Morfem Dalam Bahasa Jepang
mengalami perubahan bentuk dan disebut dengan gobi ‘suku kata terkhir ending’. Kedua bagian tersebut masing-masing merupakan satu morfem.
Akan tetapi, jika diubah ke dalam bentuk yang lain misalnya bentuk menyangkal,kedua kata tersebut menjadi kakanai dan takakunai yang masing-masing
menjadi tiga buah morfem. Morfem tersebut masing-masing adalah : {ka}—{ki}— {masu} dan {taka}—{ku}—{nai}. Dengan demikian, kosakata dalam bahasa jepang
ada yang terdiri atas satu morfem dan ada juga yang terdiri atas dua morfem atau lebih. Hal ini akan dibahas pada bagian berikut.
1. Nomina atau meishi yaitu kata benda nomina yang bisa berfungsi sebagai
sabjek atau objek dalam kalimat, bisa di awali dengan kata tunjuk ‘kono..., sono..., ano..., ...ini, ...itu... sana...’dan bisa berdiri sendiri.
Sebelum melihat jenis-jenis morfem dalam bahasa jepang, terlebih dahulu akan dilihat tentang jenis kata dalam bahasa jepang. Secara garis besarnya, pembagian
jenis kata atau hinshi bunrui dalam bahasa jepang ada enam bagian besar seperti berikut :
2. Verba atau doushi yaitu kata yang bisa berfungsi menjadi predikat dalam suatu
kalimat, mengalami perubahan bentuk atau katsuyou, dan bisa berdiri sendiri. 3.
Adjektiva atau keiyoushi yaitu kata yang mengalami perubahan bentuk dan bisa berdiri sendiri.
4. Adverbia atau fukushi yaitu kata keterangan, tidak mengalami perubahan
bentuk. 5.
Kopula atau jodshi yaitu kata kerja bantu, mengalami perubahan bentuk, tetapi tidak bisa berdiri sendiri.
6. Partikel atau joshi yaitu kata bantu atau partikel, tidak bisa berdiri sendiri dan
tidak mengalami perubahan bentuk.
Kata yang bisa berdiri sendiri dan bisa di jadikan sebagai kalimat tunggal meskipun hanya berdiri dari satu kata dinamakan jiyuu-keitaiso morfem bebas,
sedangkan kata yang tidak bisa berdiri sendiri disebut kousoku-keitaiso morfem terikat. Perhatikan kalimat berikut :
KONJUGASI
Tarou ga yoku terebi o mita. Tarou sering menonton tv.
. Pada contoh diatas, kata tarou dan terebi merupakan morfem bebas, karena
bisa berdiri sendiri dan bisa menjadi kalimat walau hanya dengan satu kata. Tetapi, untuk partikel ga dan o, kata keterangan yoku, dan verba mita baik gokannya
yaitu mi ataupun gobinya yaitu ta, karena masing-masing tidak bisa berdiri sendiri, termasuk kedalam morfem terikat. Kata ka ‘nyamuk’, wa ‘gelang’dan kawa
‘sungai’yang disinggung di atas merupakan contoh dari morfem bebas. Salah satu keistimewaan morfem bahasa jepang adalah lebih banyak morfem
terikatnya daripada morfem bebasnya. Karena, pada nomina pun seperti kata daigaku ‘úniversitas’ yang sudah disinggung di atas, setiap morfemnya tidak bisa berdiri
sendiri dan merupakan morfem terikat. Pemilahan lain dalam bahasa jepang yaitu adanya naiyou-keitaiso kontent
morphem dan kinou-keitaiso funcsion morphem. Naiyou-keitaiso adalah morfem yang menunjukan makna aslinya, seperti nomina, adverbia dan gokan dari verba atau
adjektiva, sedangkan kino-keitaiso adalah morfem yang menunjukan fungsi gramatikalnya, seperti partikel, gobi dari verba atau adjektiva, kopula, dan morfem
pengexpresi kala atau yang disebut dengan jisei-keitaiso. Untuk kedua istilah tersebut
disini penulis menggunakan istilah morfem isi dan morfem fungsi. Misalnya, ferba hashiru ‘berlari’ yang terdiri atas bagian gokan {hashi} dan gobi {ru}, bagian gokan
tersebut sudah menunjukan arti ‘berlari’ yang merupakan morfem isi, sedangkan bagian gobinya menunjukan kala akan yang merupakan morfem fungsi.
Dalam bahasa jepang partikel joshi, kopula jodoushi, dan unsur pembentuk kala jisei-keitaiso merupakan morfem yang termasuk kedalam kousoku-keitaiso
‘morfem terikat’ dan juga termasuk kedalam kinou-keitaiso ‘morfem fungsi’. Machida momiyama 1997 : 53 menggolongkannya sebagai bagian dari setsuji
‘ímbuhan’. Setsuji yang diletakkan di depan morfem yang lainnya disebut settouji ‘áwalan’, sedangkan seitsuji yang diletakkan di belakang morfem yang lainnya
disebut setsubiji ‘akhiran’. Imbuhan inilah yang berperan dalam pembentukan kata dalam bahasa jepang. Perlu dicatat bahwa pengertian imbuhan, awalan dan akhiran
dalam bahsa jepang berbeda dengan pengertian imbuhan yang digunakan dalam lingguistik bahasa Indonesia