Struktur Vegetasi Pole Kesimpulan dan Saran

menunjukkan spesies tumbuhan yang dominan dalam suatu komunitas Indriyanto, 2005.

4.3 Struktur Vegetasi Pole

Luas Basal Area LBD dari masing-masing famili pada tingkatan pole yang terdapat pada 0, 8 Ha lokasi penelitian di kawasan hutan sekunder 30 tahun desa Telagah kabupaten Langkat ditunjukkan pada Gambar 4.3 berikut: Gambar 4.3 Luas Bidang Dasar Masing-Masing Famili Tingkatan Pole Berdasarkan Gambar 4.3, dapat diketahui bahwa famili Moraceae memiliki Luas Bidang Dasar LBD paling besar yaitu 0, 497 m 2 , dan Myrsinaceae dengan nilai 0, 272 m 2 , selanjutnya Rubiaceae 0, 186 m 2 , Flacourtiaceae 0, 182 m 2 , Euphorbiaceae 0, 114 m 2 , Guttiferae 0, 102 m 2 , Piperaceae 0, 076 m 2 , Myrtaceae 0, 069 m 2 , Apocynaceae 0, 043 m 2 , Chlorantaceae 0, 025 m 2 , Arecaceae 0, 024 m 2 , Alangiaceae 0, 021 m 2 , Anacardiaceae 0, 011 m 2 , dan Fagaceae dengan nilai LBD terkecil yaitu 0, 008 m 2 . Perbedan nilai LBD yang cukup signifikan ini disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah adanya perbedaan kemampuan toleransi masing-masing famili terhadap faktor-faktor lingkungan Tabel 4.6 yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan jenis pada setiap famili. Lebih lanjut lagi Daniel et al. 1992 Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa pertumbuhan juga dipengaruhi oleh zat-zat organik yang tersedia, kelembaban, sinar matahari, tersedianya air dalam tanah dan proses fisiologi tumbuhan tersebut. Naughton Wolf 1990 menyatakan bahwa kompetisi atau persaingan mempengaruhi kemampuan individu untuk bertahan hidup dan bereproduksi, dan dapat ditunjukkan dengan perubahan-perubahan ukuran populasi pada suatu waktu. Dengan semakin bertambahnya waktu, individu-individu tersebut mengalami pertumbuhan yang memerlukan banyak energi sehingga terjadilah persaingan, baik itu persaingan antar individu dalam satu jenis ataupun antar berbagai jenis agar dapat tetap hidup dan tumbuh. Persaingan ini dapat berupa persaingan untuk mendapatkan sinar matahari, hara mineral dan pertahanan terhadap gangguan luar seperti serangan hama dan penyakit. Persaingan ini akan terus berlanjut hingga terjadilah proses seleksi alam, sehingga individu-individu tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk hidup dan tumbuh secara wajar, serta akan dapat menyebabkan kematian bagi individu-individu yang tidak mampu bertahan untuk hidup dan persaingan ini juga mengakibatkan selalu terjadi pengurangan jumlah individu yang bertahan hidup pada setiap tingkat kelas diameternya. Gambar 4.4 berikut menunjukkan perbandingan Luas Bidang Dasar LBD masing-masing jenis pole. Gambar 4.4 Luas Bidang Dasar Jenis-Jenis Pole Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4 menunjukkan Ficus auranthiaceae memiliki nilai LBD paling besar yaitu 0, 4104 m 2 , dan diikuti jenis Ardisia wrayi 0, 2719 m 2 , Homelium longifolium 0, 1822 m 2 , Baccaurea polyneura 0, 1373 m 2 , Macaranga tanaria 0, 0839 m 2 , Piper miniatum 0, 076 m 2 , Eugenia polyantha 0, 0687 m 2 , Anthocepalus cadamba 0, 0593 m 2 , Ficus carthacea 0, 0554 m 2 , Cratoxylon arborescens 0, 0513 m 2 , Cratoxylon cochinense 0, 0510 m 2 , Coffea malayana 0, 0503, Rauwolfia sp. 0, 0427 m 2 , dan selebihnya terdapat pada jenis-jenis pole yang lain yaitu 0, 2189 m 2 Lampiran 4. Menurut Shepherd 1986, persyaratan tumbuh suatu jenis pohon identik dengan kisaran toleransi suatu jenis terhadap faktor tempat tumbuh iklim dan edafik. Iklim mencakup curah hujan , temperatur dan kelembaban nisbih udara. Sedangkan faktor edafik, misalnya ketinggian tempat dari permukaan laut, jenis tanah, pH tanah, dan kandungan unsur hara lainnya. Oleh karena itu kisaran toleransi terhadap faktor- faktor tempat tumbuh akan mempengaruhi kemampuan adaptasi penyesuaian diri setiap jenis pohon terhadap lingkungannya. Berdasarkan kondisi penyebaran struktur tegakan menurut Utami 2007, tegakan hutan dapat diketahui dengan melihat struktur tegakan yang merupakan sebaran pohon persatuan luas. Pada tegakan hutan bekas tebangan, struktur tegakan yang tebentuk berada lebih rendah dari struktur tegakan pada hutan primer. Kondisi ini dapat dikembalikan ke bentuk semula seiring dengan berjalannya waktu.

4.4 Indeks nilai penting INP