Penyiapan Larutan Sampel HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. Kurva Serapan Tetrasiklin Hidroklorida Baku Pembanding Farmakope Indonesia konsentrasi 10 µgml dalam Pelarut HCl 0,1 N. Keterangan : puncak 1 muncul pada panjang gelombang 355,8 nm dengan absorbansi 0,286; puncak 2 muncul pada panjang gelombang 270 nm dengan absorbansi 0,403; puncak 3 muncul pada panjang gelombang 219 nm dengan absorbansi 0,302. Dari Gambar 4, dapat dilihat bahwa serapan maksimum tetrasiklin dalam suasana asam adalah pada panjang gelombang 270 nm. Hal ini sesuai dengan Moffat 2004 yang menyatakan bahwa tetrasiklin mempunyai serapan maksimum pada panjang gelombang 270 nm dalam suasana asam. Selanjutnya untuk penetapan kadar residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging dilakukan pada panjang gelombang tetrasiklin hidroklorida BPFI yang memberikan serapan maksimum yaitu pada 270 nm.

4.2 Penyiapan Larutan Sampel

Prosedur ekstraksi sampel diadopsi dari Laboratory Quality Assurance Division 2007, yakni dimulai dari ekstraksi residu tetrasiklin dari sampel daging Universitas Sumatera Utara ayam menggunakan buffer McIlvaine-EDTA. Tertasiklin mampu berikatan dengan protein membentuk konjugat sehingga sukar diekstraksi dari matriks sampel. Selain itu kendala lain dalam ekstraksi tetrasiklin dari sampel daging yaitu pembentukan kelat antara tetrasiklin dengan ion logam yang terkandung dalam matriks. Sehingga untuk ekstraksi sampel dan deproteinasinya biasanya dipakai pelarut yang sedikit asam untuk membebaskan tetrasiklin yang terikat nonkovalen dengan makromolekul tersebut. Untuk itu dipakai buffer McIlvaine- EDTA pH 4, dimana penambahan EDTA dalam larutan buffer dimaksudkan untuk meningkatkan effisiensi ekstraksi, karena EDTA mampu bersaing dengan tetrasiklin dalam membentuk kelat dengan logam Botsoglou dan Fletouris, 2001. Setelah proses sentrifugasi selesai, prosedur dilanjutkan dengan ekstraksi lebih lanjut menggunakan ekstraksi fase padat Solid Phase Extraction SPE. Ekstraksi fase padat telah digunakan secara luas dalam proses isolasi tetrasiklin dari matriks biologi. Pemanfaatan ekstraksi fase padat tersebut memiliki beberapa keuntungan diantaranya tidak memerlukan pelarut dalam jumlah besar, waktu pengerjaan relatif lebih singkat, cukup selektif dan hasil ekstraksi tidak membentuk emulsi. Jenis SPE yang digunakan dalam ekstraksi tetrasiklin adalah tipe fase terbalik reversed phased C18. Tipe ini diaktifkan dikondisikanconditioning dengan menggunakan pelarut organik yang bercampur dengan air, yaitu metanol, yang diikuti dengan air. Metanol akan membuka rantai hidrokarbon sehingga meningkatkan luas area permukaan penjerap dan memungkinkan air untuk membasahi permukaan penjerap. Selanjutnya larutan sampel dimasukkan ke dalam cartridge loading step yang dijalankan dalam kondisi vakum dan dilanjutkan ke tahap pembilasan washing Universitas Sumatera Utara step dengan menggunakan pelarut yang tidak mampu mengelusi analit tetapi mampu memindahkan komponen matriks yang tidak diinginkan. Pelarut yang dipakai pada tahap ini adalah air Botsoglou dan Fletouris, 2001. Selanjutnya cartridge didiamkan hingga kering ± 5 menit dan kemudian analit dielusi dengan metanol asam oksalat 0,01 M acidic methanol. Metanol dalam suasana asam ini dimaksudkan untuk menetralkan gugus silanol yang tersisa pada penjerap, dan memutuskan ikatan hidrogen antara analit dengan gugus hidroksil pada permukaan penjerap Anonim a, 1998.

4.3 Analisis kuantitatif