Potensi Karbon Tersimpan Kesimpulan dan Saran

lingkar batang, hutan hujan tropika itu terkenal dengan kerampingannya, dengan lingkar batang satu meter merupakan ukuran yang lumrah. Adalah benar bahwa pohon yang lebih besar mencapai lingkar batang sampai 17 m, tetapi lagi-lagi hal ini juga terlampaui oleh pohon raksasa California Sequoiadendron giganteum dan pohon raksasa Selandia Baru Agathis autralis, yang masing-masing mencapai lingkar batang 23 m Ewusie, 1990. Menurut Kadri 1992 dalam Direktorat Jendral Kehutanan, klasifikasi pohon dalam sebuah hutan sangat berguna untuk keperluan pengelolaan hutan itu sendiri. Klasifikasi pohon dapat didasarkan pada ukuran pohon atau posisi tajuk pohon di dalam hutan. Parameter ukuran pohon yang dimaksudkan berupa diameter batang setinggi dada diameter batang pada ketinggian 130 cm di atas tanah dan tinggi pohon. Untuk setiap fase pertumbuhan, ukuran tersebut akan selalu berbeda. Oleh karena itu, klasifikasi pohon berdasarkan ukuran dibedakan dalam fase-fase sebgai berikut: 1 Semai seedlings, yaitu pohon yang tingginya kurang dari atau sama dengan1,5 meter. 2 Sapihan atau pancang saplings, yaitu pohon yang tingginya lebih dari 1,5 meter dengan diameter batang kurang dari 10 cm. 3 Tiang poles, yaitu pohon dengan diameter batang 10 cm-19 cm. 4 Pohon inti nucleus trees, yaitu pohon dengan diameter batang 20 cm-49 cm. 5 Pohon besar trees, yaitu pohon dengan diameter batang lebih dari 50 cm.

2.4 Potensi Karbon Tersimpan

Cadangan karbon pada suatu sistem penggunaan lahan dipengaruhi oleh jenis-jenis vegetasinya. Suatu sistem penggunaan lahan yang terdiri dari pohon dengan spesies yang mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, biomasanya akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan lahan yang mempunyai spesies dengan nilai kerapatan kayu rendah. Aliran karbon dari atmosfer ke vegetasi merupakan aliran yang bersifat dua arah, yaitu pengikatan CO 2 ke dalam biomasa melalui fotosintesis dan pelepasan CO 2 Universitas Sumatera Utara ke atmosfer melalui proses dekomposisi dan pembakaran. Diperkirakan sekitar 60 Pg karbon mengalir antara ekosistem daratan dan atmosfir setiap tahunnya, dan sekitar 0,7 + 1,0 Pg diserap oleh ekosistem daratan Rahayu et al. 2007. Karbon hutan memainkan peranan penting dalam siklus ekologi secara alami dan berkontribusi dalam mencegah pemanasan global dengan menyerap CO 2 dari atmosfer dan menyimpannya sebagai karbon dalam bentuk materi organik tanaman. Karena separuh massa tanaman merupakan karbon, maka sejumlah karbon tersimpan dalam hutan, sehingga hutan merupakan penyimpan karbon terbesar di daratan bumi Heriansyah et al. 2002. Alih guna lahan dan konversi hutan merupakan sumber utama emisi CO 2 dengan jumlah besar 0,7 + 1,0 Pg per tahun. Apabila laju konsumsi bahan bakar dan pertumbuhan ekonomi global terus berlanjut seperti yang terjadi pada saat ini, maka dalam jangka waktu 100 tahun yang akan datang suhu global rata-rata akan meningkat sekitar 1,7-4,5 C. Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertanian juga dapat melepaskan cadangan karbon ke atmosfer dalam jumlah yang cukup berarti. Namun, jumlah tersebut tidak memeberikan dampak yang berarti terhadap jumlah CO 2 yang mampu diserap oleh hutan dan daratan secara keseluruhan. Dampak konversi hutan ini baru terasa apabila diikuti dengan degradasi tanah dan hilangnya vegetasi, serta berkurangnya proses fotosintesis akibat munculnya hutan beton serta lahan yang dipenuhi oleh bangunan-bangunan dan aspal sebagai pengganti tanah dan rumput Rahayu et al. 2007. Perkebunan bukanlah hutan alami. Hutan alami memiliki berbagai jenis pohon dan menjadi tempat hidupnya bermacam-macam tumbuhan dan hewan. Sebaliknya, perkebunan seringkali hanya memiliki satu spesies pohon dengan umur yang sama dan ditanam berdekatan. Mereka tidak mendukung kehidupan hewan dan memiliki kadar air bersih yang rendah. Pohon-pohon ini juga menyimpan karbon dalam jumlah yang lebih rendah dibandingkan hutan alami. Definisi UNFCCC akan “hutan” belum membedakan hutan alami dengan perkebunan – namun ini hal yang mutlak Novis, 2008. Universitas Sumatera Utara

2.4 Perubahan Iklim