adalah kurun waktu dari saat pemberian obat terakhir hingga ternak boleh dipotong atau produknya dapat dikonsumsi Bahri, 2008. Waktu henti pemakaian
antibiotik golongan tetrasiklin adalah 5 hari menjelang ternak dipotong Lastari, dkk., 1987.
2.1.4 Efek Residu Antibiotik dalam Produk Ternak terhadap Kesehatan
Pemakaian yang luas dari obat-obatan pada ternak menimbulkan kemungkinan yang besar terjadinya residu obat maupun metabolitnya dalam
produk ternak. Kehadiran residu obat-obatan di dalam makanan tentu akan mempengaruhi kesehatan manusia. Salah satunya misalnya terjadinya reaksi
alergi dari antibiotik golongan β-laktam pada konsumen yang sensitif. Efek lain yang mungkin timbul yaitu terjadinya keracunan, resistensi mikroba dan
gangguan fisiologis pada manusia Botsoglou dan Fletouris, 2001.
2.2 Analisis Residu Tetrasiklin
Analisis residu antibiotik golongan tetrasiklin secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT telah dikembangkan oleh Muriuki, et.al. 2001 dan
Suryani 2009. Muriuki menganalisis residu tetrasiklin dalam daging sapi dengan menggunakan detektor penangkap elektron dengan fase gerak metanol-asetonitril-
asam oksalat 0,01 M 1 : 1,5 : 2,5 pada laju alir 2 mlmenit. Kadar residu yang diperoleh berkisar 524 µgkg – 1046 µgkg. Sementara Suryani menganalisis
residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging dengan memanfaatkan detektor berkas fotodioda dengan fase gerak asam oksalat 0,0025 M-asetonitril 4:1 pada
laju alir 1 mlmenit. Kadar residu tetrasiklin yang diperoleh berkisar 5 µgkg – 68 µgkg.
2.2.1 Proses Ekstraksi
Universitas Sumatera Utara
Ekstraksi merupakan suatu metode yang digunakan dalam proses pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan bantuan pelarut sebagai
tenaga pemisah. Tetrasiklin mampu berikatan dengan protein membentuk konjugat dan ion logam membentuk khelat sehingga sulit diekstraksi dari
matriks biologi. Untuk melepaskan ikatan tersebut dapat dilakukan dengan mendenaturasi protein menggunakan pereaksi pengendap protein dengan
penambahan etilendiamin tetra-asetat EDTA, asam sitrat, suksinat, atau oksalat untuk meningkatkan efisiensi ekstraksi Botsoglou dan Fletouris, 2001.
Muriuki et.al. 2001 menggunakan buffer McIlvaine pH 4 dan metanol pada proses ekstraksi awal dengan perbandingan 3:7, sementara Suryani 2009
menggunakan asam trikloroasetat dan buffer McIlvaine-EDTA sebagai pengekstraksi awal. Selanjutnya keduanya menggunakan ekstraksi fase padat C18
sebagai proses ekstraksi lanjutan.
2.2.2 Ektraksi Fase Padat
Ekstraksi fase padat Solid Phase Extraction SPE merupakan suatu proses ekstraksi yang dilakukan dengan melewatkan larutan sampel melalui suatu lapisan
partikel penjerap, analit yang diinginkan akan berpindah dari larutan sampel dan terkonsentrasi pada lapisan penjerap. Analit kemudian dipindahkan dari penjerap
dengan penambahan pelarut pengelusi. Metode ekstraksi ini biasanya dipakai untuk mengekstraksi analit dalam matriks yang kompleks seperti urin, darah, dan
jaringan otot Anonim c, 2005. Ekstraksi fase padat mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan ekstraksi fase cair-cair yaitu hemat pelarut, waktu
pengerjaan relatif singkat, hasil ektraksi tidak membentuk emulsi serta cukup selektif Botsoglou dan Fletouris, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Pelarut pengkondis
Sampel = analit+matrik
Pelarut pembilas
Pelarut pengelusi
Ekstraksi fase padat dapat dibagi menjadi 4 berdasarkan jenis fase diam atau penjerap yang dikemas dalam cartridge, yakni fase normal normal phase, fase
terbalik reversed phase, adsorpsi adsorption dan pertukaran ion ion exchange Anonim a, 1998. Pemilihan penjerap didasarkan pada kemampuannya berikatan
dengan analit, dimana ikatan antara analit dengan penjerap harus lebih kuat dibandingkan ikatan antara analit dengan matriks sampel. Sehingga analit akan
tertahan pada penjerap. Selanjutnya dipilih pelarut yang mampu melepaskan ikatan antara analit dengan penjerap pada tahap elusi Botsoglou dan Fletouris,
2001. Adapun 4 langkah utama dalam penggunaan ekstraksi fase padat adalah
seperti terlihat pada Gambar 2 halaman 11. Tahap pertama yaitu pengkondisian conditioning, merupakan tahapan yang dilakukan dengan penambahan pelarut
yang mampu mengaktifkan penjerap serta mampu membasahi permukaan penjerap sehingga analit yang terdapat dalam larutan sampel dapat berinteraksi
dengan penjerap. Tahap kedua yaitu retensi retentionloading merupakan proses pemasukan larutan sampel, dimana pada proses ini analit yang diinginkan akan
tertahan pada penjerap sementara komponen lain dari matriks yang tidak diinginkan akan keluar dari cartridge. Tahap ketiga dilanjutkan dengan
pembilasan washing yang dilakukan dengan penambahan larutan yang mampu menghilangkan sisa matriks yang tertinggal tetapi tidak mempengaruhi interaksi
analit dengan penjerap. Tahap terakhir yaitu pengelusian elutioning yang dilakukan dengan penambahan larutan yang mampu memutuskan ikatan analit
dengan penjerap Anonim a, 1988 .
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2 . Empat langkah dalam penggunaan ekstraksi fase padat Anonim c,
2005. 2.3 Spektrofotometri Ultraviolet
2.3.1 Teori Spektrofotometri Ultraviolet