akan lebih cepat mengalami degradasi pada indera pendengarannya Bashiruddin, 2008.
f. Keadaan kesehatan
Keadaan telinga menyebabkan pengaruh pendengaran yang berbeda. Pekerja yang memiliki riwayat penyakit tuli konduktif yaitu mengalami gangguan
telinga luar atau telinga tengah yang mengakibatkan pekerja menjadi agak sulit mendengar. Penyebab tuli konduktif yang paling sering adalah tuli konduktif
congenital, otitis media, perforasi akibat traumatik pada gendang telinga, perforasi akibat infeksi di gendang telinga, dan osteosklerosis Rambe, 2003.
g. Alat pelindung telinga
Pengendalian kebisingan terutama ditujukan bagi mereka yang dalam kesehariannya menerima kebisingan. Karena daerah utama kerusakan akibat
kebisingan pada manusia adalah pendengaran telinga bagian dalam, maka metode pengendaliannya dengan memanfaatkan alat bantu yang bisa mereduksi
tingkat kebisingan yang masuk ke telinga bagian luar dan bagian tengah sebelum masuk ke telinga bagian dalam Sasongko, 2000
2.6. Nilai Ambang Batas Kebisingan
Nilai ambang batas NAB kebisingan di tempat kerja adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat diterima tenaga kerja
tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu Suma’mur, 1996.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Nilai Ambang Batas Kebisingan Waktu pemajanan per hari
Intensitas Kebisingan dalam dBA
8 Jam
85 4
88 2
91 1
94 30
Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,12
Detik 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
Sumber : Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51 MEN 1999 tentang NAB Fisika di Tempat Kerja
Manajemen perusahaan perlu mengusahakan agar kebisingan di tempat kerja lebih rendah dari NAB melalui tindakan teknis, dan apabila tidak mungkin dilakukan,
pemakaian alat pelindung diri yang memenuhi syarat harus diadakan Suma’mur, 1996.
2.7. Landasan Teori
Telinga manusia terus menerus bekerja sebagai pintu masuk komunikasi dan informasi melalui proses transformasi yang rumit dan kompleks untuk
menginterpretasikan getaran suara dan bunyi lingkungan Pearce, 2002. Kebisingan
Universitas Sumatera Utara
didefinisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki. Intensitas bising yang tinggi akan dapat mengganggu kesehatan khususnya gangguan organ telinga berupa
penurunan daya dengar atau sering disebut sebagai ketulian. Ketulian dapat bersifat permanen maupun sementara Azwar, 1990. Kebisingan merupakan bunyi yang
tidak dikehendaki sehingga dapat menimbulkan gangguan konsentrasi, komunikasi,
kenikmatan kerja dan ketulian menetap Siswanto, 1990.
Nilai Ambang Batas NAB kebisingan di tempat kerja adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat diterima tenaga kerja
tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu Suma’mur, 1996. NAB
kebisingan adalah 85 db A Keputusan Menteri Tenaga Kerja no 51 MEN 1999. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi ketulian adalah intensitas bising,
frekuensi kebisingan, lama paparan, masa kerja, umur dan alat pelindung diri Suma’mur, 1996. Penelitian Suyanto 2006 menunjukkan bahwa intensitas bising,
frekuensi bising, masa kerja, dan umur memiliki pengaruh terhadap terjadinya penurunan daya dengar.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Kerangka Konsep Penelitian