tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja maka sebanyak 19 61,3 pekerja menderita tuli ringan dan sebanyak 12 38,7 pekerja menderita tuli sedang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan setiap kenaikan tidak menggunakan alat pelindung diri terdapat kenaikan persentase gangguan
pendengaran. Daerah utama kerusakan akibat kebisingan pada manusia adalah pendengaran
telinga bagian dalam, maka metode pengendaliannya dengan memanfaatkan alat bantu dengar yang bisa mereduksi tingkat kebisingan yang masuk ke telinga bagian
luar dan bagian tengah sebelum masuk ke telinga bagian dalam Sasongko, 2000. Berdasarkan Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja dalam rangka perlindungan tenaga kerja pada BAB IX pasal 13 menyatakan bahwa barang siapa akan memasuki suatu tempat kerja diwajibkan mentaati semua
petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan. Serta ditegaskan dalam hal penyediaan APD pada pasal 14 point c, menyatakan
bahwa perusahaan menyediakan secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan
bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk- petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja.
5.2.4. Hubungan Intensitas Bising terhadap Daya Dengar
Tabel 4.3 menunjukan tabulasi silang antara intensitas bising responden dan daya dengar telinga kiri dengan penjelasan: 1 untuk pekerja yang bekerja pada
Universitas Sumatera Utara
lingkungan kerja dengan intensitas bising 86 dB maka sebanyak 1 12,5 pekerja memiliki fungsi pendengaran normal, sebanyak 6 75 pekerja menderita tuli
ringan, dan sebanyak 1 12,5 pekerja menderita tuli sedang 2 untuk pekerja yang bekerja pada lingkungan kerja dengan intensitas bising 87 dB maka sebanyak 1 7,7
pekerja memiliki fungsi pendengaran normal, sebanyak 9 69,2 pekerja menderita tuli ringan, dan sebanyak 3 23,1 pekerja menderita tuli sedang, 3
untuk pekerja yang bekerja pada lingkungan kerja dengan intensitas bising 88 dB maka sebanyak 3 100 pekerja menderita tuli ringan, 4 untuk pekerja yang
bekerja pada lingkungan kerja dengan intensitas bising 90 dB maka sebanyak 9 81,8 pekerja menderita tuli ringan, dan sebanyak 2 18,2 pekerja menderita tuli
sedang. Tabel 4.4 menunjukan tabulasi silang antara intensitas bising responden dan
daya dengar telinga kanan dengan penjelasan: 1 untuk pekerja yang bekerja pada lingkungan kerja dengan intensitas bising 86 dB maka sebanyak 2 25 pekerja
memiliki fungsi pendengaran normal, sebanyak 4 50 pekerja menderita tuli ringan, dan sebanyak 2 25 pekerja menderita tuli sedang 2 untuk pekerja yang
bekerja pada lingkungan kerja dengan intensitas bising 87 dB maka sebanyak 9 69,2 pekerja menderita tuli ringan, dan sebanyak 4 30,8 pekerja menderita tuli
sedang, 3 untuk pekerja yang bekerja pada lingkungan kerja dengan intensitas bising 88 dB maka sebanyak 2 66,7 pekerja menderita tuli ringan dan sebanyak 1
33,3 pekerja menderita tuli sedang, 4 untuk pekerja yang bekerja pada lingkungan kerja dengan intensitas bising 90 dB maka sebanyak 1 9 pekerja
Universitas Sumatera Utara
memiliki fungsi pendengaran normal, sebanyak 5 45,5 pekerja menderita tuli ringan, dan sebanyak 5 45,5 pekerja menderita tuli sedang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan setiap kenaikan intensitas bising terdapat kenaikan persentase gangguan pendengaran.
Nada 1000 Hz dengan intensitas 85 dB, jika diperdengarkan selama 4 jam tidak akan membahayakan. Intensitas menentukan derajat kebisingan. Intensitas
bising yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pendengaran berupa penurunan daya dengar Suma’mur, 1996.
5.2.5. Hubungan Frekuensi Bising terhadap Daya Dengar