Batasan Masalah Latar Belakang Pendidikan Tinjauan Peneliti Terdahulu

kinerja organisasi itu seperti penurunan prestasi”. Begitu juga dengan Simanjuntak 1983:226 dalam Kurnia 2005 yang menyatakan bahwa “Pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan tepat”. Namun Menpan 2005 menyatakan “pendidikan dan pelatihan pegawai yang berlaku dewasa ini bersifat formalitas guna memenuhi persyaratan jabatan”. Akhirnya pendidikan dan pelatihan yang dilakukan kurang efektif dan efisien. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor yang menghambat penerapan SAP dalam sebuah skripsi dengan judul ‘’ Faktor–Faktor Yang Menjadi Kendala Dalam Penerapan Standard Akuntasi Pemerintahan SAP pada Pemerintah Kota Binjai’’ B. Perumusan Masalah Dengan adanya latar belakang serta fakta-fakta di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut “Apakah Faktor-Faktor Yang Menjadi Kendala Dalam Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan SAP pada Pemerintah Kota Binjai”

C. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan beberapa pertimbangan lainnya, maka penulis melakukan beberapa batasan atas masalah yang akan di teliti, yaitu antara lain : a. Penelitian ini dibatasi oleh aspek akuntansi sektor publik untuk menjelaskan faktor-faktor yang menjadi kendala dalam Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan SAP b. Penelitian ini hanya mengambil lokasi pada Pemerintah Kota Binjai

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala dalam penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan SAP pada Pemerintah Kota Binjai.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Bagi peneliti, melalui penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan peneliti tentang faktor-faktor yang menjadi kendala penerapan SAP. b. Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak–pihak yang terkait di pemerintah daerah. c. Bagi pihak lain, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian–penelitian selanjutnya yang sejenis.

E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

1. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual sebagai berikut: Sumber : Penulis 2011 Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian Sejalan dengan kerangka konseptual yang telah dibuat seperti di atas, maka dapat dijelaskan bahwa faktor–faktor yang menjadi kendala penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan SAP antara lain, yaitu Pemahaman SAP, pendidikan dan pelatihan, serta latar belakang pendidikan merupakan contoh variabel yang berpengaruh penyusunan pada Pemerintah Kota Binjai. Dengan kata lain, pemahaman terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan SAP, pendidikan dan pelatihan, serta latar belakang pendidikan merupakan variabel independen. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa faktor yang menghambat penerapan Standar Pemahaman SAP X 1 Pendidikan dan Pelatihan X 2 Latar Belakang Pendidikan X 3 Faktor yang menjadi Kendala Penerapan SAP Y Akuntasi Pemerintahan SAP dalam hal ini merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya atau dengan kata lainnya adalah variabel dependen.

2. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut :”Faktor Pemahaman SAP, Pendidikan dan Pelatihan serta Latar Belakang Pendidikan yang menjadi Kendala Dalam Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan SAP berpengaruh pada Pemerintah Kota Binjai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Akuntasi Pemerintahan SAP 1. Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan SAP Pengertian akuntasi pemerintahan tidak terlepas dari pengertian akuntasi secara umum. Akuntasi didefiniskan sebagai aktivitas pemberian jasa service activity untuk menyediakan informasi keuangan kepada para pengguna users dalam rangka pengambilan Keputusan.Untuk aktivitas tersebut, dilakukan suatu proses pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran suatu transaksi keuangan yang timbul dari kegiatan suatu organisasi untuk menghasilkan informasi keuangan berupa posisi keuangan pada waktu tertentu, hasil kegiatan untuk periode yang berakhir pada waktu tertentu, disertai dengan suatu penafsiran atas informasi keuangan tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut, maka akuntasi pemerintahan dapat didefinisikan menjadi suatu aktivitas pemberian jasa untuk menyediakan informasi keuangan pemerintah berdasarkan proses pencatatan, pengklasikasian, pengikhtisaran suatu transaksi keuangan pemerintah serta penafsiran atas informasi keuangan tersebut. Dengan demikian, secara umum pengertian tersebut tidak berbeda dengan akuntasi, dan perbedaan terletak pada jenis transaksi yang dicatat dan penggunanya. Jenis yang dicatat di dalam akuntasi pemerintahan adalah transaksi keuangan pemerintah yang sebagian akan memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan transaksi dalam akuntasi bisnis. Penguna informasi keuangan pemerintah antara lain rakyat secara umum yang diwakili oleh lembaga legislative, pemerintah sendiri, kreditor seperti Bank Dunia, International Monetary Fund IMF, Asian Development Bank ADB, dan lainnya. Akuntasi pemerintahan merupakan bagian dari disiplin ilmu perkembangan akuntasi pemerintahan secara umum di seluruh negara juga sudah berkembang meskipun tidak sepakat perkembanga akuntasi bisnis. Di dalam sejarah akuntasi, akuntasi pemerintahan lebih dahulu muncul sebelum adanya akuntasi bisnis. Adanya tulis–menulis dan angka di dalam peradapan manusia, serta adanya sistem bilangan desimal di Arab semakin mempercepat akuntasi pemerintahan tumbuh di dalam angka administrasi keuangan penguasa di beberapa negara saat itu. Berdasarkan peraturan pemerintah No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntasi Pemerintahan, ‘’Standar Akuntasi pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntasi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah’’. SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusatdaerah, jika menurut peraturan perundang–undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan. Lingkungan akuntasi pemerintahan sebagaimana yang terungkap di dalam Standar Akuntasi Pemerintahan : a. Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap karakteristik tujuan akuntasi dan pelaporan keuangan. b. Ciri–ciri penting lingkungan pemerintahan yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan akuntasi dan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang diberikan : a Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan; b Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar pemerintah; c Adanya pengaruh proses politik; d Hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah. 2. Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian: a Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik target–target fiskal, dan sebagai alat pengendalian; b Investasi dalam asset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan c Kemungkinan penggunaan akuntasi dana untuk tujuan pengendalian.

2. Sejarah SAP

a. Latar Belakang Terbitnya SAP Pada tahun 2002 Menteri Keuangan membentuk Komite Standar Akuntasi Pemerintahan Pusat dan Daerah yang bertugas menyusun konsep standar akuntasi pemerintahan pusat daerah yang tertuang dalam KMK 308KMK.0122002. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara mengamatkan bahwa laporan pertanggung jawaban APBNAPBD harus disusun oleh suatu komite standar yang independent dan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. b. Proses Penyiapan SAP Komite standar yang dibentuk oleh Menteri keuangan sampai dengan tahun pertengahan tahun 2004 telah menghasilkan draf Standar Akuntasi Pemerintahan yang terdiri dari kerangka konseptual dan 11 pernyataan standar, kesemuanya telah disusun melalui due process Dalam pengantar SAP 2005:5 dijelaskan tahap–tahap penyiapan SAP sebagai berikut : a Identifikasi Topik untuk Dikembangkan menjadi Standar Tahap ini merupakan proses pengidentifikasian topik–topik akuntasi dan pelaporan yang berkembang yang memerlukan pengaturan dalam bentuk pernyataan Standar Akuntasi Pemerintahan SAP. b Pembentukan Kelompok Kerja Pokja di dalam KSAP KSAP dapat membentuk pokja yang bertugas membahas topik– topik yang telah disetujui. Keanggotaan pokja ini berasal dari berbagai instansi yang kompeten di bidangnya. c Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja Untuk pembahasan suatu topik, pokja melakukan riset terbatas terhadap literatur–literatur, standar akuntasi yang berlaku di berbagai negara, praktik–praktik akuntasi yang sehat best practices, peraturan–peraturan, dan sumber–sumber lainnya yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas. d Penulisan Draf SAP oleh Kelompok Kerja Berdasarkan hasil riset terbatas dan acuan lainnya, Pokja menyusun draf SAP. Draf yang telah selesai disusun selanjutnya di bahas oleh pokja secara mendalam. e Pembahasan Draf oleh Komite Kerja Draf yang telah disusun oleh Pokja tersebut dibahas oleh anggota Komite Kerja. Pembahasan II lebih diutamakan pada substansi dan implikasi penerapan standar. Dengan pendekatan ini diharapkan draf tersebut menjadi standar akuntasi yang berkualitas. Dalam pembahasan ini tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan– perubahan dari draf awal yang diusulkan oleh pokja. Pada tahap ini, Komite Konsultatif untuk pengambilan keputusan peluncuran draf publikasian SAP. f Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan Komite kerja berkonsultasi dengan Komite Konsultatif untuk pengambilan keputusan peluncuran draf publikasian SAP. g Peluncuran Draf publikasian SAP Exposure Draft KSAP melakukan peluncuran draf SAP dengan mengirimkan draf SAP kepada stakeholders, antara lain masyarakat, Legislatif, lembaga pemeriksa, dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh tanggapan. h Dengan pendapatan terbatas Limited Hearing dan dengar pendapatan publik public Hearings Dengan pendapatan dilakukan dua tahap, yaitu dengan pendapat terbatas dan dengan pendapat publik. Dengan pendapat terbatas dilakukan dengan mengundang pihak–pihak dari kalangan akademis, praktisi, pemerhati akuntasi pemerintahan untuk memperoleh tanggapanmasukan dalam rangka penyempurnaan draf publikasian i Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian KSAP melakukan pembahasan atas tanggapan masukan yang diperoleh dari dengar pendapat terbatas, dengar pendapat publik dan masukan lainnya dari berbagai pihak untuk menyempurnakan draf publikasian. j Finalisasi Standar Dalam rangka finalisasi draf SAP, KSAP memperhatikan pertimbangan dari BPK. Disamping itu, tahap ini merupakan tahap akhir penyempurnaan subtansi, konsistensi, koherensi maupun bahasa. Finalisasi setiap PSAP oleh seluruh anggota KSAP. c. Penetapan Standar Proses penetapan PP. SAP berjalan dengan koordinasi antara Sekretariat Negara, Departemen keuangan, dan Departemen Hukum dan HAM, serta pihak terkait lainnya hingga penandatanganan peraturan Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntasi Pemerintahan oleh presiden pada tanggal 13 Juni 2005. d. Sosialisasi Awal SAP KSAP melakukan sosialisasi awal standar kepada para pengguna. Bentuk sosialisasi awal yang dilakukan berupa seminardiskusi dengan para pengguna, program pendidikan professional berkelanjutan, training of trainers TOT, dan lain–lain.

3. Komponen pernyataan SAP

Berdasarkan peraturan pemerintah No 24 Tentang Standar Akuntasi Pemerintahan memuat sebelas pernyataan, yaitu : a. Penyajian Laporan Keuangan Tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum general purpose financial statements dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan menerapkan basis akrual untuk pengukuran pos–pos pendapatan, belanja dan pembiayaan, serta basis akrual untuk pengukuran pos–pos asset, kewajiban dan akuitas dana. Pengukuran dan pengungkapan transaksi–transaksi spesifik dan peristiwa–peristiwa yang lain, diatur dalam standar akuntasi pemerintahan lainnya. b. Laporan Realisasi Anggaran Tujuan pernyataan standar ini adalah menetapkan dasar–dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang–undangan. Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukan tingkat ketercapaian target–target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang– undangan. c. Laporan Arus Kas Tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur penyajian laporan arus kas yang memberikan informasi historis mengenai perubahan kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi asset non keuangan, pembiayaan dan non anggaran selama satu periode akuntasi. Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan. d. Catatan Atas Laporan Keuangan Tujuan pernyataan standar ini mengatur penyajian dan penangkapan yang diperlukan pada catatan pertanggungjawaban atas laporan keuangan. e. Akuntansi Persediaan Tujuan pernyataan standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan dan informasi lainnya yang dianggap perlu disajikan dalam laporan keuangan. f. Akuntansi Investasi Tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk investasi dan penangkapan informasi penting lainnya yang harus disajikan dalam laporan keuangan. g. Akuntansi Asset Tetap Tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk asset tetap. Masalah utama akuntansi untuk asset tetap adalah saat pengakuan asset, penentuan nilai tercatat crrying value asset tetap. Pernyataan standar ini memenuhi defenisi dan kriteria pengakuan suatu asset dalam kerangka konseptual akuntansi pemerintahan. h. Akuntansi konstruksi dalam pengerjaan Tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk konstruksi dalam pengerjaan dengan metode nilai historis. Masalah utama akuntansi untuk konstruksi dalam pengerjaan adalah jumlah biaya yang diakui sebagai asset yang harus dicatat sampai dengan konstruksi tersebut selesai dikerjakan. Pernyataan standar ini memberikan panduan untuk 1 Identifikasi pekerjaan yang dapat diklasifikasikan sebagai konstruksi dalam pengerjaan 2 Penetapan besarnya biaya yang dikapitalisasi dan disajikan di neraca 3 Penetapan basis pengakuan dan pengungkapan biaya konstruksi i. Akuntansi Kewajiban Tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi kewajiban meliputi saat pengakuan, penentuan nilai tercatat, amortisasi dan biaya pinjaman yang dibebankan terhadap kewajiban tersebut. j. Koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi dan peristiwa luar biasa tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi atas koreksi kesalahan, perubahan, kebijakan akuntansi dan peristiwa luar biasa. k. Laporan Keuangan Konsolidasi Tujuan pernyataan standar ini adalah untuk mengatur penyusunan laporan keuangan konsolidasi pada unit-unit pemerintahan dalam rangka laporan keuangan untuk tujuan umum general purpose financial statement. Demi meningkatkan kualitas dan kelengkapan laporan keuangan dimaksud. Dalam standar ini, yang dimaksud dengan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan termasuk lembaga legislatif sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang–undangan.

B. Pendidikan dan Pelatihan

Sumber daya manusia yang ada didalam suatu organisasi perlu pengembangan sampai pada taraf tertentu sesuai dengan perkembangan organisasi. Apabila organisasi ingin berkembang seyogyanya diikuti oleh pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia ini dapat dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan atau dapat disebut peningkatan human capital Estiningsih, 2008 Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk pengembangan SDM, terutama untuk pengembangan kemampuan intelektual dan kepribadian. Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga yang digunakan oleh suatu organisasi, sedangkan pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau keterampilan pekerja yang sudah menduduki suatu jabatan atau tugas tertentu. Tjiptono dan Diana 1995 mengemukakan alasan–alasan atau faktor– faktor penyebab kebutuhan pendidikan dan pelatihan : a. Kualitas angkatan kerja yang ada Perhatian terhadap angkatan kerja di sini adalah orang-orang yang berharap calon menjadi Pegawai Negeri Sipil. Tugas– tugaspekerjaan–pekerjaan baru yang menjadi beban bagi aparatbirokrasi pemerintah akan dipenuhi oleh angkatan kerja tersebut. Oleh karenanya, kualitas angkatan kerja merupakan hal yang penting. Kualitas angkatan kerja kesiapsediaan dan potensi yang dimilikinya. b. Persaingan global Semua organisasi, baik sektor privat maupun sektor publik, pada saat ini harus menyadari bahwa mereka tengah menghadapi era baru, globalisasi. Dalam konteks suatu bangsa, pada era ini dimana persaingan yang begitu ketat akan menjadi kendala bagi kemajuan atau bahkan menemui kehancurannya. Agar dapat mampu bersaing dan memenangkan persaingan itu, suatu bangsa harus mempersiapkan diri di semua sektor. Satu hal penting yang menjadi senjata paling ampuh dalam mengantisipasi kecenderungan itu adalah sumber daya manusia SDM yang unggul. Disini peran pendidikan dan pelatihan sangat dibutuhkan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. c. Perubahan yang cepat dan terus menerus Perubahan yang berlangsung dalam lingkungan organisasi birokrasi pada saat ini begitu cepat dan dinamis. Pengetahuan dan keterampilan sebagai sarana pendukung kinerja organisasi telah berkembang terus– menerus tanpa ada yang dapat menghalangi. Dalam lingkungan seperti ini sangat memperbaharui kemampuan pegawai secara konstan. Organisasi yang tidak memahami perlunya pendidikan dan pelatihan tidak akan mungkin dapat mengikuti perubahan tersebut. d. Masalah–masalah alih teknologi Alih teknologi adalah perpindahan atau transfer teknologi dari satu objek ke objek yang lain. Ada dua tahap dalam proses alih teknologi. Tahap pertama, komersialisasi teknologi baru yang dikembagkan di laboratorium riset atau penemu individu. Tahap ini merupakan perkembangan bisnis dan tidak melibatkan pendidikan dan pelatihan. Tahap kedua, difusi teknologi, dimana terjadi proses pemindahan teknologi yang baru dikomersialkan ke dunia kerja untuk meningkatkan produktivitas, kualitas dan daya saing. Difusi teknologi memerlukan pendidikan dan pelatihan. e. Perubahan keadaan demografi Perubahan keadaan demografi menyebabkan pendidikan dan pelatihan menjadi semakin penting dewasa ini. Kerjasama ini akan menjadi penghalang bila keadaan ini tidak tertanggulangi dalam pelaksaan tugas organisasi. Oleh karena itu, pendidikan dan pelatihan dibutuhkan untuk melatih karyawan yang berbeda latar belakangnya agar dapat bekerjasama secara harmonis. Untuk mengatasi perbedaan budaya, sosial dan jenis kelamin dibutuhkan pendidikan dan pelatihan, komitmen dan perhatian. Estiningsih 2008 menyatakan bahwa untuk pendidikan dan pelatihan ini, langkah awalnya perlu dilakukan analisis kebutuhan atau need assessment, yang menyangkut tiga aspek, yaitu : a. Analisis organisasi, untuk menjawab pertanyaan : ‘’bagaimana organisasi melakukan pelatihan bagi pekerjanya’’, b. Analisis pekerjaan, dengan pertanyaan : ‘’Apa yang harus diajarkan atau dilatihkan agar pekerja mampu melaksanakan tugas atau pekerjaanya’’dan, c. Analisis pribadi, menekankan ‘’Siapa membutuhkan pendidikan dan pelatihan apa’’. Hasil analisis ketiga aspek tersebut dapat memberikan gambaran tingkat kemampuan atau kinerja pegawai yang ada di organisasi tersebut.

1. Pengertian Pendidikan

Ada beberapa yang dapat digunakan mendefinisikan pelatihan training, diantaranya adalah : a. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Mahyuddin 2005, ‘’pendidikan adalah proses penguasaan sikap dan tata kelakuan seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan atau proses perbuatan cara mendidik’’ b. Menurut Notoadmodjo 1992, ‘’pendidikan di dalam suatu organisasi adalah suatu proses pengembangan kemampuan kearah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan’’. c. Menurut Undang–Undang Sistem Pendidikan Nasional dalam Kurnia 2005, ‘’pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang’’. d. Menurut Miarso dalam Maydina 2007, ‘’pendidikan adalah pembentukan sikap, pengusaan keterampilan, dan perolehan pengetahuan sebelum memasuki dunia kerja’’.

2. Pengertian Pelatihan

Peningkatan SDM melalui pelatihan training sangat penting untuk meningkatkan serta mempertahankan profesionalisme para pegawai Roesyanto, 2005:13. Dalam jangka pendek pelatihan merupakan suatu cara yang cukup strategis dalam membantu upaya peningkatan SDM suatu organisasi baik di pabrik maupun dikantor. Program pelatihan yang direncanakan dan kesinambungan dapat mendorong para pegawai untuk meningkatakan serta mempertahankan profesionalismenya, dan pada akhirnya akan berdampak pada kinerja mereka dan pada akhirnya akan dapat peningkatan dan performa pegawai. Untuk lebih memahami pengertian dari pelatihan maka terdapat beberapa pengertian yang dapat digunakan mendefinisikan pelatihan training, diantaranya adalah : a. Menurut Ruky 2001 dalam Estiningsih 2008, “pelatihan adalah suatu untuk meningkatkan atau memperbaiki kinerja karyawan dalam pekerjaanya sekarang dan dalam pekerjaan lain yang terkait dengan yang sekarang dijabatnya, baik secara individu maupun sebagai bagian dari sebuah team kerja’’. b. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989, ‘’pelatihan adalah proses melatih; kegiatan atau pekerjaan’’. c. Menurut Cross dalam Maydina 2007, ‘’pelatihan training diukur dari apa yang dapat kamu lakukan setelah kamu menyelesaikan masa pelatihan itu. Training adalah melakukan. Training meningkatkan performance’’. d. Menurut Jacius dalam Estiningsih 2008,’’ Training adalah setiap proses dalam mengembangkan bakat, keterampilan dan kemampuan pegawai agar dapat menyelesaikan pekerjan–pekerjaan tertentu’’. e. Menurut Notoadmodjo 1992, ‘’pelatihan merupakan bagian dari suatu proses pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau kelompok orang‘’. f. Menurut Otto dan Glasser dalam Martoyo 1992,’’ pelatihan training adalah usaha-usaha peningkatan pengetahuan maupun keterampilan pegawai, sehingga didalamnya sudah menyangkut pengertian pendidikan education’’. g. Menurut Sikula 1976 dalam Muhandar 1978, ‘’Training adalah proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, dimana tenaga kerja non- manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan–tujuan tertentu’’. h. Menurut Westerman dan Donoghue 1992, ‘’pelatihan sebagai pengembangan secara sistimatis pola sikappengetahuankeahlian yang diperlukan oleh seseorang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaannya secara memadai’’. i. Menurut Miarso dalam Maydina 2007,’’pelatihan adalah peningkatan kemampuan secara khusus dalam suatu lingkungan kerja’’. Selain pengertian dari masing–masing bagian, terdapat beberapa pengertian dari beberapa ahli mengenai pendidikan dan pelatihan secara bersama– sama atau disebut dengan diklat, yaitu : a. Menurut Campbell, Dunnette, Lawler and Weick 1970 dalam Waxley dan Yukl 1976. ‘’Developing focuses more on improving the decision–making and human relations skills of middle and upper level management, while training involves lower level employees and presentation of a more factual and narrow subyect matter’’. b. Menurut Notoatmodjo 1992, ‘’Pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk pengembangan sumber daya manusia, terutama untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual dan kepribadian manusia’’. c. Menurut peraturan pemerintah No.1012000, “Pendidikan dan pelatihan jabatan pegawai negeri sipil adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan pegawai negeri sipil’’. d. Menurut Wexley dan Yukl 1976.’’ Training and development are terms referring to planed efforts designedte facilitate the acquisition of relevant skills, knowledge, and attitudes by or organizational members’’. Martoyo 1992 menyatakan bahwa meskipun ada perbedaan–perbedaan antara pengertian pendidikan dengan pelatihan, namun perlu disadari bersama bahwa baik latihan training maupun pengembanganpendidikan development, kedua–duanya menekankan peningkatan keterampilan ataupun kemampuan dalam human relation.

3. Jenis – jenis Pendidikan dan pelatihan

Jenis–jenis pendidikan dan pelatihan sebagaimana terungkap dalam Peraturan Pemerintah No.1012000 : a. Diklat prajabatan Diklat prajabatan adalah diklat yang dilaksanakan sebagai syarat pengangkatan calon PNS menjadi PNS. Diklat prajabatan dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian, dan etika PNS, di samping pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan Negara, bidang tugas, dan budaya organisasi agar mampu melaksanakan tugas dan perannya sebagai pelayanan masyarakat. Diklat prajabatan terdiri atas : 1 Diklat prajabatan golongan I untuk menjadi PNS golongan I; 2 Diklat prajabatan golongan II untuk menjadi PNS golongan II 3 Diklat prajabatan golongan III untuk menjadi PNS golongan III. b. Diklat dalam jabatan Diklat dalam jabatan adalah diklat yang dilaksanakan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap PNS agar dapat melaksanakan tugas–tugas pemerintahan dan pembangunan dengan sebaik–baiknya. Diklat dalam jabatan terdiri atas : 1 Diklat kepemimpinan Diklatpim, yaitu diklat yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah yang sesuai dengan jenjang jabatan struktural. Diklatpim terdiri atas : a Diklatpim tingkat IV. yaitu diklatpim untuk jabatan struktural eselon IV; b Diklatpim tingkat III. yaitu diklatpim untuk jabatan struktural eselon III; c Dilatpim tingkat II, yaitu diklatpim untuk jabatan struktual eselon II; dan d Diklatpim tingkat I, yaitu diklatpim untuk jabatan struktural eselon I. 2 Diklat fungsional, yaitu diklat yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan Kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional masing–masing 3 Diklat teknis, yaitu diklat yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas PNS. Kedua diklat tersebut fungsional dan teknis untuk masing–masing jabatan ditetapkan oleh instansi Pembina jabatan fungsional dan instansi teknis yang bersangkutan.

4. Tahap–tahap pendidikan dan pelatihan

Dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan program pendidikan dan pelatihan PNS, maka salah satu prasyarat yang perlu dipedomani adalah melakukan prinsip–prinsip pendidikan dan pelatihan dengan senantiasa menerapkan pendekatan sistem melalui penerapan manajemen diklat yang efektif dan efisien Najamudin, 2004, Menurut Najamudin 2004 terdapat 4 tahap dalam pendidikan dan pelatihan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penyelenggaraan, monitoring dan evaluasi. a. Perencanaan Sebagai tahap awal dan dalam perencanaan pendidikan dan pelatihan adalah melakukan analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan training needs assessment dengan mengidentifikasi dan mengukur adanya kesenjangan kemampuan yang seharusnya dikuasai aparatur dalam melaksanakan tugas– tugasnya. Dengan Training Needs Assesment dapat diketahui jenis pendidikan dan pelatihan apa yang sesungguhnya sangat dibutuhkan yang sesuai dengan kebutuhan daerah dan merupakan tuntutan tugas pokok dan fungsi tanggung jawab birokrasi di daerah Revida, 2007 Dessler 1995 membagi dua teknik utama dalam menentukan kebutuhan pendidikan dan pelatihan, yaitu analisis tugas dan analisis prestasi. 1 Analisis tugas merupakan suatu studi pekerjaan yang terperinci untuk menentukan jenis keterampilan khusus yang diperlukan pegawai, 2 Analisis prestasi adalah upaya memverifikasi fakta adanya kemunduran itu harus diatasi melalui pendidikan dan pelatihan atau dengan cara lain, misalnya mengganti perangkatperalatan atau memindahkan pegawai yang bersangkutan. b. Pengorganisasian Hasil dari analisis kebutuhan diklat tersebut selanjutnya menjadi acuan dalam menyusun desain program pendidikan dan pelatihan mulai dari penetapan tujuan pelatihan, penetapan kurikulumsilabi, penetapan metode, penetapan peserta dan tenaga pengajar, strategi, evaluasi, maupun sarana dan prasarana yang diperlukan. c. Penyelenggaraan Setelah selesainya penyusunan desain program pendidikan dan pelatihan, maka program pendidikan dan pelatihan dapat diselenggarakan. Dengan demikian dapat diharapkan program pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan benar–benar merupakan proses transformasi untuk membentuk aparatur menjadi professional, memiliki pengetahuan, sikap atau nilai etika pemerintahan yang baik good governance dan keahlian yang diperlukan dalam meningkatkan kualitas kinerja pelayanan publik. d. Monitoring dan evaluasi Kegiatan evaluasi terhadap hasil sebuah program pendidikan dan pelatihan menjadi penting untuk dilakukan sehingga dapat diketahui apakah tujuan sebuah program diklat yang telah dilaksanakan tercapai atau tidak. Hasil evaluasi tersebut selanjutnya dapat menjadi umpan balik dalam penyusunan rencana program pendidikan dan pelatihan selanjutnya.

5. Metode pelaksana program dan pelatihan

Estiningsih 2008 menyatakan ada dua strategi pendidikan pelatihan yang dapat dilakukan organisasi, yaitu metode di luar pekerjaan off the job side dan metode di dalam pekerjaan on the job side a. Metode di luar pekerjaan off the jon side Pada metode ini pegawai yang mengikuti pendidikan atau pelatihan keluar Sementara dari pekerjaannya, mengikuti pendidikan dan pelatihan secara intensif, metode ini terdiri dari 2 teknik, yaitu : 1 Teknik presentasi imformasi, yaitu menyampaikan informasi yang tujuannya mengintroduksikan pengetahuan, sikap dan keterampilan baru kepada peserta. Teknik ini dapat dilakukan melalui ceramah biasa, teknik diskusi, teknik pemodelan perilaku behavioral modeling, metode kelompok T, yaitu mengirim pekerja ke organisasi yang lebih maju untuk dipelajari teori dan mempraktikkannya. 2 Teknik simulasi, simulasi adalah meniru perilaku tertentu sedemikian rupa sehingga peserta pendidikan dan latihan merealisasikan seperti keadaan sebenarnya, Teknik ini seperti : simulator alat 0 alat kesehatan, studi kasus case study, permainan peran role playing, dan teknik dalam keranjang in basket, yaitu dengan cara memberikan bermacam–macam masalah dan peserta diminta untuk memecahkan masalah tersebut sesuai dengan teori dan pengalamanya. b. Metode di dalam pekerjaan on the jon side Pelatihan ini berbentuk penguasa pekerja baru, yang dibimbing oleh pegawai yang berpengalaman atau senior Wilson, 1983 ; Sloane dan Witney, 1988. Pekerja yang senior yang bertugas membimbing pekerja baru diharapkan memperlihatkan contoh–contoh pekerjaan yang baik, dan memperlihatkan penanganan suatu pekerjaan yang jelas. Selain kedua metode di atas, Estiningsih 2008 menyatakan bahwa terdapat beberapa metode lain yang dapat dilakukan dalam organisasi, sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan, organisasi langsung di tempat kerja, yaitu belajar sendiri self- learning, tutorial, studi kasus, gugus kendali mutu. a. Self – Learning belajar sendiri Belajar secara mandiri merupakan suatu pembelajaran melalui modul, yaitu materi yang berisi langkah–langkah proses belajar yang sistematis, Modul disusun sedemikian rupa, sehingga peserta atau pembaca modul dapat dengan mudah dituntut untuk mempelajarinya langkah demi langkah. Peserta harus mengikuti langkah–langkah atau tahapan yang ada dalam modul tersebut. Dalam menggunakan modul, diperlukan adanya narasumber atau instruktur yang dapat memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta, setelah mengikuti pembelajaran melalui modul, biasanya diikuti dengan lembar evaluasi, untuk menilai seberapa jauh para peserta dapat memahami isi modul tersebut. Kelebihan dari cara pembelajaran ini adalah menjamin kemampuan belajar tiap peserta, dapat menjangkau banyak peserta serta dengan cepat dapat dapat menilai kecakapannya. Sedangkan kelemahannya, memerlukan banyak waktu dalam menyusul modul biaya pembuatan moduk tinggi. Dalam hal ini diperlukan motivasi yang kuat dari peserta untuk belajar. b. Tutorial Tutorial adalah suatu metode dalam proses pembelajaran dengan cara memberikan tugas pada suatu kelompok dengan topik tertentu yang kemudian didiskusikan dalam kelompok tersebut. Tujuan dari cara ini adalah memantapkan pemahaman peserta terhadap materi. Untuk tercapainya tujuan tersebut diperlukan referensi atau buku–buku dan waktu yang cukup untuk pembahasan, tutornara sumber, dalam sistem ini peserta berinteraksi melalui diskusi ilmiah berdasarkan referensi yang tersedia dan hasilnya disusun dalam suatu makalah untuk kemudian dipresentasikan. Kelebihan metode ini adalah analisis suatu topik dibahas secara mendalam, sehingga menjamin dasar ilmiahnya dan terjadinya interaksi dalam kelompok. c. Studi Kasus Studi kasus adalah suatu metode pembelajaran dengan mengajak peserta menganalisis masalah dan memilih alternatif–alternatif pemecahan masalah. Metode ini bertujuan untuk membantu peserta mengembangkan daya intelektualnya dan keterampilan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan, dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah, kasus yang dibahas harus memberikan pengalaman yang realistik, aktual, praktis, dan mempunyai keterkaitan dengan ruang lingkup pekerjaannya. Pemilihan kasus perlu mempertimbangkan latar belakang pendidikan peserta, penggunaan metode ini didahului dengan penjelasan mengenai prinsip–prinsip pendekatan dan pemecahan masalah, sehingga peserta dapat mengembangkan kemampuannya untuk menganalisis suatu permasalahan. d. Gugus kendali Mutu Gugus Kendali Mutu merupakan proses perbaikan kinerja staf secara terus–menerus, melalui suatu wadah yang melibatkan staf pada tingkat pelaksana dalam kelompok kecil 3 – 8 orang dan berada dalam satu lingkup kerja yang sama. Tujuan dari gugus kendali mutu ini adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan semua staf berperan serta dalam memecahkan masalah di tempat kerjanya, guna meningkatkan mutu dan produktifitas kerja.

C. Latar Belakang Pendidikan

Menurut Badan pemeriksa keuangan BPK 2006 dalam TOR 2008, ‘’jumlah SDM Aparatur yang berlatar belakang akuntasi pada satuan kerja pengelola keuangan baik di pusat maupun daerah, jumlahnya sangat terbatas’’. Kondisi tersebut berdampak pada ketidakuratan proses pencatatan, keterbatasan dalam penyajian laporan, dan penerapan sistem akuntasi yang benar BPK 2006 dalam TOR 2008, Menurut Nasution 2007 dalam Antara 2007,’’Kualitas sumber daya manusia dalam menyusun laporan keuangan masih terbatas karena sebagian besar sumber daya manusia saat ini masih memiliki latar belakang pendidikan di luar akuntansi’’.

D. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Penelitian mengenai faktor–faktor yang menghambat penerapan SAP secara bersama–sama belum pernah dilakukan. Namun, peneliti mengenai pengaruh pemahaman terhadap SAP, pendidikan dan pelatihan, latar belakang pendidikan secara parsial pernah dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Enho 2008 pada pemerintah Kota Medan menunjukkan bahwa pemahaman SAP, pendidikan dan pelatihan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan serta memiliki hubungan yang negatif, serta latar belakang pendidikan mempunyai hubungan positif namun tidak mempunyai pengaruh yang signifisikan terhadap penyusunan laporan keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah variabel independent yaitu pemahaman SAP, pendidikan dan pelatihan, serta latar belakang pendidikan memberikan hasil yang signifikan dengan objek penelitian Pemerintah Kota Binjai. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda linier dengan variabel independent dan satu variabel dependen. Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Indah 2008 Pengaruh semester daya manusia dan perangkat pendukungnya terhadap keberhasilan penerapan peraturan pemerintah No. 24 Tahun 2005 pada pemerintah kota medan Independent variabel sumber daya dan perangkat pendukung dependen variable keberhasilan penerapan pemerintah No. 24 Tahun 2005 Sumber daya dan perangkat pendukung dependen variable keberhasilan penerapan pemerintah No. 24 Tahun 2005 2 Yohannes 2008 Pengaruh Pengalaman SAP Pendidikan Independent variabel pemahaman SAP Pemahaman Sap Pendidikan Dan Pelatihan Serta Dan Pelatihan Serta Latar Belakang Pendidikan Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kota Medan pendidikan dan pelatihan serta latar belakang pendidikan dependen variabel penyusunan laporan keuangan Latar Belakang Pendidikan Variabel Penyusunan Laporan Keuangan 3 Junita P. Rajana Hrp Pengaruh Pemahaman SAP, Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematang Siantar Independent variabel Pengaruh Pemahaman SAP, Pendidikan dan Pelatihan dependen Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematang Siantar Pengaruh Pemahaman SAP, Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematang Siantar BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang bisnis Sugiyono, 2007:4 A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian assosiatif kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih Sugiyono, 2007 : 11. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor- faktor yang menjadi kendala penerapan standar akuntasi pemerintahan sebagai variabel dependen.

B. Populasi dan Sampel Penelitian