Makanan Tambahan pada Bayi Suku Mandailing

f. Evaluasi Evaluation Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria- kriteria yang ada Notoatmodjo, 2003.

3. Makanan Tambahan pada Bayi Suku Mandailing

Wilayah Mandailing merupakan bagian dari kabupaten Tapanuli Selatan. Luas daerah ini adalah 18.896,50 km² atau sekitar 26,37 dari luas provinsi Sumatera Utara Parlaungan R, 2002. Dari segi budaya, Mandailing berada sepanjang jalan raya lintas Sumatera di daerah Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal, sekitar 40 km dari Padang Sidempuan ke selatan dan sekitar 150 km dari Bukit tinggi ke utara. Kebudayaan Mandailing merupakan bagian dari kebudayaan inti batak. Sebagaimana dengan masyarakat batak lainnya, orang Mandailing memperhitungkan hubungan keturunan patrilineal. Tiap-tiap desa di Mandailing mempunyai sebuah balai desa, tempat pelaksanaan sidang-sidang pengadilan dan sidang-sidang adat lainnya. Meskipun secara adat, Mandailing merupakan bagian dari adat utama batak, adat Mandailing sudah banyak dipengaruhi oleh agama islam. Budaya Mandailing didukung oleh suku Mandailing yang terbagi ke dalam beberapa marga dibagi atas garis keturunan ayah. Marga-marga Mandailing meliputi : Nasution, lubis, Pulungan, Rangkuti, Batubara, Daulae, Matondang, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Parinduri, Hasibuan. Masyarakat Mandailing memiliki acara adat dalam pemberian makanan tambahan kepada seorang bayi yang baru saja lahir. Makanan tambahan yang diberikan kepada bayi seperti nasipisang, bubur bayi, dan air tajin. Pemberian makanan tambahan dilakukan keluarga karena perasaan khawatir anak lapar, keyakinan ingin anak gemuk dan cepat besar. Terdapat berbagai jenis makanan tambahan yang diberikan kepada bayi, yakni : susu botol, bubur bayi, nasi tim, dan nasi pisang, Dalam sehari bayi diberi makan tambahan bervariasi, ada yang memberikan 1 kali di pagi hari, 2 kali : pagi dan siang, dan juga 3 kali sehari : pagi, siang dan malam. Apabila dikaitkan dengan ASI eksklusif, persepsi suku mandailing itu masih banyak yang salah tentang ASI eksklusif. Masyarakat mandailing beranggapan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak baik untuk bayi, karena masyarakat lebih percaya dengan budayanya dan kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan dari generasi sebelumnya. Biasanya pada saat bayi berusia 0-6 bulan sudah diberikan makanan pendamping seperti air tajin, teh manis dan nasi bubur. Oleh karena itu masyarakat mandailing jarang memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan bahkan tidak memberikan ASI Pandapotan,2005. Menurut tradisi yang dahulu seorang bayi tidak boleh dibawa keluar rumah sebelum upacara turun tanah diselenggarakan bagi bayi tersebut. Upacara itu disebut paijur daganak atau paijur tano. Upacara ini diselenggarakan setelah UNIVERSITAS SUMATERA UTARA anak berumur beberapa minggu. Upacara diawali dengan mengupa-ngupa menepung tawari sang bayi dengan ibunya dengan menghidangkan seekor ayam jantan yang digulai dilengkapi dengan sebuah telur ayam rebus. Kemudian ibu dan sang bayi diberi makan sekenyang-kenyangnya dan sang bayi disusui pula sampai kenyang oleh ibunya Parlaungan R, 2002. 3. Makanan Tambahan 3.1 Definisi