jalan sangat merasakan dampak kerusakan ini dalam bentuk naiknya biaya operasi kenderaan, ketidaknyamanan berkendara, banyaknya kecelakaan lalu lintas yang terjadi dan lain lain.
Kerugian yang diderita individu masyarakat tersebut pada akhirnya akan terakumulasi menjadi kerugian ekonomi yang menyeluruh pada suatu daerah.
Penyebab utama kerusakan jalan secara umum dapat dikatakan antara lain: beban kenderaan yang berlebih overloading, mutu pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai,
drainase yang tidakkurang berfungsi dan perencanaan yang tidak tepat. Selain itu minimnya biaya pemeliharaan jalan, keterlambatan pengeluaran anggaran serta prioritas penanganan
yang kurang tepat juga menjadi penyebab Muis, 2010. Menurut Departemen Pekerjaan Umum 2007, kerusakan yang terjadi pada
perkerasan lentur adalah mencakup semua kerusakan seperti: retak cracking, distorsi distortion, cacat permukaan disintegration, pengausan polished aggregate, kegemukan
bleeding or flushing, dan penurunan pada bekas penanaman utilitas utility cut depression. Permukaan perkerasan aspal cenderung untuk retak pada beberapa tahap umurnya di
bawah kombinasi beban lalu lintas dan lingkungan melalui satu atau lebih mekanisme yang berbeda. Retak adalah suatu cacat permukaan yang memperlemah perkerasan dan
memungkinkan air meresap ke dalamnya sehingga meningkatkan perlemahan. Bila retak mulai terjadi akibat kombinasi beban lalu lintas dan lingkungannya, maka penyebaran,
keparahan, dan intensitas dari retak tersebut akan berkembang cepat dan akhirnya dapat menyebabkan disintegrasi pada lapis permukaan Wiyono, 2010.
I.2 Latar Belakang
Keretakan pada lapis perkerasan merupakan suatu kriteria penting untuk penanganan pemeliharaan jalan. Ketepatan dalam memprediksi mulainya retak serta perkembangannya
Universitas Sumatera Utara
merupakan hal yang penting dalam keefektifan pada penentuan waktu dan biaya dalam pemeliharaan jalan Wiyono, 2010.
HDM-4 Highway Development dan Management yang diprakarsai Paterson 1987 merupakan salah satu pemodelan memprediksi mulainya retak dan perkembangannya yang
didasarkan pada analisis empirik yang menggunakan beban lalu lintas dan structural number sebagai variabel yang dapat diprediksi.
Bertolak dari pemodelan HDM-4 dalam memprediksikan retak yang menggunakan beban lalu lintas dan structural number sebagai variabel yang mempengaruhinya, maka
dibuat suatu pemakaian dari pemodelan HDM-4 dengan memakai beberapa data dari perencanaan perkerasan baru. Sehingga nantinya dapat dianalisis bagaimana bentuk
hubungan dan sensitivitas beban lalu lintas dan structural number terhadap prediksi mulainya retak dan perkembangannya.
I.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mengetahui hubungan beban lalu lintas dan structural number terhadap mulainya retak dan perkembangannya dari hasil prediksi HDM-4.
2. Mengetahui sensitivitas beban lalu lintas dan structural number pada keretakan jalan
yang terjadi.
I.4 Pembatasan Masalah
Agar penulisan ini dapat terarah dan sesuai dengan tujuan, maka diperlukan pembatasan masalah. Dalam penelitian ini, permasalahan dibatasi pada :
Universitas Sumatera Utara
1. Pemodelan prediksi retak berdasarkan analisis empirik dimana variabel yang
berpotensi untuk diprediksi adalah beban lalu lintas, kondisi iklim, struktur perkerasan, dan kondisi perkerasan di masa lalu.
2. Pemodelan prediksi retak yang digunakan adalah pemodelan dari HDM-4.
3. Beban lalu lintas yang digunakan telah dikonversikan ke dalam beban gandar
standar yaitu 8.16 ton. 4.
Structural number menggunankan acuan AASHTO. 5.
Retak yang diprediksikan merupakan retak yang terjadi pada perkerasan lentur dengan model perkerasan Asphalt Mix on Granular Base.
6. Retak yang diprediksi adalah retak struktural, retak yang terjadi akibat akumulasi
beban lalu lintas yang melewatinya. 7.
Pada retak struktural yang dimodelkan adalah All Cracking, retak yang memiliki lebar minimum 1 mm.
I.5 Metodologi