Pembuatan Larutan Induk Baku Tetrasiklin HCl BPFI Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Ekstraksi Sampel

3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1 Pembuatan Pereaksi

3.3.1.1 Larutan HCl 0,1 N

Sebanyak 8,4 ml HCl pekat diencerkan dengan air suling dalam labu ukur 1000 ml hingga garis tanda.

3.3.1.2 Buffer McIlvaine pH 4

Buffer McIlvaine dibuat dengan mencampurkan larutan natrium pospat dengan larutan asam sitrat. Larutan natrium pospat dibuat dengan melarutkan 7,1025 g dinatrium hidrogen pospat anhidrat dengan air suling hingga garis tanda dalam labu ukur 250 ml. Larutan asam sitrat dibuat dengan melarutkan 5,2525 g asam sitrat monohidrat dengan air suling hingga garis tanda dalam labu ukur 250 ml. Buffer McIlvaine dibuat dengan mencampurkan 200 ml larutan asam sitrat dengan 125 ml larutan natrium fosfat. Kemudian di cek pH nya Laboratory Quality Assurance Division, 2007.

3.3.1.3 Buffer McIlvaine-EDTA

Sebanyak 12,98 g dinatrium EDTA dihidrat dilarutkan ke dalam 325 ml buffer McIlvaine Laboratory Quality Assurance Division, 2007.

3.3.1.4 Larutan metanol asam oksalat 0,01 M

Sebanyak 0,126 g asam oksalat dihidrat dilarutkan dengan metanol dalam labu ukur 100 ml, cukupkan hingga garis tanda Laboratory Quality Assurance Division, 2007.

3.3.2 Pembuatan Larutan Induk Baku Tetrasiklin HCl BPFI

Sejumlah lebih kurang 25,0 mg tetrasiklin BPFI ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, dilarutkan dengan asam klorida HCl 0,1 Universitas Sumatera Utara N lalu dicukupkan sampai garis tanda dengan HCl 0,1 N dan dikocok homogen, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 µgml, larutan ini disebut larutan induk baku LIB I. Dari larutan ini dipipet 5,00 ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, lalu diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda sehingga diperoleh konsentrasi 50 µgml LIB II.

3.3.3 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Sejumlah 5,00 ml larutan induk baku LIB II 50 µgml dipipet, dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml, kemudian diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda 10 µgml. Lalu dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 10 µgml. kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 200-400 nm. Perhitungan konsentrasi pengukuran pada pemilihan panjang gelombang dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 32.

3.3.4 Ekstraksi Sampel

Sampel yang telah dihaluskan kemudian ditimbang sebanyak 10 g, ditambahkan 20,0 ml buffer McIlvaine-EDTA pH 4, lalu divortex selama 10 menit. Kemudian di sentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm pada suhu 15 C selama 10 menit. Larutan supernatan diambil dan endapan ditambahkan lagi dengan 10,0 ml buffer McIlvaine-EDTA dan disentrifugasi lagi dengan kecepatan 3500 rpm pada suhu 15 C selama 10 menit. Supernatan diambil dan endapan ditambahkan lagi dengan 10,0 ml buffer McIlvaine-EDTA dan disentrifugasi lagi dengan kecepatan 3500 rpm pada suhu 15 C selama 10 menit. Supernatan yang diperoleh kemudian dikumpulkan kemudian di sentrifugasi lagi dengan kecepatan 5000 rpm selama 20 menit pada suhu 15 C. Universitas Sumatera Utara Dipasang Cartridge SPE C18 pada Vacum manifold. Cartridge dikondisikan dengan 10,0 ml metanol dan 20,0 ml air suling dalam kondisi vakum pada laju 1,5 – 2,5 mlmenit conditioning step. Supernatan yang diperoleh pada tahap akhir sentrifugasi dimasukkan ke dalam cartridge lalu dijalankan dalam kondisi vakum pada laju yang sama loading step. Selanjutnya cartridge dibilas dengan 20,0 ml air suling lalu didiamkan selama 5 menit. Tetrasiklin yang terikat pada fase diam dielusi dari cartridge dengan 6 ml metanol asam oksalat 0,01 M elutioning step Laboratory Quality Assurance Division, 2007. Hasilnya dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N hingga garis tanda larutan sampel.

3.3.5 Penentuan Kadar Residu Tetrasiklin dalam Daging Ayam Pedaging