Pada verba golongan III, seperti yang ditunjukkan pada contoh di atas SURUする, KU

くる きます ฀ Ki – masu : Datang KU- RU くる ฀ Kuru : Datang 2 mo rfe m くれば ฀ Ku- reba : Dapat dating こい ฀ Ko-i : Akan dating Pada verba KU-RU くる hanya terdiri dari dua morfem isi dan fungsi. Jika diamati kembali pada morfem isi KU く ketika mengalami konjugasi terjadi perubahan menjadi KOこ dan KI き. Pada morfem fungsi RU る juga mengalami perubahan. Ini dikarenakan verba golongan III merupakan verba tidak beraturan sehingga perubahan morfofoginya juga tidak beraturan. Setelah mengetahui, proses morfologi verba yang mengakibatkan perubahan makna verba. Maka perlu juga mengetahui kala waktu tense karena ini juga berhubungan dengan proses morfologi. Berdasarkan contoh kalimat yang ada pada buku pelajaran Shin Nihongo no Kiso I : No. Contoh Verba Lampau Kako 過去 Sekarang Genzai 現在 Akan datang Mirai 未来 1 書 Ka- kimasu きます X Akan menulis 2 読 Yo-mimashita みました X Sudah membaca 3 食 Ta-bemasu べます X Akan makan 4 か Kakemashita けました X Sudah menelfon 5 き Ki-masu ます X Akan dating 6 しま Shi-masendeshita せんでした X Sudah tidak melakuka n 7 す Su-tteimasu っています X Sedang merokok 8 み Mi-teimasu ています X Sedang melihat Berdasarkan data di atas maka dapat dibedakan kala waktu tense pada bahasa Jepang dibagi menjadi tiga yaitu lampau kako 過去, sekarang genzai 現在dan akan datang mirai 未来. Tetapi, verba hanya digunakan pada saat sekarang genzai 現在dan lampaukako 過去. Sehingga, dalam bahasa Jepang verba dengan kala waktu sekarang genzai 現在selalu ditandai dengan perubahan morfem MASU dan verba dengan kala waktu lampau kako過去selalu ditandai dengan perubahan morfem MASHITA. Perubahan verba juga dipengaruhi oleh kala waktu yang akan memperkaya penambahan fonem dan kata dalam bahasa Jepang. 3.2 Perubahan Bentuk Adjektiva. Tujuan bentuk adjektiva ini adalah untuk mengetahui proses pembentukan kata gokeisei dan perubahan bentuk katsuyoukei pada adjektiva keiyoushi dalam bahasa Jepang serta untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh pembentukan kata gokeisei dan perubahan bentuk kata katsuyoukei pada adjektiva keiyoushi bahasa Jepang. Pengembangan adjektiva ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan analisis isi, serta menggunakan studi pustaka. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku Minna no Nihonggo I II dan Advanced Vocabulary Book for Levels 1 2, 500 Essential Japanese Expression A Guide to Correct Usage of Key Sentence Patterns. Data dalam penelitian ini berupa morfem, kata, atau kalimat yang memiliki bentuk adjektiva atau yang sebelum dan sesudahnya berasal dari adjektiva bahasa Jepang. Analisis data yang dilakukan, yaitu data morfem, kaidah penguraian pembentukan kata, kaidah penguraian perubahan kata, dan analisis fungsi. Dari hasil temuan menunjukkan bahwa proses pembentukan kata gokeisei dalam adjektiva keiyoushi bahasa Jepang terbagi atas 3 yaitu afiksasi setsuji, reduplikasi juufuku, dan komposisi fukugo. Dalam afiksasi adjektiva bahasa Jepang terbagi atas 2 bagian yaitu prefiks settouji dan sufiks setsubiji. Prefiks adjektiva bahasa Jepang terdiri atas prefiks KO-, FU-, MA-, KA-, OO-, DAI-, USU-, ASA-, URA-, TE-, DO-, DOSU-, WARU-, TA-, SORA-, NAMA-, MONO-, dan sufiks pada adjektiva bahasa Jepang terdiri atas sufiks –PPOI, -RASHII, dan –SHII. Komposisi pada adjektiva bahasa Jepang terdiri atas reduplikasi kata dasar dengan penanda akhiran adjektiva-na na-keiyoushi dan reduplikasi afiksasi dengan penanda akhiran adjektiva-I i- keiyoushi. Komposisi pada adjektiva bahasa Jepang yaitu terjadi dengan penggabungan dengan jenis kata lain seperti nomina meishi dan verba doushi. Perubahan bentuk kata katsuyoukei terdiri atas mizenkei bentuk kemungkinan atau aktivitas yang belum selesai, renyoukei bentuk sambung, shuushikei bentuk dasar, rentaikei bentuk yang diikuti taigen kateikei bentuk pengandaian. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa adjektiva dalam bahasa jepang ada dua macam, yaitu yang berakhiran gobi I yang disebut dengan keiyoushi atau I-keiyoushi dan yang berakhiran gobi DA atau NA yang dikenal dengan sebutan keiyoudoushi atau NA-keiyoushi. Bagian yang mengalami perubahan bentuk dalam adjektiva-I, yaitu fonem i, sedangkan pada adjektiva-NA yang juga disebut dengan adjektiva-DA yang mengalami perubahannya adalan da . Jenis perubahan adjektiva dalam bahasa jepang hampir sama dengan jenis perubahan verba, tetapi tidak ada perubahan ke dalam bentuk meireikei ‘perintah’. Ini merupakan hal yang wajar sebab makna adjektiva dalam bahasa jepang yaitu kata yang berfungsi untuk menunjukan keadaan, sifat, atau perasaan yang diakhiri dengan huruf i atau da . Berbagai bentuk perubahan untuk kedua jenis adjektiva tersebut, dapat dilihat di bawah berikut ini. Jenis perubahan adjektiva-I dan Adjektiva-NA dalam bentuk kamus.  Bentuk kamus - oo-i shizuka-da . bentuk ini adalah bentuk dasar.  Mizenkei - oo-karou shizuka-daro. Kata kemungkinan.  Ren-youkei - oo-katta shizuka-datta. Adjektiva-I dan adjektiva-NA. oo-ku., shizuka-ni., oo-ku-nai., shizuka-de- nai., oo-kute., shizuka-de. Bentuk lampau + yang diikuti dengan predikat yang menyangkal - sambung atau halus. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Jepang adalah negara fodal,sejak pemerintahan militer berdiri di Jepang,yaitu pada masa kamakura zaman feodalisme dimulai.meskipun pengaruh feodalisme amat kental namun bangsa Jepang memiliki impian menuju kehidupan yang lebih maju dan dapat menguasai dunia.dipemerintahan tokugawa Jepang sudah menciptakan hubungan internasional khususnya dibidang perdagangan dengan bangsa lain. Restorasai Meiji membuat Jepang lebih bebas dalam berinteraksi dengan Negara-negara lain. berkat Restorasi Meiji Jepang berkembang menjadi negara industri yang kuat dan membuat Jepang menjadi negara yang imperialis. Seusai perang dunia I Jepang dengan politik fasisme yang mulai dijalankannya memperlihatkan keunggulan. Dengan mudah Jepang menduduki Manchuria dan mendirikan negara boneka. Jepang juga unggul pada perang Cina-Jepang I 1894-1895 dan perang China- Jepang II 1937 . 2. Salah satu aspek yang mendorong keberhasilan Jepang dalam membangun sumberdaya manusia paska perang dunia II adalah membudayakan sistem “Kerja Kelompok” . Yaitu suatu sistem, yang mana para insinyur Jepang yang dikirim ke Barat untuk belajar harus kembali ke Jepang dengan membawa ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian, ilmu dan teknologi yang mereka bawa harus diajarkan kepada semua anggota kelompoknya. Jepang memprioritaskan kebijakan pemerataan pembangunan. Diantara Negara-negara maju, Jepang adalah negara yang paling tinggi tingkat pemerataan hasil-hasil pembangunannya. Bukan hanya dari aspek pendapatan tetapi juga meliputi fasilitas publik seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur-fisik, dan lain-lain. Rakyat Jepang masa sekarang sudah menikmati fasilitas – fasilitas tersebut. Bahkan untuk daerah pedesaan di pegunungan, mereka mendapatkan fasilitas jalan, air minum dan listrik kurang lebih seperti di Tokyo, Kyoto, Osaka dan kota-kota besar lainnya. 3. Perekonomian Jepang di mulai dari PM Ikeda yang menitik beratkan toleransi dan kesabaran. kebijakan PM Ikeda dalam bidang ekonomi adalah meningkatkan pendapatan masyarakat. Pemerintah Jepang dalam kebijakan ekonomi membuka perbaikan dibidang teknik, investasi dan supply dari Amerika. Pasar dalam negri semakin dibutuhkan dan terus berkembang sehingga ekonomi Jepang terus maju.peningkatan konsumsi terjadi pada televise, kulkas, mesin cuci dan kebutuhan alat elektronik rumah tangga. 4. Keseragaman budaya masyarakatnya, dengan budaya ini memberikan suatu modal dasar untuk mempermudah segala kegiatan yang bersekala nasional maupun lokal. Ada pendorong pisikologis untuk membangun negaranya, politik fasis-ekspansionis yang telah dilakukan rezim militer Jepang sejak perang dunia I. Politik inilah yang telah membawa Jepang benar-benar menjadi negara imperialis modern di belahan timur asia sejak usainya perang dunia II. Kesiapan mental orang Jepang untuk membangun negaranya, orang Jepang memiliki sikap budaya disiplin dan suka bekerja keras yang menjadi bagian hidup bangsa Jepang.