvisasi berdasarkan transmisi.

Berdasarkan sistem klasifikasi yang ditawarkan oleh Curt Sach dan Eric M.Von Hornbostel (1914), maka keseluruhan ala-alat musik Melayu Sumatera Utara dapat dikelompokan kedalam klasifikasi (1) idofon, pengetar utamanya badannya sendir; (2) membranofon, pengetar utamanya membrane; (3) kordofon, pengetar utamanaya senar; (4) dan aerofon, pengetar utamanya kolom udara. Sedangkan Instrument musik Melayu itu sendiri adalah Gendang Melayu (gendang ronggeng) alat musik ini mempunyai membran diatasnya terbuat dari kulit binatang gunanya sebagai pengatur ketukan yang dapat membuat mayarakat bisa terpengaruh khususnya lagu-lagu yang bertempo cepat yang membuat badan ingin menari (membranofon). Biola yang terdiri dari 4 senar dan memiliki alat gesek yang disebut bouw sebagai pengiringi lagu tapi terkadang Biola juga sebagai alat musik yang membawa melodi (kordofon).

Akordion alat musik berbentuk seperti piano, yang memilki tust-tust nada, hanya saja yang membedakan alat musik dari piano adalah bisa dilihat dari cara bentuk permainannya. Ini sama halnya dengan biola sebagai pembawa melodi tapi terkadang juga sebagai pengiring lagu ataupu syair pantun, yang dimana pemain akordion dan biola saling bergantian memainkanya.

Begitu juga tari mereka akan menggunakan lagu yang sudah dilengkapi dengan musik untuk mengiringi mereka di saat mereka menari (aerofon) karena resonator suaranya dari udara. Kemudian tawak-tawak atau yang dikenal juga dengan istilah gong. Alat musik ini adalah salah satu alat musik yang dipukul yang berguna sebagai penentu tempo (idiofon).


(43)

Di samping alat musik ini, ada juga pengiring musik Melayu yang sudah sangat sulit dijumpai yaitu rebab Melayu. Alat musik ini hampir sama dengan alat musik biola hanya saja, alat musik memilki 3 senar, lebih sedikit dibanding biola. Mempunyai alat penggesek, dan cara bermain juga berbeda dengan biola. Jika biola diletakan di leher pemain, sedangkan rebab diletakan secara vertikal di depan pemainnya.

Kemudian di samping alat musik rebab ada juga alat musik yang menggunakan teknologi canggih seperti keyboard, yang tujuannya juga sebagai pengiring tetapi hanya jika diperlukan saja. Akan tetapi alat ini bukan berarti sebagai alat musik asli Melayu, tetapi bagian alat musik Melayu saja jika diperlukan. Terkadang juga digunakan oleh masyarakat Melayu pada saat pesta perkawinan, sunat, dan lain sebagainaya untuk penghematan pembayaran pemusik.

Ada satu konsep musik yang lazim digunakan dalam kebudayaan musik Melayu, yaitu rentak. Rentak-rentak dalam seni pertunjukan Melayu di antaranya ialah, rentak senandung, mak inang, lagu dua, (joget), zapin, ghazal, hadrah, dan lain sebagainya. Rentak ini juga berkaitan dengan erat dengan ekspresi emosi, misalnya rasa gembira diekspresikan melaui rentak joget atau lagu dua. Sedangkan rasa sedih dieskpresikan melalui rentak asli atau rentak senandung. Selain itu, selaras dengan perkembangan zaman, masyarakat Melayu juga mengadopsi secara akulturatif berbagai rentak musik dunia. Namum dengan pertimbangan matang dan sistem penapisan yang baik, agar rentak musik dunia itu sesuai dan sepadan dengan budaya Melayu. Contoh rentak yang mereka adopsi adalah chacha, rumba, serta musik Timur Tengah (Arab). Seperti lagu Habibi, Salabat Laila, Naam Sidi, dan lain-lain.

Menurut Fadlin (1988) di dalam musik Melayu, ada tiga dasar rentak yang sering digunakan yaitu rentak senandung (4/4, dalam satu siklus delapan ketukan) yang berirama lambat yang biasanya lagu ini yang bertema sedih. Contoh lagu rentak senandung adalah


(44)

Laksamana Mati Dibunuh, Kuala Deli, Sri Mersing, Damak, Sayang Serawak, Laila Manja, dan

lain-lain. Dalam rentak senandung ini, ada lagu yang diciptakan oleh Nur ‘Ainun yaitu Jangan

Duduk Termenung. Kemudian ada rentak mak inang yang memilki ketukan (2/4), temponya

sedang, dan lagu-lagunya selalu bertemakan persahabatan ataupun kasih sayang. Contoh dari lagu yang rentaknya mak inang adalah Mak Inang Pulau Kampai, Mak Inang Juara, Mak Inang

Stanggi, Pautan Hati, Haji Lahore, Mak Inang Kampung, dan lain-lainnya.

Yang lainnya adalah rentak lagu dua, yang berbirama 6/8. Rentak ini disebut juga oleh masyarakat Melayu sebagai rentak joget. Rentak ini sangat banyak disukai oleh masyarakat Melayu. Karena rentak ini cepat, sesuai untuk membuat suasana ceria dan gembira, maka lagu dalam rentak ini selalu bertemakan tentang hal-hal yang gembira atau senang. Contoh dari lagu-lagu Melayu dalam rentak lagu-lagu dua atau joget adalah: Tanjung Katung, Seramang Laut, Hitam

Manis, Selayang Pandang, Gendang Rebana, dan lain-lainnya. Rentak-rentak inilah yang

selalu dipakai dalam musik Melayu untuk mengiringi lagu-lagu. Ini juga lah yang menjadi ketertarikan saya untuk membahas rentak dalam lagu Melayu yang dibawakan oleh Nur ‘Ainun untuk dituliskan ke dalam tuilisan ini.

Begitu juga Nur ‘Ainun baginya alat musik Melayu sangat diperlukan untuk mengiringi lagu-lagu yang beliau nyanyikan. Tanpa alat-alat musik Melayu kurang sedap dengan kata lain Nur ‘Ainun mengatakan bahwa musik dan nyanyian adalah satu. Beliau juga menambahkan bahwa musik adalah salah satu alat yang mempunyai irama yang selalu dibutuhkan pada saat dia ingin menyanyikan lagu-lagunya, dengan menggunakan rentak sebagai pengatur ketukan saat Beliau bernyanyi.


(45)

Sistem politik Melayu adalah musyawarah, yang dijalankan konteks kebudayaan. Musyawarah yang dijalankan, biasanya membahas mengenai berbagai hal seperti pengelolaan sistem tanah adat berdasarkan budaya dan adat setempat. Sehingga sistem musyawarah yang dijalankan akan memiliki corak dan karakter yang berbeda antara daerah yang satu dengan yang daerah yang lain. Di sini kita dapat melihat bahwa suku Melayu telah mengenal sistem politik yang mengakar kepada kebudayaan.

Tidak mengherankan bahwa suku Melayu mempunyai ikatan persaudaraan yang kuat, sebab musyawarah memaknakan adanya tolong-menolong dan kesetiakawanan sosial, sebagai suatu permufakatan. Musyawarah juga merupakan sarana dimana rakyat dapat diposisikan untuk membangun aturan-aturan dasar dalam kehidupannya. yang bersumber kepada hukum adat setempat.

Sama halnya dengan organisasi ataupun perkumpulan yang sudah dibuat oleh orang Melayu itu sendiri. Mereka selalu mengutamakan yang namanya musyawarah yang bertujuan untuk menghargai adanya pendapat-pendapat, dan masukan-masukan yang ingin disampaikan oleh anggota-anggota dalam organisasi tersebut. Salah satu organisasi yang dibentuk oleh masyarakat Melayu adalah MABMI yaitu Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia.

Organisasi ini bukan semata-mata hanya sebuah kumpulan orang-orang Melayu yang hanya duduk saja, akan tetapi organisasi ini memiliki tujuan untuk melestarikan kebudayaan Melayu. Sehingga organisasi ini tidak sungkan-sungkan mengeluarkan biaya sebesar apapun untuk yang namanya melestarikan kebudayaan. MAMBI pada masa sekarang ini diketuai oleh H.Syamsul Arifin, S.E.


(46)

Organisasi yang diikuti oleh Nur ‘Ainun sendiri tidak banyak. Dia hanya punya dua organisasi. Yang pertama adalah organisasi perwiridan (pengajian) ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya. Yang kedua adalah himpunan arisan. Dalam berkesenian Nur ‘Ainun tidak masuk ke dalam kelompok kesenian tertentu. Ia bisa menyanyi dengan kelompok seni mana pun, asal ada waktu dan kesempatan.

BAB III

BIOGRAFI


(47)

Sebagai seorang penyanyi Melayu, Nur ‘Ainun memilki biografi yang begitu menarik secara budaya, berikut penulis uiraikan untuk bisa kita lihat bagaimana perjalanan hidupnya. Hal itu mencakup aspek-aspek riwayat keluarga yang meliputi aspek-aspek: masa kecil keluarga, kemudian pendidikan, Rumah Tangga dan karir.

3.1 Riwayat keluarga

Nur ‘Ainun dilahirkan di Stabat, Langkat, di daerah Kebun Baru, pada tanggal 7 November 1935. Beliau merupakan anak dari pasangan Mohammad Sigit dengan Fatma. Kedua orang tuanya ini bertempat tinggal di Stabat, JalanTanjung Pura. Sementara asal-usul kedua orang tuanya adalah kawasan dekat dengan pantai Selat Melaka, yang dikenal dengan istilah Pantai Gemi, yang merupakan sebuah kota kecil di Stabat. Ayahnya berprofesi sebagai kepala sekolah di Mensec School. Peenjelasan verbal tentang kinerja ayahnya ini, Nur ‘Ainun menceritakannya kepada saya sebagai berikut.

Nak, ayah nenek itu kepala sekolah di Mencis School, sekolah yang didirikan oleh Belanda lansung. Saudara-saudara nenek sekolah di situ sampe tamat, kecuali nenek. Kalau nenek hanya sampai tingkat dasar saja di situ, kalau tidak salah kelas 6. Kalau di sini kan kelas enam SD kan. Kalau zaman dulu nggak ada yang namanya SD, hanya tingkatan aja dulu, terus nak, bahasanya juga bahasa Belanda. Makanya dulu nenek bisa bahasa Belanda, tapi kalau sekarang udah nggak ingat lagi semua udah lupa nenek. Tetapi kan nak, ayah nenek itu selain kepala sekolah, dia juga pemain musik. Semua alat musik, bisa dia mainkan. Makanya, waktu itu, di rumah nenek penuh kali alat musik. Mungkin dari situ juga nenek jadi suka musik. Terus karena udah bakat kali ya nak. (Wawancara penulis dengan Nur ‘Ainun 8 Maret 2010).

Di samping sebagai seorang kepala Sekolah, ayahnya juga memiliki kepintaran dalam bermusik. Terbukti ayahnya dapat memainkan semua alat musik Melayu. Nur ‘Ainun mengatakan bahwa ayahnya dulu diajari bermain musik oleh seorang pemain musik Melayu


(48)

yang bernama Muhammad Darus. Setelah ayahnya mahir bermain musik, keduanya membentuk sebuah grup musik yang diberi nama Langkat Band. Nur ‘Ainun juga kurang tahu kenapa grup ini disebut Langkat Band, tetapi menurutnya mungkin karena tempat tinggal dari Muhammad Darus tersebut di Langkat, makanya membuat nama grupnya Langkat Band.

Menurut peenjelasan Nur ‘Ainun, ayahnya dapat memainkan sebahagian besar instrumen dalam musik Melayu, seperti: akordion, biola, gendang Melayu, dan lainnya. Sehingga di rumah mereka, di Stabat, dijumpai alat-alat musik. Di samping itu, Nur ‘Ainun juga suka memainkan alat-alat musik tersebut.

Di saat ayahnya meninggal dunia, saat berusia 38 tahun, bisa dikatakan usia muda, Nur ‘Ainun mengatakan bahwa ayahnya meningal karena sakit. Anehnya menurut penjelasan beliau, ayahnya pada saat itu hanya muntah-muntah saja, tetapi tidak lama kemudia ayahnya meninggal dunia. Namun demikian, dia mengatakan bahwa itu semua udah ajal. Kita tidak tahu kematian itu kapan datangnya, hanya Allah saja yang tahu.

Setelah ayahnya meninggal, di sinilah keluarga mereka bisa dikatakan sangat kurang baik ekonominya. sehingga alat musik yang tadinya memenuhi rumah menjadi tidak ada. Satu persatu alat musik pun dijual oleh ibu Nur ‘Ainun, untuk dapat melanjutkan hidup mereka. Ibunya tidak memiliki pekerjaan.

Alat-alat musik dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup 7 anak yang ditinggalkan kepada ibunya. Namun demikian, di sisi lain Nur ‘Ainun sebenarnya tidak ingin alat-alat musik Melayu itu dijual, karena dia sangat sayang sama ayahnya. Dia berharap agar dia bisa mengenang ayahnya lewat alat-alat musik yang dibeli dengan uang ayahnya sendiri.


(49)

Untuk itu Nur’Ainun ingin menceritakan kisah kehidupannya disaat mereka ditinggalkan sama kepala keluarga serta tulang pungung keluarga dan disini juga Nur ‘Ainun menceritakan bahwa ibunya juga adalah keturunan Thailand. Berikut penuturanya.

Memang dulu semua alat musik yang ditinggalkan ayahnya nenek sudah habis dijual sama ibunya nenek. Soalnya untuk makan nak, tapi di sini untuk apalah lah ya nak, soalnya nggak ada yang bisa main. Makanya dijual aja, ya udahlah nak. Nenek bisa sedih kalau ingat ayah nenek. Kalau bisa nenek lebih suka cerita tentang Ibu nenek yang keturunan Thailand. Memang benar, dulu mamak nenek pernah cerita kalau ibunya nenek mengatakan bahwa dia memilki campuran Thailand yang berasal dari ibunya, yaitu buyut-buyut atau nenek moyang ada yang menikah dengan orang Thailand tapi sudah jadi Melayu, sudah Islam. Sampai sekarang ya nak, nenek tidak tahu kapan ibu nenek dan ayah nenek menikah, lupa nenek nak (wawancara 2 April 2010)

Ketika Ayahnya wafat beliau meninggalkan 7 anak. Anaknya sendiri terdiri dari tiga anak laki-laki, dan empat perempuan. Nur ‘Ainun sendiri anak keempat dari 7 bersaudra. Berikut ini adalah nama-nama saudara kandung Nur ‘Ainun;

(1) Hj.Hania (anak perempuan sulung),

(2) Muhammad Arifin (anak laki-laki yang paling besar, sekarang beliau sudah meninggal dunia),

(3) Sauda (anak ketiga perempuan), (4) Nur ‘Ainun (dia sendiri),

(5) Nur ‘Aini (anak kelima perempuan), (6) Fahrudin (anak keenam laki-laki), dan

(7) Muhammad Ardi (anak laki-laki paling bungsu)

Penulis juga mempertanyakan mengenai kapan tanggal lahir dari saudara-saudaranya. Dia mengatakan bahwa tidak ingat lagi. Saya juga merasa prihatin karena melihat kondisi beliau


(50)

yang telah berusia reatif tua dan ingatanya juga sudah berkurang, sehingga penulis tidak mau memaksakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menguras pikirannya. Tetapi di sini Nur ‘Ainun menceritakan kemalasannya dalam melaksanakan pekerjaan rumah. Berikut penuturanya.

Kalau ingat dulu nak, nenek bisa ketawa. Dulu nenek itu paling nggak mau disuruh ngapa-ngapain. Jangankan nyapu, nyuci piring aja kakak nenek. Udah itu nenek itu nak, orangnya nggak rapi, tapi di keluarga nenek cuma nenek yang memang punya bakat nyanyi. Biarpun saudara-saudara nenek itu bisa juga nyanyi, tapi yang meneruskan itu cuma nenek nak. Cuma nenek yang cari uang di musik, biarpun itu tidak jadi patokan. Yang penting bakat nenek bisa tersalurkan. Makanya nak biar pun nenek nggak pernah mengerjakan pekerjaan rumah, tapi di keluarga nenek itu, nenek itu paling disayang lho nak. Disayang sama abang dan kakak nenek, memang nenek itu suka kali ingat-ingat zaman dulu waktu nenek masih kecil (wawancara 13 Mei 2010).

Keluarga Nur ‘Ainun bisa dikatakan keluarga besar. Setelah ayahnya meninggal dunia, mereka pun pindah ke Stabat, tepatnya di Jalan Kebun Baru. Mereka tinggal bersama nenek dari ibu beliau yang mereka panggil andung. Di sinilah mereka tinggal, dan tempat tinggal mereka itu bukanlah rumah mereka sendiri, melainkan rumah dinas dari ayah mereka. Karena pada zaman dulu kepala sekolah mendapat jatah rumah dinas. Rumah dinas ini berada di lokasi sekolah tempat mengajar.

Setelah ayahnya meninggal dunia, Tuhan pun punya rencana lain terhadap keluarga Nur ‘Ainun ini. Saudaranya laki-laki yaitu anak kedua yang bernama Muhammad Afirin, meninggal dunia. Kapannya Nur ‘Ainun juga lupa tanggalnya, tapi jelas mereka sangat sedih abang yang sayang sama dia telah pergi menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa.

Dari penuturan Nur ‘Ainun sendiri terungkap bahwa ia sangat disayang di keluarganya. Bahkan sampai saat Nur Ainun sudah menikah pun mereka selalu memperlakukan Nur ‘Ainun


(51)

sangat manja. Sehingga setiap pertanyaan mengenai keluarga Nur ‘Ainun sangat antusias dan sangat senang saat bercerita.

Setelah Nur ‘Ainun berusia 8 tahun, keluarganya memutuskan agar dia pindah ke Medan dan keluarganya tetap tinggal di Stabat. Nur ‘Ainun tinggal bersama waknya yang bernama Hanifah dan suaminya bernama Muhammad Chair yang bekerja di Kepolisan di Jalan Kampung Keling, tetapi bukan polisi, hanya bekerja di kantor polisi. Nur ‘Ainun pun tinggal bersama mereka di Jalan. Sukaraja di sebelah Istana Maimun yang dikenal sekarang sebagai Jalan Brigjen Katamso, Gang Warni.

Lebih jauh Nur ‘Ainun mengatakan bahwa waknya beserta suami adalah teman dekat Sultan Deli, yaitu Tengku Othman. Dia juga sudah lupa nama panjang Sultan Deli, karena dia hanya sering mendengar orang-orang memanggil dengan istilah Tuanku saja. Memang inilah sebutan yang selalu digunakan orang Melayu untuk menyebut rajanya. Orang Melayu tidak menyebut nama sultannya, karena kurang sopan.

Penulis juga diperkenankan mereproduksi sebuah foto keluarga Nur ‘Ainun, yang terdiri dari ayah, ibu, serta saudara-saudara Nur ‘Ainun, seperti pda gambar berikut ini.

Gambar 3.1:


(52)

Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun

3.2 Riwayat Pendidikan

Di Medan Nur ‘Ainun melanjutkan pendidikanya di sekolah terpopuler pada zaman itu, yaitu sebuah sekolah yang didirikan oleh Inggris. Nama sekolah tersebut adalah Khalsa Engglis School. Di sekolah ini, murid-muridnya hanyalah orang-orang yang berketurunan bangsawan saja. Nur ‘Ainun pun pindah ke sekolah ini bukan hanya karena waknya sebagai teman dekat dari Sultan Deli, melainkan juga memang Nur ‘Ainun punya “keistimewaan intelektual.” Sebelum masuk sekolah, Nur ‘Ainun diuji terlebih dahulu oleh pihak sekolah. Mereka mengadakan tiga kali ujian, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Nur ‘Ainun pun ternyata berhasil melewati ujian-ujian tersebut. Sehingga dia bisa masuk kesekolah ini, dan lansung duduk di kelas 3, atau setara dengan kelas 1 SMP sekarang ini. Saat itu di sekolah ini, tingkatan sekolah adalah tingkat satu sampai tingkat sembilan.


(53)

Lebih lanjut Nur ‘Ainun mengatakan pada penulis, pada saat itu dia satu sekolah dengan anak Sultan Deli yang bernama Azmi Perkasa Alam, namun tidak sekelas. Nur ‘Ainun mangatakan di sekolah ini tetap saja ada pengelompokan setara sosialnya, yang dapat dilihat dari interaksi pergaulan sesama mereka.

Uang sekolah di sini cukup mahal, yaitu berjumlah 25 perak. Makanya karena itu Nur ‘Ainun tidak sampai tamat hanya kelas 5 saja, berikut penuturanya:

Memang nak, nenek dulu disekolah itu nggak tamat cuma sampe kelas 5 aja. Soalnya biayanya mahal. Kalau minta sama wak nenek, nenek segan nggak berani. Terus, karena nenek sering dipanggil nyanyi, jadinya nenek sering nggak datang, gitu lah nak. Makanya nenek nggak tamat, hanya sampai kelas 5 aja (wawancara 21 Juni 2010)

Setelah ia keluar dari sekolah tersebut karena ketiadaan uang sekolah, Nur ‘Ainun pun melanjutkan kursus bahasa Inggris. Namun dalam prosesnya, ia juga tidak menyelesaikan kursusnya ini. Menurut penjelasan beliau, sebabnya adalah banyak orang-orang yang iri sama dia, karena ia termasuk murid yang pandai dalam berbahasa Inggris. Pada saat dia pulang kursus, ada orang yang sering mencegatnya, atau memberhentikannya di tengah jalan terutama perempuan. Kalau perempuan umumnya iri dengan dia, berbeda dengan laki-laki. Mereka ini sangat suka pada Nur ‘Ainun sehingga mereka pun melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh para wanita tersebut, yaitu mencegat Nur ‘Ainun di tengah jalan. Inilah yang memebuat Nur ‘Ainun menjadi takut, sehingga dia memutuskan tidak mau melanjutkan kursusnya lagi. Salah satu hal yang dilakukannya hanya fokus pada bernyanyi saja, karena pada saat itu hal yang paling dia suka adalah bernyanyi. Sehingga Nur ‘Ainun pun bisa dikatakan kurang baik dalam dunia pendidikan, tetapi bukan Nur ‘Ainun tidak pandai dalam berpikir dan belajar, melainkan ada hal-hal yang membuat dia tidak menyelesaikan pendidikanya dengan baik. Salah satu faktor penyebab utamanya adalah biaya dan masalah interaksi sosial.


(54)

Di saat Nur ‘Ainun fokus terhadap bernyanyinya, dia pun diajak bergabung masuk di sebuah grup musik yang bernama Sukma Murni. Kelompok musik ini, pada saat itu di bawah kepemimpinan ketuanya yang bernama Muhammad Ilyas. Grup ini terbentuk dan bermarkas di kota Medan. Nur ‘Ainun juga sudah tidak mengingat siapa pendiri Sukma Murni terdahulu, sebelum dipimpin Muhammad Ilyas. Berikut gambar-gambar Nur Ainun menjadi penyanyi pada waktu berusia muda.

Gambar 3.2:

Nur ‘Ainun sebagai Penyanyi Saat Berusia 20 Tahun

Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun

Gambar 3.3:


(55)

Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun

3.3 Riwayat Rumah Tangga

Melalui kelompok musik Sukma Murni ini, Nur ‘Ainun bertemu dengan orang yang dia cintai yang sekarang menjadi suaminya, yang bernama Ahmad Fuad. Di dalam grup tersebut, Ahmad Fuad adalah seorang pemain alat musik akordion dan gendang Melayu, sedangkan Nur ‘Ainun adalah sebagai penyanyi.

Sifat yang baik, ramah, sederhana, dan jujur dari Ahmad Fuad yang membuat Nur’Ainun menjadi terpikat dengannya. Nur ‘Ainun pun mau menikah dengannya, ketika Ahmad Fuad melamarnya. Ahmad Fuad memang dikenal oleh teman-temannya sebagai orang yang sopan santun, ramah, dan selalu terseyum. Nur ‘Ainun menegaskan jika suaminya ini adalah kepala


(56)

keluarga yang selalu sabar dalam mengatasi masalah disaat mereka sedang berbeda pandangan, Ahmad Fuad juga yang selalu mengalah jika hal itu terjadi.

Ahmad Fuad juga suami yang tidak terlalu banyak menuntut. Apalagi dalam rumah tangganya, seperti dalam panyanjian makanan, Ahmad Fuad selalu makan apa pun yang dimasak oleh Nur ‘Ainun. Bahkan jika tidak ada makanan pun Ahmad Fuad tidak akan marah, malah mencari jalan keluar agar keluarganya bisa makan. Nur ‘Ainun menegaskan prinsip suaminya lebih bagus tidak makan hari ini dari pada kita berhutang. Sikap inilah yang membuat Nur ‘Ainun tidak bisa melupakan sosok Ahmad Fuad sebagai suami tercintanya.

Gambar 3.4:

Muhammad Fuad, Suami Nur ‘Ainun


(57)

Pada saat mereka memutuskan untuk menikah tanggal 15 Juni ditahun 1956, Nur ‘Ainun pun memberi sebuah persyaratan yaitu dia tetap ingin bernyanyi, dan suaminya pun menuruti persyaratan yang diajukan oleh beliau. Namun demikian, Nur ‘Ainun juga tahu diri. Jika dia dipanggil berpergian ke luar negeri untuk bernyanyi, dia selalu mengajukan agar suaminya ikut. Ini lantaran beliau ingin didampingi oleh suaminya. Sehingga jika memanggil Nur ‘Ainun, berarti si pemanggil harus memanggil suaminya juga. Berikut gambar suami Nur ‘Ainun zaman dulu (1957), dan berserta keluarga di saat mereka menikah dan mempunyai enam anak.

Gambar 3.5:

Foto Saat Mereka Menikah.


(58)

Pernikahan mereka sendiri pun membentuik sebuah keluarga baru dengan kehadiran enam anak. Di bawah ini adalah daftar nama-nama anak kandung dari pasangan Ahmad Fuad dan Nur ‘Ainun sendiri.

1. Nuri Alfrida (lahir 27 april 1958 / almarhumah) 2. Mai Liza Murnin ( lahir 4 Mei 1949),

3. Armansa (lahir 3 Febuari 1960); 4. Irwansyah (lahir 7 November 1961); 5. Darwinsyah (lahir 15 Desember 1965); dan 6. Aliansyah (lahir 7 Juni 1970).

Di bawah ini sebuah foto keluarga Nur ‘Ainun dan suami saat anak-anak mereka masih kecil-kecil lagi.

Gambar 3.6: Keluarga Inti Nur ‘Ainun


(59)

Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun

Nur ‘Ainun merasa senang dengan adanya anak-anak yang selalu menyayanginya, terutama anak perempuan sulungnya, Nuri Alfrida, yang mewarisi keahlianya dalam bernyanyi. Sehingga dia pernah mendapat juara satu sebagai bintang radio, dan masih banyak sejumlah prestasi yang membangakan. Anak perempuan sulungnya juga memilki sifat lemah lembut, rapi, dan selalu memperhatikan Nur’Ainun dari segi penempilan ( busana). Sehingga pada saat Nur ‘Ainun datang ke rumah mereka, ibunya sangat kagum kepada Nuri Alfrida yang pandai dalam mengatur segala sesuatu.

Nuri Alfrida juga termasuk anak yang dianggap orang paling pintar di antara saudara-saudaranya yang lain. Hal ini dibutktikan ketika ia masuk ke Perguruan Tinggi Negeri, yaitu USU (Universitas Sumatera Utara). Nuri mengambil Jurusan Hukum. Nur’Ainun sangat bangga mempunyai anak seperti dia. Selain baik dalam prestasi, ia juga baik dalam bentuk karir, yang terbukti bahwa Nuri memenangkan juara 1 bintang radio. Prestasi yang pernah diraih oleh Nur ‘Ainun pada saat zaman dia masih muda, di decade 1960-an.


(1)

Husni, T. Lah

1975 Lintasan Sejarah Peradaban dan Budaya Penduduk Pesisir Sumatera Timur 1612-1650

Medan : BP. Lah Husny

Poerwadahmintra Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) 2008 Jakarta: Balai Pustaka

Lexy, Moleong

2000 Metodologi Penelitian Kualitatif Bangung: PT Remaja Rosdakarya

Malm, William P

1975 Kebudayaa PasifikTtimur Tengah dan Asia

Terjemahan Muhamad Takari. Medan : Jurusan Etnomusikolgi Mangff, Tom

1991 The Music Kitterjemahan prof.Mauly Purba

Nettl, Bruno

1963 Theory and Method In Ethnomusicology New York : The Free Press

Perikuten. M,si “ Proses Pengtranskripsian Musik” Makalah untuk Bahan Mata kuliah Transkripsi Analisis

Takari, dan Fadlin Sastra Melayu Sumatera Utara: Medan :Bartongjaya 2009

Tengku Lah Husni,

1875 Lintasan Sejarah Peradaban dan Budaya Penduduk Melayu Pesisir Sumatera Timur 1612-1950. Medan: b.p. Husny.

Tengku Lah Husni,

1986 Butir-butir Adat Budaya Melayu Pesisir Sumatera Timur, jakarta: departemen pendidikan dan kebudayaan.

Tengku Luckman Sinar, 1994 Jatidiri Melayu, Medan :Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia


(2)

2007 Ahmad Setia Pemusik Melayu Sumatera Utara:Biografi

dan Gaya Melodis Permainan Akordion, skripsi Sarjana Fakultas Sastra

YUSCAN

2010 “Adat Istiadat Perkawinan Melayu Sumatera Timur. Medan: Biro Adat PB.MAMBI

Dalam Artikel Nuim Hidayat, “ Peran Penting Islam di Tanah Melayu

Dalam Artikel Farul Azri “ Migrasi Manusia dari Sungai Mekong ke Dunia Melayu

Pengertian Vibrato


(3)

Tanggapan Masyarakat Terhadap Nur ‘Ainun Sebagai Penyanyi

Melayu di Sumatera Utara

Dibawah ini ada beberapa tangapan-tangapan dari masyarakat terhadap Nur ‘Ainun antara lain:

Nama : Zulfan Efendi Pekerjaan : pemain musik Alamat : Jalan. Gg. Merdeka

Tangapan saya Nur ‘Ainun itu adalah sosok penyanyi Melayu yang legendaris, dari waktu bapak saya Nikah Nur ‘Ainun masih yang nyanyi, sampe saya nikah dengan Istri saya pun, dia tetap yang nyanyi, itulah kenapa saya katakan Nur ‘Ainun penyanyi legendaris, makanya waktu saya nikah saya undang khusus dia nyanyi tetap nikah saya, soalnya memang suaranya enak kali didengar, merdulah. Apalagi lagu-lagu yang tempo senandung, itulah yang paling sedap di dengar.

Nama : Ahmad Setia

Pekerjaan : pemain musik dan pembuat gendang Melayu Alamat : Jalan. Sustrisno gg. Cempaka

Tangapan saya kalau Nur ‘Ainun itu, memang suaranya itu lembut kali, dia itu cocoknya memang yang nyanyi-nyanyi temponya lambat, betul-betul dihatinya kali lagu itu, bukan berakti dia tidak bisa nyanyi yang tempo cepat. Tapi memang karakter suaranya itu enak kali di dengar waktu dia nyanyi yang tempo lambat, bisa nangis orang kalau dengar dia nyanyi.


(4)

Nama : Datok Ahmad Fauzi

Pekerjaan : pemusik dan Dosen luar biasa Melayu Alamat : jalan jawa No.34

Tangapan saya Nur ‘Ainun itu penyanyi yang luar biasa saya bilang, apa aja lagu yang dikasih pasti dia bisa nyanyikan, mau lagu joget bisa, mak inang bisa, tapi Rentak senandung aja dia suka nyanyi, karenakan lagunya itu temponya lambat. Udah itu dia itu Memang penyanyi Melayu asli sampe dia tua juga, masih aja nyanyi, makanya bapak suruh kamu untuk meneliti dia, karena belum ada yang nulis dia, lagian memang baguslah dia, maksudnya karekter suaranya bagus, orangny pun bagus, orang terkenal dulunya, banyak prestasinya, cocok lah ditulis.

Nama : Nasrul anak dari bapak M.Nasir pembuat lagu Keluhan jiwa Pekerjaan : Pemain musik gendang di group Sri Indra Ratu

Alamat : Jalan Britjen Katamso. Gg Rezeki

Tanggapan saya Nur ‘Ainun itu adalah penyanyi yang hanya khusus menyanyikan lagu-lagu Melayu saja, pokoknya Melayu sangat, logat syairnya sama pengucapannya itu kalau waktunya nyanyi pas kali, cengkoknya pas kali, sama gereneknya, makanya bapak saya dulu buat lagu keluhan jiwa, yang nyanyikannya kan dia, kenalah semuanya, dari musik, suara, makanya dulu lagu itu terkenal kali, tapi saya group orang ini nggak lanjut lagi, tapi baguslah Nur ‘Ainun.


(5)

Pekerjaan : Wiraswasta dan penyanyi lagu-lagu Melayu Alamat : Daerah Belawan

Tangapan aku sama penyanyi Nur ‘Ainun adalah, dia itu penyanyi lama tentunya, kalau aku dengar dia baguslah kalilah suarnya, kalau ditanya masalah cengkok sama gerenek, nggak usah lah disangsikan lagi apalagi diragukan, memamg udah penyanyi senior lah, cengkoknya itu bisa dibilang kayak lentur gitu dia, baguslah suaranya.

Nama : Nur hayati Pekerjaan : wiraswasta

Alamat : Jalan, Gaperta ujung

Tangapan aku ya.. suaranya bagus , pernah dengar aku di kaset, karena orang tua ku suka kali pasang-pasang lagu-lagu Melayu, jadi tahu lah aku Nur ‘Ainun. Memang waktu aku dengar dia nyanyi suka aku dengar karekter suaranya, cengkoknya itu lho, hebat kali lah,

mungkin karena udah ada bakat dia ya, aku coba niru-niru kayak dia nggak pas, beda kali lah penyanyi muda dengan penyanyi tua.

Nama : Anun

Pekejaan : Ibu rumah tangga Alamat : Jalan Beritjen Katamso

Tanggapan ibu ya nak’ suranya bagus, dulu memang waktu masa-masa ibu, memang terkenal ini penyanyi Melayu, sekarang aja dia nggak terkenal lagi, harusnya ya nak’ pemerintah ini peduli lah, sama penyanyi-penyanyi lama yang terdahulu kayak Nur ‘Ainun, kayak


(6)

penghargaanlah gitu bukti kalau dia itu pernah melestarika kebudayaan Melayu di Sumatera ini, lagian biar semua orang bisa tahu lah nak’ siapa Nur ‘Ainun.

Nama : Nurul

Pekerjaan : ibu rumah tangga Alamat : Jalan Britjen Katamso

Tanggapan ibu hampir samalah dengan yang dibilang ibu Anun, kalau Nur ‘Ainun itu penyanyi hebat. Udah nenek pun suaranya masih aja tetap bagus, sayang aja dia nggak dia

kurang diperkenalkan sekarang, dulu hebat kali dia nak’ masuk Koran, keluar negeri terkenal lah.

Nama : Anisah Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Jalan Brigjen Katomso

Tanggapan ibu sama juga nak’ memang hebat kali dia itu zaman kami, cantik kan nak’ make baju pun sopan santun kalau nyanyi, makanya banyak dulu orang yang suka sama dia, biar pun ada yang bilang penyanyi tiang listrik ya, kalau ibu sich kasih pendapat itu hanya orang-orang yang sirik aja sama dia, bagus pokoknya nak.