BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Pendidikan 1.1 Definisi
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi –potensi pribadinya, yaitu rohani
pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani. Pendididkan juga berarti lembaga yang bertanggungjawab menetapkan cita – cita tujuan pendidikan, isi, sistem dan
organisasi pendidikan . Lembaga – lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan
masyarakat Ihsan Fuad, 2005.
Driyarkara mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut
mendidik. Menurut Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu
dewasa Ahmadi Abu, 2003. Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak
aspek dan sifatnya sangat kompleks. Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari generasi satu ke
genari yang lain. Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik Tirtarahardja et al., 2005. Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan
pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang dewasa, dan bagi yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Pendidikan 1.1 Definisi
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi –potensi pribadinya, yaitu rohani
pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani. Pendididkan juga berarti lembaga yang bertanggungjawab menetapkan cita – cita tujuan pendidikan, isi, sistem dan
organisasi pendidikan . Lembaga – lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan
masyarakat Ihsan Fuad, 2005.
Driyarkara mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut
mendidik. Menurut Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu
dewasa Ahmadi Abu, 2003. Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak
aspek dan sifatnya sangat kompleks. Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari generasi satu ke
genari yang lain. Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik Tirtarahardja et al., 2005. Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan
pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang dewasa, dan bagi yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sudah dewasa atas usaha sendiri. Yang terakhir ini disebut pendidikan diri sendiri zelf vorming
. Kedua-duanya bersifat alamiah dan menjadi keharusan. Bayi yang baru lahir kepribadiannya belum terbentuk, belum mempunyai warna dan corak
kepribadian yang tertentu. Ia baru merupakan individu, belum suatu pribadi. Untuk menjadi suatu pribadi perlu mandapat bimbingan, latihan-latihan, dan
pengalaman melalui bergaul dengan lingkungannya, khususnya dengan lingkungan pendidikan Tirtarahardja et al., 2005.
Bagi mereka yang sudah dewasa tetap dituntut adanya pengembangan diri agar kualitas kepribadian meningkat serempak dengan meningkatnya tantangan
hidup yang selalu berubah. Dalam hubungan ini dikenal apa yang disebut pendidikan sepanjang hidup. Pembentukan pribadi mencakup pembentukan cipta,
rasa, dan karsa kognitif, afektif, dan psikomotor yang sejalan dengan pengembangan fisik Tirtarahardja, 2005.
1.2 Dasar dan Tujuan Pendidikan
Dasar adalah sesuatu yang dipakai sebagai landasan untuk berpijak, dan dari sanalah segala aktifitas yang berdiri diatasnya termasuk aktivitas
pendidikan akan dijiwai atau diwarnainya, sedangkan tujuan adalah sesuatu yang akan diraih dengan melakukan aktifitas tersebut Ahmadi Abu, 20003.
1.3 Tujuan Pendidikan
Langeveld mengemukakan serangkaian tujuan pendidikan, yang saling
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bertautan sebagai berikut : tujuan umum, tujuan khusus, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan insidental, dan tujuan intermedier.
1. Tujuan Umum tujuan lengkap, tujuan total Sebagaimana telah diuraikan di dalam “usaha-usaha pendidikan”, maka
tujuan umum pendidikan adalah kedewasaan anak didik. Hal ini berarti bahwa semua aktifitas pendidikan seharusnya diarahkan ke sana, demi
tercapainya tujuan umum tersebut. 2. Tujuan Khusus pengkhususan tujuan umum
Untuk mencapai tujuan umum, kita perlu juga melewati jalan-jalan yang khusus. Untuk mengkhususkan tujuan umum itu, kita dapat
mempergunakan beberapa pandangan dasar prinsip sebagai berikut : a.
Kita harus melihat kemungkinan - kemungkinan, kesanggupan kesanggupan pembawaan, umur, dan jenis kelamin anak didik.
b. Kita harus melihat lingkungan dan keluarga anak didik.
c. Kita harus melihat tujuan anak didik dalam rangkaian kemasyarakatannya.
d. Kita harus melihat diri kita sendiri selaku pendidik.
e. Kita harus melihat lembaga tugas lembaga pendidikan dimana anak itu
dididik. f.
Kita harus melihat tugas bangsa dan umat manusia dewasa ini, dan disini. Dengan adanya berbagai pandangan dasar tersebut, tujuan umum
pendidikan akan memperoleh corak yang khusus drngan tidak mengubah sifat tujuan umum.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Tujuan tak lengkap masih terpisah-pisah. Ini adalah tujuan yang berkaitan dengan kepribadian manusia dari satu
aspek saja, yang berhubungan dengan nilai-nilai hidup tertentu. Misalnya kesusilaan, keagamaan , keindahan, kemasyarakatan, pengetahuan, dan
sebagainya. Dari masing masing aspek itu mendapat giliran penanganan dalam usaha pendidikan atau maju bersama-sama secara terpisah.
4. Tujuan sementara Tujuan sementara ini adalah titik-titik perhatian sementara, yang
kesemuanya itu sebagai persiapan, untuk menuju kepada tujuan umum tersebut, Misalnya : membiasakan anak suku bersih, tidak membuang air
kecil di sembarang tempat, membiasakan anak berbicara sopan, melatih anak mengerjakan sesuatu yang bermanfaat.
5. Tujuan insidental. Tujuan ini sesungguhnya adalah tujuan yang terpisah dari tujuan umum,
tetapi kadang-kadang mengambil bagian dalam nenuju ke tujuan umum. Misalanya,anak kadang-kadang kita ajak makan bersama-sama karena
merasa perlu, tetapi lain kali tidak. Anak kadang-kadang kita marahi karena melakukan kesalahan, tetapi lain kali tidak demikian.
6. Tujuan Intermedier. Tujuan ini adalah tujuan yang berkaitan dengan penguasaan sesuatu
pengetahuan dan ketrampilan demi tercapainya tujuan sementara. Misalnya, anak belajar membaca, menulis, matematika , berhitung Dalmanto, 1959
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dalam Abu Ahmadi, 2003.
1.4 Lembaga Pendidikan Menurut sifatnya pendidikan dibedakan menjadi :
a. Pendidikan informal, yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari
pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat. Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga dalam pergaulan sehari-hari
maupun dalam pekerjaan, masyarakat, keluarga, organisasi.
b. Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur,
bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat.pendidikan ini berlangsung di sekolah.
c. Pendidikan non formal, yaitu pemdidikan yang dilaksanakan secara tertentu
dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang kekat dalam Abu
Ahmadi, 2003.
Pendidikan sebagai sebuah system terdiri dari sejumlah komponen, yaitu : 1 Sistem baru merupakan masukan mentah raw input yang akan diproses
menjadi tamatan out put. 2 Guru dan tenaga nonguru, administrasi sekolah, kurikulum, anggaran
pendidikan, prasarana dan sarana merupakan masukan instrumental instrumental input yang memungkinkan dilaksanakannya pemrosesan masukan mentah
menjadi tamatan. 3 Corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar, kependudukan, politik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan keamanan negara merupakan faktor lingkungan atau masukan lingkungan environtmental input yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh
terhadap berperannya masukan instrumental dalam pemrosesan masukan mentah Tirtarahardja et al., 2005.
1.5 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan
bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Tingkat pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi Ikhsan, 2005. 1.Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar pada prinsipnya merupakan pendidikan yang memberikan bekal dasar bagi
perkembangan kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk masyarakat. Karena itu, bagi setiap warga negara harus disediakan kesempatan untuk memperoleh
pendidikan dasar. Pendidikan ini dapat berupa pendidikan sekolah ataupun pendidikan luar sekolah, yang dapat merupakan pendidikan biasa ataupun
pendidikan luar biasa. Tingkat pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar. 2 Pendidikan Menengah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan
timbal-balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan
tinggi. Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah umum diselenggarakan
selain untuk mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan tinggi, juga untuk memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah kejuruan diselenggarakan
untuk memasuki lapangan kerja atau mengikuti pendidikan keprofesian pada tingkat yang lebih tinggi. Pendidikan menengah dapat merupakan pendidikan
biasa atau pendidikan luar biasa. Tingkat pendidikan menengah adalah SMP, SMA dan SMK.
3 Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi yang bersifat akademik dan atau profesional sehingga dapat menerapkan,
mengembangkan danatau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia
Ikhsan, 2005. Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan
pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan Tinggi terdiri dari Strata 1, Strata 1, Strata 3 Ikhsan, 2005.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.6 Hubungan Pendidikan dan Keluarga
Kelurga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan sedarah. Keluarga dapat membentuk keluarga inti
ataupun keluarga yang diperluas. Pada umumnya jenis kedualah yang banyak ditemui dalam masyarakat Indonesia. Meskipun ibu merupakan anggota keluarga
yang mula-mula paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, namun akhirnya seluruh anggota keluarga itu ikut berinteraksi dengan anak. Di samping
faktor iklim sosial itu, faktor-faktor lain dalam keluarga itu ikut pula mempengaruhi tumbiuh kembang anak, seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran,
keadaan perumahan dsb. Dengan kata lain, tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarganya Tirtarahardja et al., 2005.
Fungsi dan peranan keluarga, disamping pemerintah dan masyarakat, dalam Sisdiknas Indonesia tidak terbatas hanya pendidikan keluarga saja, akan
tetapi keluarga ikut serta bertanggung jawab terhadap pendidikan lainnya. Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang
diselenggarakan dalam keluarga dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan. Pendidikan keluarga itu merupakan salah satu
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup Tirtarahardja et al., 2005.
Lingkungan keluarga sungguh-sungguh merupakan pusat pendidikan yang penting dan menentukan, karena itu tugas pendidikan adalah mencari cara,
membantu para ibu dalam tiap keluarga agar dapat mendidik anak-anaknya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dengan optimal.. Keluarga juga membina dan mengembangkan perasaan sosial anak seperti hidup hemat, hidup sehat, menghargai kebenaran, tenggang rasa,
menolong, hidup damai. Jelaslah bahwa lingkungan keluarga bukannya pusat menanam dasar pendidikan watak pribadi saja, tetapi pendidikan sosial. Di dalam
keluargalah tempat menanam dasar pendidikan watak anak-anak Tirtarahardja et al., 2005.
1.7 Tripusat Pendidikan
Lembaga pendidikan ialah badan usaha yang bergerak dan bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak didik. Dalam garis
besarnya, ada 3 tiga pusat yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak-anak didik menurut para tokoh pendidikan , antara lain :
1. Dr, MJ. Langeveld mengemukakan tiga macam lembaga pendidikan : a. Keluarga
b. Negara c. Gereja
2. Ki Hajar Dewantara yang nama aslinya R.M. Soewardi Soerjaningrat, Mengemukakan Sistem Tricentra dengan menyatakan :
Di dalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya yaitu : alam keluarga, alam perguruan
dan alam pergerakan pemuda.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ketiga pusat itu kini dikenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan yang meliputi: a.
Keluarga b.
Sekolah c.
Masyarakat
2. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang.
2.1. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan ini bertujuan untuk mengelompokkan atau individu yang diinginkan, bagaimana individu itu berfikir, berbuat sabagai suatu unit
pengetahuan yang telah diberikan. Adapun tingkat pengetahuan tersebut : a.
Tahu Know Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk
kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Memahami Comprehension
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham tentang objek atau materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.
c. Aplikasi Application
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis Analysis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih
ada kaitannya satu sama lain. e.
Sintesis Synthesis Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
f. Evaluasi Evaluation
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria- kriteria yang ada Notoatmodjo, 2003.
3. Makanan Tambahan pada Bayi Suku Mandailing
Wilayah Mandailing merupakan bagian dari kabupaten Tapanuli Selatan. Luas daerah ini adalah 18.896,50 km² atau sekitar 26,37 dari luas provinsi
Sumatera Utara Parlaungan R, 2002. Dari segi budaya, Mandailing berada sepanjang jalan raya lintas Sumatera di daerah Tapanuli Selatan dan Mandailing
Natal, sekitar 40 km dari Padang Sidempuan ke selatan dan sekitar 150 km dari Bukit tinggi ke utara.
Kebudayaan Mandailing merupakan bagian dari kebudayaan inti batak. Sebagaimana dengan masyarakat batak lainnya, orang Mandailing
memperhitungkan hubungan keturunan patrilineal. Tiap-tiap desa di Mandailing mempunyai sebuah balai desa, tempat pelaksanaan sidang-sidang pengadilan dan
sidang-sidang adat lainnya. Meskipun secara adat, Mandailing merupakan bagian dari adat utama batak, adat Mandailing sudah banyak dipengaruhi oleh agama
islam. Budaya Mandailing didukung oleh suku Mandailing yang terbagi ke
dalam beberapa marga dibagi atas garis keturunan ayah. Marga-marga Mandailing meliputi : Nasution, lubis, Pulungan, Rangkuti, Batubara, Daulae, Matondang,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Parinduri, Hasibuan. Masyarakat Mandailing memiliki acara adat dalam pemberian makanan
tambahan kepada seorang bayi yang baru saja lahir. Makanan tambahan yang diberikan kepada bayi seperti nasipisang, bubur bayi, dan air tajin. Pemberian
makanan tambahan dilakukan keluarga karena perasaan khawatir anak lapar, keyakinan ingin anak gemuk dan cepat besar.
Terdapat berbagai jenis makanan tambahan yang diberikan kepada bayi, yakni : susu botol, bubur bayi, nasi tim, dan nasi pisang, Dalam sehari bayi diberi
makan tambahan bervariasi, ada yang memberikan 1 kali di pagi hari, 2 kali : pagi dan siang, dan juga 3 kali sehari : pagi, siang dan malam.
Apabila dikaitkan dengan ASI eksklusif, persepsi suku mandailing itu masih banyak yang salah tentang ASI eksklusif. Masyarakat mandailing
beranggapan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak baik untuk bayi, karena masyarakat lebih percaya dengan budayanya dan kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan dari generasi sebelumnya. Biasanya pada saat bayi berusia 0-6 bulan sudah diberikan makanan
pendamping seperti air tajin, teh manis dan nasi bubur. Oleh karena itu masyarakat mandailing jarang memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan
bahkan tidak memberikan ASI Pandapotan,2005. Menurut tradisi yang dahulu seorang bayi tidak boleh dibawa keluar
rumah sebelum upacara turun tanah diselenggarakan bagi bayi tersebut. Upacara itu disebut paijur daganak atau paijur tano. Upacara ini diselenggarakan setelah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
anak berumur beberapa minggu. Upacara diawali dengan mengupa-ngupa menepung tawari sang bayi dengan ibunya dengan menghidangkan seekor ayam
jantan yang digulai dilengkapi dengan sebuah telur ayam rebus. Kemudian ibu dan sang bayi diberi makan sekenyang-kenyangnya dan sang bayi disusui pula
sampai kenyang oleh ibunya Parlaungan R, 2002.
3. Makanan Tambahan 3.1 Definisi
Makanan tambahan pada bayi adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak berusia 6-24 bulan untuk
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI Depkes RI, 2006. Makanan tambahan adalah memberi makanan lain selain ASI oleh karena ASI merupakan makanan
alami pertama untuk bayi dan harus diberikan tanpa makanan tambahan sekurang- kurangnya sampai usia enam bulan WHO,2003. Makanan tambahan atau
pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi , diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi
selain dari ASI Dinkes propinsi, 2006. Makanan tambahan pada bayi adalah makanan tambahn bayi yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6-24
bulan Krisnatuti, 2000. Makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol,
sebagai penambah kekurangan ASI atau susu pengganti PASI Husaini, 2001. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini Ariani, 2008.
Menurut Depkes RI 2004 menyatakan bahwa makanan tambahan atau makanan pendamping ASI MP- ASI adalah makanan yang diberikan kepada
bayi disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 6-24 bulan , dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan
tambahn keluarga, pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah . Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan
kemampuan alat cerna bayi dalam menerima MP-ASI. Istilah untuk makanan pendamping ASI bermacam-macam yakni
makanan pelengkap, makanan tambahan , makanan padat ,makanan sapihan , weaning food, makanan peralihan , beiskot istilah dalam bahasa Jerman yang
berarti makanan selai dari susu yang diberikan pada bayi. Keseluruhan istilah ini menunjukkan pada pengertian bahwa ASI maupun pengganti ASI PASI untuk
berangsur diubah ke makanan keluarga atau orang dewasa Depkes RI, 2004.
3.2 Tujuan dan Manfaat Pemberian Makanan Tambahan
Tujuan pemberian makanan tambahan adalah untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan yang optimal, menghindari terjadinya kekurangan
gizi, mencegah resiko malnutrisi, defisiensi mikronutrien zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan folat, anak mendapatkan makanan ekstra yang
dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan enegi dengan nutrient, memelihara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan bila sakit, membantu perkembangan jasmani dan rohani, psikomotor, mendidik kebiasaan yang baik, tentang makan
dan memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan keadaan fisiologis bayi Husaini, 2001.
Pemberian makanan tambahan pada bayi juga bertujuan untuk melengkapi ASI mixed feeding dan diperlukan setelah kebutuhan energi dan dan zat-zat gizi
tidak mampu dipenuhi dengan pemberian ASI saja. Pemberian makanan tambahan tergantung jumlah ASI yang dihasilkan oleh ibu dan keperluan bayi yang
bervariasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya diantaranya untuk mempertahankan kesehatan serta pemulihan kesehatan setelah sakit, untuk
mendidik kebiasaan makan yang baik mencakup penjadwalan waktu makan,belajar menyukai, memilih dan dapat merugikan karena tumbuh kembang
bayi akan terganggu Sembiring, 2009. Pertumbuhan dan perkembangan bayi yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat
badan anak Krisnatuti, 2000. Pemberian makanan tambahan merupakan suatu proses pendididkan, bayi
diajar mengunyah dan menelan makanan padat, jika makanan tidak diberi pada saat kepandaian mengunyah sedang muncul, maka mengajar kepandaian ini
dimasa berikutnya akan lebih sukar. Pengenalan pemberian makanan lebih mudah sebelum gigi keluar, gusi bayi bengkak dan sakit maka akan sulit memberikan
makanan tambahan Suhardjo,1999. Indikator bahwa bayi siap untuk menerima makanan padat : kemampuan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa disangga, menghilangnya refleks menjulurkan lidah, bayi mampu menunjukkan
keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut, lalu memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk menunjukkan ketertarikan pada makanan
Ariani,2008. Makanan tambahan pada bayi bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat
gizi bayi, penyesuaian kemampuan alat cerna dalam menerima makanan tambahan dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga selain
untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi Suhardjo,1999. Pemberian makanan tamabahan dilakaukan secara bertahap untuk mengembangkan
kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta menerima bemacam-macam makanan. Pemberian makanan tambahan harus bervariasi, dari bentuk bubur cair
ke bentuk buburkental, sari buah,buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat Sulistijani, 2001.
3.3 Jenis Makanan Tambahan
Makanan dapat dibuat sendiri di rumah dengan cara memodifikasi makanan keluarga yang kaya energi dan nutrient. Biskuit dan buah merupakan
makanan tambahn yang pertama bagi bayi, biskuit yang diberikan oleh bayi harus biskuit yang khusus untuk bayi karena kandungan tepung dan susu yang ada
dalam biskut mudah larut yang sesuai untuk bayi Nadesul, 2005. Cara memberikan makanan tambahan bagi bayi adalah dari makanan itu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berbentuk cairan dan kental lalu bertahap menjadi keras, seiring dengan proses dan umur juga perkembangan bayi, sehingga usus bayi pun terlatih dengan
sendirinya terhadap makanan yang diterimanya. Adapun jenis-jenis makanan tambahan Chintia, 2008 :
a. Makanan lunak yaitu semua makanan yang termasuk yang disajikan
dalam bentuk halus dan diberikan pada bayi yang pertama kali.misalnya bubur susu dan sari buah.
b. Makanan lembek yaitu makanan peralihan dari makanan lunak
kemakanan biasa seperti nasi tim. c.
Makanan biasa yaitu makanan yang termasuk yang disajikan adalah makanan orang dewasa seperti nasi.
Selain itu makanan yang dibuat sendiri di rumah dengan cara memodifikasi makanan keluarga yang kaya energi dan nutrien. Makanan
tambahan dapat juga berupa makanan yang setengah jadi yang dijual di toko-toko yang merupakan produk hasil teknologi yang komposisi zat-zat gizi yang
didalamnya disesuaikan dengan kebutuhan bayi terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan bayi Suhardjo, 1999.
Makanan padat pertama yang diberikan kepada anak haruslah mudah dicerna. Dan bukanlah makanan yang mempunyai risiko alergi yang tinggi.
Jangan tergiur untuk menambahkan gula atau garam pada makanan bayi. Biarkan rasanya hambar, biarkan anak merasakan rasa asli dari makanan tersebut karena
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
garam dapat mengancam ginjal bayi. Sementara gula dapat membuat bayi anda kelak menyukai makanan manis, sehingga dapat merusak giginya Luluk, 2005.
3.4 Makanan Tambahan Yang Baik
Makanan tambahan yang baik adalah makanan yang kaya energi, protein dan mikronutrient terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan
fosfat, bersih dan aman, tidak dad bahan kimia yang berbahaya atu toksin, tidak ada potongan tulang atas bagian yang keras yang membuat bayi tersedak, tidak
terlalu panas tidak pedas atau asin, mudah dimakan bayi, disukai bayi, mudah disiapkan dan harga terjangkau Rosida, 2004.
3.5 Waktu Yang Tepat Memberikan Makanan Tambahan
Air Susu Ibu ASI memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi yaitu untuk pertumbuhan dan kesehatan sampai berumur enam bulan, sesudah
itu ASI tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan bayi. Makanan tambahn mulai diberikan umur 6 bulan satu hari. Pada usia ini otot dan saraf didalam mulut bayi
cukup berkembang untuk mengunyah, menggigit, menelan makanan dengan mengendalikan lidahnya dengan baik, mulai tumbuh gigi, suka memasukkan
sesuatu dalam mulutnya dan berminat terhadap rasa yang baru Rosida, 2004. Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian makanan tambahan
pada bayi adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai berikut Ariani, 2008 : a. Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat ini. Makanan
tersebut dapat menggantikan ASI, jika makanan diberikan maka anak akan minum ASI lebih sedikit dan ibu pun memproduksinya lebih sedikit sehingga akan lebih
sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. b. Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit sehingga risiko
infeksi meningkat. c. Risiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih
ASI. d. Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer, buburnya
berkuah atau berupa sup karena mudah dimakan bayi, makanan ini memang membuat lambung penuh tetapi memberikan nutrient sedikit.
e. Ibu mempunyai risiko lebih tinggi untuk hamil kembali. Akibat dari kurang menyusui dan risiko pemberian makanan tambahan terlalu
lambat : a. Anak tidak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan mengisi
kesenjangan energi dan nutrient. b. Anak berhenti pertumbuhannya atau tumbuh lambat.
c. Pada anak risiko malnutrisi dan deficiency mikro nutrient meningkat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 1.1 Daftar Pemberian Makanan Bayi
Umur Jumlah Pemberian dalam
sehari kali
0-6 bulan 6-8 bulan
ASI ASI
Bubur susu Nasi tim saring
1 1
6-8 bulan ASI
Buah Bubur susu
Nasi tim dihaluskan 1
1 2
10-12 bulan
12-24 bulan ASI
Buah Nasi tim
ASI Nasi tim atau
Makanan Makanan kecil
1 3
3 1
Sumber Husaini, 2001
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.6 Resiko Pemberian Makanan Tambahan Pada Usia Kurang Dari Enam Bulan
Resiko pemberian makanan tambahan pada usia kurang dari enam bulan berbahaya karena bayi belum memerlukan makanan tamabahan pada saat usia ini,
jika diberikan makanan tamabahan akan dapat menggantikan ASI dimana bayi akan minum ASI lebih sedikit dan ibu memproduksinya akan berkurang maka
kebutuhan nutrisi bayi tidak terpenuhi dan faktor pelindung dari ASI menjadi sedikit, kemungkinan terjadi resiko infeksi meningkat Rosida, 2004.
Makanan tambahan yang dibuat sendiri atau buatan pabrik cenderung mengandung kadar natrium klorida NaCl tinggi akan menambah beban ginjal.
Belum matangnya sistem kekebalan dari usus bayi pada umur dini, dapat menyebabkan alergi terhadap makanan tambahan, komponen-komponen alamiah
yang terdapat dalam makanan tambahan seperti gula dapat menyebabkan kebusukan pada gigi dan gangguan pencernaan pada bayi serta kegemukan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini pada dasarnya adalah bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan keluarga
dalam pemberian makanan tambahan kepada bayi sebelum berusia enam bulan di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas. Tingkat pendidikan
dan pengetahuan keluarga dalam pemberian makanan tambahan kepada bayi sebelum berusia enam bulan dalam penelitian ini menjadi variabel bebas
sedangkan pemberian makanan tambahan menjadi variabel terikat. Secara skematis kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :
: Variabel yang di teliti Tingkat Pendidikan
SD SMP
SMA Perguruan
Tinggi
Pengetahuan Keluarga tentang
Pemberian Makanan Tambahan kepada
Bayi sebelum berusia 6 bulan.
Baik Cukup
Buruk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Definisi Operasional Tabel 3.1
Definisi Operasional No
Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur
Skala
1. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan yang dimaksud adalah jenjang
pendidikan yang diikuti dengan menamatkan
pendidikan yang diikuti sampai memperoleh ijazah.
Tingkat pendidikan yang diobservasi terdiri dari
pendidikan dasar yaitu Sekolah Dasar, pendidikan
menengah yaitu Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas, dan pendidikan tinggi
Hasil sesuai dengan
jawaban responden
Ordinal
2. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui keluarga terhadap
pemberian makanan tambahan pada bayi
sebelum berusia 6 bulan Kuisioner
sebanyak 16 pertanyaan
dengan alternatif pilihan jawaban
1.Selalu 2. Sering
3.Jarang 4.Tidak pernah
Nilai kurang
= 0-16 Nilai cukup
= 17-32 Nilai baik
= 33-48 Ordinal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
desain deskriptif yang bertujuan utuk mengidentifikasi gambaran tinggkat pendidikan ibu dan pengetahuan keluarga dalam pemberian makanan tambahan
kepada bayi sebelum berusia enam bulan pada suku Mandailing di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas.
2 . Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memberikan makanan tambahan kepada bayi sebelum berusia enam bulan. Dari hasil survei pendahuluan
di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas yang dilakukan 25 Oktober 2010, diperoleh bahwa terdapat 30 ibu yang mempunyai bayi.
Menurut Arikunto 2002, apabila dalam penelitian jumlah subjek kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua. Dalam hal ini penelitian ini merupakan
penelitian populasi dimana semua populasi menjadi subjek penelitian total sampling . Adapun sampel yang digunakan adalah ibu-ibu yang memberikan
makanan tambahan kepada bayi sebelum berusia enam bulan. Pengambilan sampel menggunakan cara purposive sampling dengan
kriteria sampel sebagai berikut : ‐ Ibu suku Mandailing yang mempunyai bayi sebelum berusia enam bulan
‐ Dapat membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
‐ Bersedia untuk berpatisipasi
2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas, pada bulan Desember sampai Januari 2012. Adapun dengan
pertimbangan bahwa di kelurahan tersebut masih ada ibu yang suku Mandailing memberikan makanan tambahan pada bayinya, dan masih terdapat bayi yang
memiliki status gizi kurang, bahkan ada bayi yang memilki status gizi buruk.
2.2 Pertimbangan Etik
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin kepada kepala lurah di kelurahan pancuran kerambil kecamatan sibolga sambas
untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika dengan menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika ibu yang mempunyai bayi sebelum
berusia enam bulan menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan akan menghormati hak-haknya. Responden secara sukarela mengikuti
penelitian dan dapat mengundurkan diri selama penelitian berlangsung tanpa adanya tekanan fisik dan psikis.
Untuk menjaga kerahasiaan ibu yang mempunyai bayi, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
nomor kode pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan informasi ibu yang mempunyai bayi sebelum berusia enam bulan dijamin oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu saja yang akan disaijkan atau dilaporkan sebagai hasil riset Nursalam, 2001.
2.3 Instrumen Penelitian
Instrumen yng digunakan oleh peneliti untuk memperoleh informasidata berupa kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka,
yang terdiri dari data demografi ibu dan bayi dan data berisi pernyataan tentang pengetahuan keluarga suku mandailing dalam pemberian makanan tambahan pada
bayi sebelum berusia 6 bulan dengan 16 pernyataan. Kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan positif dengan empat pilihan alternatif jawaban yang terdiri
dari Selalu, Sering, Jarang dan Tidak pernah. Bobot nilai yang diberikan untuk setiap pertanyaan adalah 0 sampai 3, dimana jawaban Selalu bernilai 3, Sering
bernilai 2, Jarang bernilai 1 dan tidak pernah bernilai 0.
Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana 2002 Panjang kelas p
= kelas
Banyak kelas
Rentang
Dengan P = 16 maka nilai tertinggi yang mungkin diperoleh adalah 48 dan nilai terendah yang mungkin diperoleh adalah 0, maka rentang kelas adalah
48 dengan 3 kategori banyak kelas. Maka untuk pengetahuan keluarga suku mandailing dalam pemberian makanan tambahan dikategorikan sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
0-16 : menunjukkan pengetahuan keluarga kurang 17-32 : menunjukkan pengetahuan keluarga cukup
33-48 : menunjukkan pengetahuan keluarga baik
2.4 Test Validitas – Reliability
Uji validitas instrumen bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang harus di ukur, untuk mendapatkan data yang
relevan dengan apa yang di ukur Dempsey Dempsey, 2002. Validitas instrumen diuij oleh orang yang ahli dalam penelitian ini.
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan beberapa kali pada sekelompok sampel. Dalam
penelitian ini menggunakan uji reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan Arikunto, 2006. Uji reliabilitas
dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alpa terhadap 10 orang responden analisa dilakukan dengan teknik komputerisasi program SPSS, dimana nilai alpha
harus 0,70 baru dianggap reliable Polit Hungler, 1999. Hasil uji realibilitas untuk kuesioner kebiasaan keluarga suku mandailing dalam pemberian makanan
tambahan r = 0,724.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.5 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada instansi
pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 2.
Setelah dapat izin dari FKEP, lalu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Kelurahan Pancuran Kerambil
Kecamatan Sibolga Sambas. 3.
Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden. 4.
Setelah responden setuju untuk menjadi sampel penelitian , maka peneliti mengajukan surat persetujuan responden untuk ditandatangani.
5. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi 30 pernyataan kuesioner adalah 25-
30 menit. 6.
Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden. 7.
Mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner secara teliti dan cermat serta tidak ada hal-hal yang terlewatkan.
8. Mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner sesuai dengan apa yang
dialamidilakukan oleh responden, dan harus diisi sendiri. 9.
Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya. Apabila ada kuesioner yang tidak lengkap maka
diselesaikan pada saat itu juga.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.6 Analisa Data .
Analisis data dilakukan setelah semua data sudah terkumpul yang dimulai
dari editing memeriksa kelengkapan data, coding memberi kode, entering
memasukan data dan pengolahan data. Data demografi akan disajikan dalam distribusi frekuensi dan persentase. Pengetahuan keluarga dalam pemberian
makanan tambahan pada bayi sebelum berusia 6 bulan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Analisa data pada pengetahuan keluarga
dalam pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum berusia 6 bulan adalah analisa deskriptif dengan menggunakan tehnik komputerisasi. yaitu program
SPSS 17.0.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN