ketajaman pendengaran akibat paparan bising Suyono, 1995. Gangguan auditorial dapat diklasifikasikan berdasarkan letak atau posisi gangguan pendengaran pada
sistem pendengaran manusia. Dikenal tiga jenis gangguan hearing loss, yaitu:
2.4.1.1. Sensorineural Hearing Loss
Sesuai dengan namanya, Sensorineural hearing loss diklasifikasikan sebagai masalah pada sistem sensor dan bukan masalah mekanis. Berbeda dengan conductive
hearing loss disebabkan oleh ketidakberesan pada bagian luar dan tengah telinga, sensorineural Hearing Loss disebabkan oleh ketidakberesan pada bagian dalam
telinga, khususnya kokhlea Rambe, 2003. Gangguan telinga dalam dapat menyebabkan tuli saraf, yang mana kelainan
terdapat pada kokhlea, nervus VIII atau di pusat pendengaran. Tuli sensorineural dapat timbul sejak lahir sampai lanjut usia dan dapat mengenai satu telinga saja
unilateral atau kedua telinga bilateral Corwin, 2000. Ketulian sensorineural ini biasanya tidak dapat pulih kembali irreversibel
dan tidak dapat dikoreksi, sehingga dengan pendengaran tidak dapat mengerti akan kata-kata seratus persen. Karenanya penderita tuli sensori neural harus dilatih untuk
membaca suara atau gerakan bibir Rambe, 2003. Umumnya tidak ada perawatan khusus untuk mengobati tuli sesnsorineural,
tetapi dapat dilakukan upaya pencegahan dan penggunaan alat-alat bantu bila diperlukan Bashiruddin, 2008. Ada berbagai penyebab tuli sensorineural, dan
beberapa diantaranya yang sering ditemukan adalah tuli turunan, tuli rubella campak Jerman, tuli pada kelahiran prematur dan tuli karena usia lanjut Bashiruddin, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.4.1.2 Conductive Hearing Loss
Jenis gangguan ini diklasifikasikan sebagai masalah mekanis mechanical hearing loss karena menyerang bagian luar dan tengah telinga pekerja, tepatnya
selaput gendang telinga dan ketiga tulang utama malleolus, incus, stapes menjadi sulit atau tidak bisa bergetar. Akibatnya, pekerja menjadi agak sulit mendengar
Rambe, 2003. Gangguan telinga luar dan tengah dapat menyebabkan tuli konduktif, yang
mana terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh kelainan atau penyakit telinga luar atau telinga tengah Suyono, 1995. Pada tuli konduktif tantangannya
adalah mencari perawatan medis atau operasi untuk memperbaiki atau sekurang- kurangnya mempertajam pendengaran. Alasan hal ini adalah bahwa pada tuli
konduktif, saraf pendengaran tetap normal, dan bila cacat pada mekanisme konduktif dapat diperbaiki, maka pendengaran akan kembali normal Bashiruddin, 2008.
Penyebab tuli konduktif yang paling sering adalah tuli konduktif congenital, otitis media, perforasi akibat traumatik pada gendang telinga, perforasi akibat infeksi di
gendang telinga, dan osteosklerosis Rambe, 2003. Penyumbatan benda asing pada liang telinga dapat memengaruhi terjadinya
tuli konduktif. Penyumbatan sebagian tidak akan mengurangi pendengaran asal gelombang suara masih dapat menyentuh gendang telinga. Benda asing ini dapat
berupa benda padat dengan macam-macam konsistensi maupun benda cair, dan yang sering dijumpai adalah serumen kotoran telinga. Serumen tersebut dapat keras
sekali seperti batu atau lunak dengan berbagai konsistensi sampai cair, yang dapat
Universitas Sumatera Utara
menyumbat liang telinga, sehingga menghalangi gelombang suara untuk dapat menyentuh membran timpani. Serumen dapat berwarna hitam, coklat, kuning sampai
putih. Keberadaan serumen dapat memengaruhi hasil pemeriksaan fungsi pendengaran pada penderita tuli konduktif. Sedangkan bagi penderita tuli saraf,
banyaknya serumen tidak begitu memengaruhi hasil pemeriksaan fungsi pendengaran, Soepardjo dan Soetomo, 1985.
2.4.1.3. Mixed Hearing Loss