teknologi yang canggih dengan ditopang kekuatan ekonomi yang bisa menguasai pasar dunia.
Jepang memang hanya mengalami kehancuran fisik sejak dua kota industrinya itu luluh lantak dihancurkan oleh bom atom. Tetapi disisi lain sudah lama Jepang
mempelajari spirit modernisasi dari Eropa dan Amerika Serikat. Modernisasi Jepang telah berlangsung sepanjang kurun waktu pemerintahan Meiji yang kita kenal dengan
Restorasi Meiji. Modernisasi ini ditopang pula oleh akar budaya yang telah terbentuk sejak zaman Tokugawa.
Sehingga masyarakat Jepang telah memiliki mental yang kuat untuk bangkit dari keterpurukannya dan hasilnya bisa dilihat bahwa negara Jepang bisa
dikatakan negeri yang kaya di wilayah Asia. Kemajuan Jepang ini dapat kita lihat dari berbagai sektor misalnya, teknologi, ekonomi, budaya, bahasa partisipasi masyarakat
dan lain-lain. Bahasa jepang pun kian lama kian maju dan mengalami perubahan kata atau kalimat, ini sangat menarik untuk dibahas sehingga penulis memilih judul
PERUBAHAN BENTUK KATA DALAM BAHASA JEPANG sebagai kertas
karya ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Kertas Karya ini adalah : 1.
Untuk mengetahui bahasa Jepang dan pola kalimat . 2.
Untuk mengetahui tentang pembentukan kata dalam bahasa Jepang. 3.
Sebagai salah satu syarat kelulusan dari program D3 Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam kertas karya ini penulis hanya membahas tentang pembentukan kata dalam bahasa jepang dan perubahan bahasa jepang, pola kalimat dan cara pengucapan
yang benar.
1.4 Metode Penulisan
Dalam kertas karya ini metode yang dipakai dalam penulisan kertas karya ini adalah studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data-data atau informasi
dengan cara membaca buku yang berkaitan dengan objek pembahasan kertas karya ini. Selanjutnya data dianilisis dan dirangkum untuk kemudian dideskripsikan ke
dalam bab kertas karya ini.
BAB II GAMBARAN UMUM
TENTANG PEMBENTUKAN KATA DALAM BAHASA JEPANG
2.1 Morfem Dalam Bahasa Jepang
Morfem keitaiso merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak bisa dipecahkan lagi ke dalam satuan makna yang lebih kecil lagi. Misalnya,
kata daigaku ‘universitas’ terdiri atas dua huruf kanji yaitu ‘dai’ dan ‘gaku’. Banyak kosakata lainnya yang dibentuk dengan menggunakan kedua huruf tersebut, misalnya
daijin ‘mentri’, kakudai ‘pembesaran’, gakkou ‘sekolah’, gakusie ‘mahasiswa’, dan sebagainya. Dilihat dari hurufnya kata DAIGAKU úniversitas’, terdiri atas dua satuan
yaitu dai ‘besar’dan gaku ‘sekolah’, tetapi kedua satuan tersebut tidak bisa dipecahkan lagi menjadi satuan yang lebih kecil yang mengandung makna. Satuan
terkecil yang secara leksikal bermakna ‘besar’ dan yang secara leksikal bermakna ‘belajarilmu’masing-masing merupakan satu morfem
Dalam bahasa jepang, ada kata yang hanya terdiri dari satu suku kata seperti ka ‘nyamuk’dan wa ’gelangring’. Ini pun merupakan satu kata morfem, tetapi kata
kawa ‘sungai’meskipun terdiri dari dua silabis, yaitu ka dan wa , tetap merupakan satu morfem, karena ka dan wa pada kata {kawa} tidak mengandung suatu makna.
Lain halnya dengan verba atau adjektiva dapat terdiri atas beberapa morfem . misalnya, verba kaku ‘menulis’dan adjektiva takai ‘tinggimahal’terdiri atas dua
bagian yaitu bagian depan yang ditulis dengan huruf kanji ‘ka’ dan ‘taka’ tidak mengalami perubahan yang disebut dengan gokan ‘suku kata depan. sedangkan
bagian belakang yang biasa ditulis dengan huruf hiragana yaitu ‘ku’ dan ‘i’