Pengaruh Penyuluhan Dengan Metode Ceramah Dan Poster Terhadap Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Murid Di SD Kelurahan Pincuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga Tahun 2011

(1)

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN POSTER TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MAKANAN JAJANAN

MURID DI SD KELURAHAN PINCURAN KERAMBIL KECAMATAN SIBOLGA SAMBAS KOTA SIBOLGA

TAHUN 2011

Oleh:

DINATIA BINTARIA S NIM. 071000015

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN POSTER TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MAKANAN JAJANAN

MURID DI SD KELURAHAN PINCURAN KERAMBIL KECAMATAN SIBOLGA SAMBAS KOTA SIBOLGA

TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

DINATIA BINTARIA S NIM. 071000015

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul:

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN POSTER TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MAKANAN JAJANAN MURID DI SD KELURAHAN PINCURAN KERAMBIL KECAMATAN

SIBOLGA SAMBAS KOTA SIBOLGA TAHUN 2011 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

DINATIA BINTARIA S NIM. 071000015

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 20 Juni 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji:

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Jumirah, Apt., M. Kes Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M. Kes NIP. 19580315 198811 2 001 NIP. 19620529 198903 2 001

Penguji II Penguji III

Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M. Si Ernawati Nasution, SKM., M. Kes NIP. 19680616 199303 2 003 NIP. 19700212 199501 2 001

Medan, 20 Juni 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Mengonsumsi makanan jajanan saat bersekolah sudah jadi aktivitas rutin murid Sekolah Dasar (SD) sehingga untuk mengurangi paparan murid SD terhadap makanan jajanan yang tidak aman diperlukan sosialisasi keamanan makanan jajanan pada murid SD. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu penyuluhan dengan metode dan media yang menarik bagi murid SD seperti, metode ceramah menggunakan audio visual yang diikuti pemajangan poster.

Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan rancangan pretes dan postes dengan kelompok kontrol. Sampel penelitian terdiri dari 105 responden pada kelompok perlakuan dan 65 responden pada kelompok kontrol. Responden adalah murid kelas V (lima) SD yang diambil dari SD berbeda. Pengambilan sampel dilakukan dengan tujuan tertentu. Penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah dan pemajangan poster. Pengaruh penyuluhan terhadap perilaku konsumsi makanan jajanan murid dianalisis menggunakan uji independent-sample t testdengan α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluhan dengan metode ceramah dan poster berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan murid dengan perbedaan rata=18,755 dan taraf signifikan=0,000, sikap murid dengan perbedaan rata=5,993 dan taraf signifikan=0,000, dan tindakan murid dengan perbedaan rata-rata=9,990 dan taraf signifikan=0,000.

Kesimpulan penelitian ini adalah penyuluhan dengan metode ceramah dan poster berpengaruh dalam meningkatkan perilaku konsumsi makanan jajanan murid. Disarankan pada pihak sekolah menggunakan metode ceramah dan poster untuk penyuluhan kesehatan di sekolah.

Kata kunci: penyuluhan dengan metode ceramah dan poster, perilaku konsumsi makanan jajanan, murid SD.


(5)

ABSTRACT

Consumption of street food when school had become a routine activity of Primary School student so that for decreasing level of the Primary School student about the street food who not save it needs a socialization of savety street food for Primary School student. One way that can be done is the health extension with the method and media that appeal to Primary School student, such as the discourse method with the audio visual and display of poster.

This study was quasi experiment with pretest-posttest control group design. Samples of this study are consisted of 105 respondents of treatment group and 65 respondents of control group. Respondents were the student of Primary School in the fifth grade who was taken from different Primary Schools. Sampling method was done by purposive sampling. The health extension was done by discourse method and display of poster. The effect of health extension on students behavior in consumption street food was analyzed by using independent-sample t test on α=0,05.

The result showed that the health extension with discourse method and poster effected to the increasing of student’s knowledge with mean difference=18,755 and significant value=0,000, attitude with mean difference =5,993 and significant value=0,000, and action with mean difference=9,990 and significant value=0,000.

The conclusion of this study is the health extension with discourse method and display of poster can improve student behavior in consumption street food. It is recommended to the school for using the discourse method and poster for health extension at school.

Keywords: health extension with discourse method and poster, behavior in consumption street food, Primary School student.


(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Dinatia Bintaria S

Tempat/ Tanggal Lahir : Padang/ 04 Januari 1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Anggota Keluarga : 3 (tiga) Orang

Alamat Rumah : Jalan Kolonel Bangun Siregar Nomor 3 Kelurahan Kalangan Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1994-1995 : TK Bhayangkari Sidikalang

2. Tahun 1995-2001 : SD Negeri Nomor 152979 Pandan, Sibolga 3. Tahun 2001-2004 : SMP Swasta Al-Muslimin Pandan, Sibolga 4. Tahun 2004-2007 : SMA Negeri 1 Plus Matauli Pandan, Sibolga

5. Tahun 2007-2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN POSTER TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MAKANAN JAJANAN MURID DI SD KELURAHAN PINCURAN KERAMBIL KECAMATAN SIBOLGA SAMBAS KOTA SIBOLGA TAHUN 2011” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah membantu penulis baik secara moral maupun moril. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat. 2. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M. Si selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat dan Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memperhatikan dan membimbing penulis selama mengikuti studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

3. Dra. Jumirah, Apt, M. Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktu untuk membimbing dan memberi perhatian pada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M. Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberi perhatian dan bimbingan pada penulis demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M. Si selaku Penguji II yang telah memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Ernawati Nasution, SKM., M. Kes selaku Penguji III yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.


(8)

7. Dosen-dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan ilmu yang berharga dan bimbingan pada penulis selama mengikuti studi di FKM USU serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh dosen FKM USU yang telah memberikan ilmu yang luar biasa pada penulis dan staf FKM USU yang telah membantu penulis selama mengikuti studi di FKM USU.

9. Kepala SD Negeri Nomor 081228 dan 084094 Sibolga yang telah memberikan izin pada penulis untuk melaksanakan penelitian.

10. Guru-guru dan pegawai SD Negeri Nomor 081228 dan 084094 Sibolga yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian.

11. Teristimewa untuk keluarga besar penulis, terutama orang tua, nenek, kakak, adik, dan abang ipar tersayang yang senantiasa mendoakan, mengasihi, menyayangi, menyintai, memberi inspirasi dan semangat serta perhatian yang luar biasa pada penulis.

12. Bapak dan ibu kos atas kasih sayang dan perhatiannya pada penulis.

13. Sahabat-sahabat penulis Rani, Ecia, Winda, dan Yunita atas kebersamaan, dukungan, perhatian, dan keceriaan yang indah selama ini.

14. Teman-teman dan kakak-kakak peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat serta rekan-rekan stambuk 2007 dan senior di Fakultas Kesehatan Masyarakat atas kerja sama dan kebersamaan selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita.

Medan, Juni 2011


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Penyuluhan ... 7

2.1.1. Metode Penyuluhan ... 8

2.1.2. Media Penyuluhan ... 10

2.1.3. Proses Adopsi dalam Penyuluhan ... 12

2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan ... 13

2.2. Promosi Kesehatan di Sekolah ... 14

2.2.1. Komponen Promosi Kesehatan di Sekolah ... 15

2.3. Keamanan Pangan ... 15

2.4. Bahan Tambahan Pangan (BTP) ... 16

2.4.1. Jenis Bahan Tambahan Pangan (BTP) ... 16

2.4.2. Tujuan Penambahan Bahan Tambahan Pangan (BTP) ... 19

2.5. Makanan Jajanan ... 19

2.5.1. Jenis Makanan Jajanan ... 20

2.5.2. Pengaruh Positif dan Negatif Makanan Jajanan ... 20

2.6. Masalah Gizi pada Anak Sekolah ... 22

2.7. Perilaku Gizi Anak Sekolah ... 23

2.7.1. Pengetahuan Gizi Anak Sekolah ... 24

2.7.2. Sikap Gizi Anak Sekolah ... 25

2.7.3. Tindakan Gizi Anak Sekolah ... 26

2.8. Kerangka Konsep ... 28


(10)

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 29

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 30

3.2.2. Waktu Penelitian ... 31

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

3.3.1. Populasi ... 31

3.3.2. Sampel ... 32

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 33

3.4.1. Data Primer ... 33

3.4.2. Data Sekunder ... 33

3.5. Instrumen Penelitian ... 33

3.6. Aspek Pengukuran ... 34

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36

3.8. Mekanisme Pelaksanaan Penelitian ... 36

3.8.1. Tahap Persiapan ... 36

3.8.2. Tahap Pelaksanaan ... 37

3.8.3. Tahap Akhir ... 38

3.9. Variabel Penelitian ... 38

3.10. Definisi Operasional ... 38

3.11. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40

4.1. Gambaran Umum SD Negeri Nomor 081228 ... 40

4.2. Gambaran Umum SD Negeri Nomor 084094 ... 41

4.3. Gambaran Umum Responden ... 43

4.4. Gambaran Umum Kantin Sekolah di SD Negeri Nomor 081228 ... 44

4.5. Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima di Lingkungan SD Negeri Nomor 081228 ... 46

4.6. Gambaran Perilaku Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ... 48

4.6.1. Pengetahuan ... 48

4.6.2. Sikap ... 53

4.6.3. Tindakan ... 57

4.7. Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Poster terhadap Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Murid ... 61

4.7.1. Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Poster terhadap Pengetahuan Murid... 61

4.7.2. Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Poster terhadap Sikap Murid ... 62

4.7.3. Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Poster terhadap Tindakan Murid ... 63


(11)

BAB V PEMBAHASAN ... 65

5.1. Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Poster terhadap Pengetahuan Murid ... 65

5.2. Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Poster terhadap Sikap Murid ... 68

5.3. Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Poster terhadap Tindakan Murid ... 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 75

6.1. Kesimpulan ... 75

6.2. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Murid Berdasarkan Kelas, Jumlah Kelas, dan Jumlah Murid

di SD Negeri Nomor 081228 Tahun 2011 ... 40

Tabel 4.2. Distribusi Murid Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Negeri Nomor 081228 Tahun 2011 ... 41

Tabel 4.3. Distribusi Murid Berdasarkan Kelas, Jumlah Kelas, dan Jumlah Murid di SD Negeri Nomor 084094 Tahun 2011 ... 42

Tabel 4.4. Distribusi Murid Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Negeri Nomor 084094 Tahun 2011 ... 42

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Murid ... 43

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 44

Tabel 4.8. Daftar Makanan Jajanan yang Dijual di Kantin Sekolah ... 45

Tabel 4.9. Daftar Makanan Jajanan yang Dijual oleh Pedagang Makanan Jajanan Kaki Lima ... 47

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pretest dan Posttest Pengetahuan ... 50

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pretest dan Posttest Sikap ... 55

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pretest dan Posttest Tindakan ... 59

Tabel 4.13. Perbandingan Nilai Rata-Rata, MD (Mean Difference), t, dan Probabilitas (p) Total Skor Pengetahuan Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ... 62

Tabel 4.14. Perbandingan Nilai Rata-Rata, MD (Mean Difference), t, dan Probabilitas (p) Total Skor Sikap Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ... 63

Tabel 4.15. Perbandingan Nilai Rata-Rata, MD (Mean Difference), t, dan Probabilitas (p) Total Skor Tindakan Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ... 64


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 28

Gambar 3.1. Model Rancangan Penelitian ... 29

Gambar 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pretest dan Posttest Pengetahuan ... 48

Gambar 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pretest dan Posttest Sikap ... 54


(14)

ABSTRAK

Mengonsumsi makanan jajanan saat bersekolah sudah jadi aktivitas rutin murid Sekolah Dasar (SD) sehingga untuk mengurangi paparan murid SD terhadap makanan jajanan yang tidak aman diperlukan sosialisasi keamanan makanan jajanan pada murid SD. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu penyuluhan dengan metode dan media yang menarik bagi murid SD seperti, metode ceramah menggunakan audio visual yang diikuti pemajangan poster.

Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan rancangan pretes dan postes dengan kelompok kontrol. Sampel penelitian terdiri dari 105 responden pada kelompok perlakuan dan 65 responden pada kelompok kontrol. Responden adalah murid kelas V (lima) SD yang diambil dari SD berbeda. Pengambilan sampel dilakukan dengan tujuan tertentu. Penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah dan pemajangan poster. Pengaruh penyuluhan terhadap perilaku konsumsi makanan jajanan murid dianalisis menggunakan uji independent-sample t testdengan α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluhan dengan metode ceramah dan poster berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan murid dengan perbedaan rata=18,755 dan taraf signifikan=0,000, sikap murid dengan perbedaan rata=5,993 dan taraf signifikan=0,000, dan tindakan murid dengan perbedaan rata-rata=9,990 dan taraf signifikan=0,000.

Kesimpulan penelitian ini adalah penyuluhan dengan metode ceramah dan poster berpengaruh dalam meningkatkan perilaku konsumsi makanan jajanan murid. Disarankan pada pihak sekolah menggunakan metode ceramah dan poster untuk penyuluhan kesehatan di sekolah.

Kata kunci: penyuluhan dengan metode ceramah dan poster, perilaku konsumsi makanan jajanan, murid SD.


(15)

ABSTRACT

Consumption of street food when school had become a routine activity of Primary School student so that for decreasing level of the Primary School student about the street food who not save it needs a socialization of savety street food for Primary School student. One way that can be done is the health extension with the method and media that appeal to Primary School student, such as the discourse method with the audio visual and display of poster.

This study was quasi experiment with pretest-posttest control group design. Samples of this study are consisted of 105 respondents of treatment group and 65 respondents of control group. Respondents were the student of Primary School in the fifth grade who was taken from different Primary Schools. Sampling method was done by purposive sampling. The health extension was done by discourse method and display of poster. The effect of health extension on students behavior in consumption street food was analyzed by using independent-sample t test on α=0,05.

The result showed that the health extension with discourse method and poster effected to the increasing of student’s knowledge with mean difference=18,755 and significant value=0,000, attitude with mean difference =5,993 and significant value=0,000, and action with mean difference=9,990 and significant value=0,000.

The conclusion of this study is the health extension with discourse method and display of poster can improve student behavior in consumption street food. It is recommended to the school for using the discourse method and poster for health extension at school.

Keywords: health extension with discourse method and poster, behavior in consumption street food, Primary School student.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan merupakan modal pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Upaya kesehatan tersebut adalah perbaikan gizi terutama diusia sekolah dasar yaitu usia 7-12 tahun. Gizi yang baik akan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu sehat, cerdas, dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Jadi perbaikan gizi anak sekolah dasar khususnya merupakan langkah strategis karena dampaknya secara langsung berkaitan dengan pencapaian SDM yang berkualitas (Depkes RI, 2005).

Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak adalah kebiasaan makan. Kebiasaan anak senang jajan dapat berdampak buruk sebab banyak makanan jajanan yang tidak aman dan tidak sehat beredar. Mengonsumsi makanan jajanan yang tidak aman dan tidak sehat dapat menyebabkan anak terkena penyakit dan dapat menurunkan status gizi anak (Haryanto, 2002).

Sebenarnya orang tua ikut andil dengan kebiasaan anak mengonsumsi jajanan. Untuk menenangkan anak yang sedang rewel, orang tua terkadang membiarkan anaknya jajan atau bahkan membelikan jajanan. Akibatnya, anak menjadi kenyang dan malas makan masakan rumah serta lama kelamaan anak jadi punya kebiasaan jajan. Ada juga orang tua yang merasa cukup bijaksana melarang anaknya mengonsumsi jajanan kaki lima tapi membekali anaknya dengan snack seperti keripik kentang, soft drink, junk food seperti biskuit, krekers atau fast food. Disamping itu


(17)

ada juga orang tua yang membiarkan anaknya makan jajanan kue-kue tradisional dengan keyakinan bahwa jajanan tersebut lebih aman. Padahal kenyataannya, selain kebersihannya kurang terjamin, penggunaan pengawet, pewarna, dan pemanis buatannya lebih sulit dikontrol (Mudjajanto, 2006).

Berbicara masalah pangan yang aman, bermutu dan bergizi seimbang tidak terlepas dari faktor keamanan pangan. Masalah keamanan pangan memang menjadi isu strategis saat ini. Berbagai kasus gangguan kesehatan manusia akibat mengonsumsi pangan yang tercemar oleh cemaran fisik, biologis, dan kimia telah terjadi diberbagai daerah dan bahkan tergolong sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Kasus keamanan pangan yang banyak dijumpai adalah keracunan pangan, dimana salah satu sumber pangan yang menyebabkan keracunan adalah makanan jajanan.

Keberadaan makanan jajanan anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus. Hal ini sejalan dengan Gerakan Jajanan Sehat Anak Sekolah yang dicanangkan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia pada tanggal 31 Januari 2011. Fokus pengawasan diberikan pada jajanan anak sekolah karena data KLB keracunan pangan Badan POM (Pengawas Obat-obatan dan Makanan) menunjukkan setiap tahun selalu terjadi keracunan di sekolah dengan anak Sekolah Dasar (SD) menjadi kelompok yang paling sering mengalami keracunan (Mel, 2011).

Secara umum, jajanan yang dijual pedagang kaki lima di SD kualitasnya sangat memprihatinkan bila ditinjau dari aspek kesehatan. Data Badan POM tahun 2010 menunjukkan adanya jajanan yang tidak memenuhi syarat dengan ditemukannya dari 2.984 sampel yang diuji, 45% diantaranya tidak memenuhi syarat karena mengandung BTP yang dilarang seperti boraks, formalin, rhodamin B,


(18)

methanil yellow atau BTP yang diperbolehkan seperti benzoat, sakarin, dan siklamat namun penggunaannya melebihi batas, serta ada yang tidak memenuhi uji cemaran mikroba karena mengandung Escherichia coli. Hasil penelitian tersebut menunjukkan rendahnya perlindungan pada anak sekolah, padahal mengonsumsi jajanan saat bersekolah sudah jadi aktivitas rutin mereka (Permata, 2010). Untuk mengurangi paparan anak sekolah terhadap makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak aman diperlukan kepedulian terhadap keamanan makanan jajanan dari bebagai pihak seperti guru, orang tua, dan pedagang. Disinilah pentingnya sosialisasi keamanan makanan jajanan khususnya pada anak sekolah yang notabene merupakan golongan usia pertumbuhan yang seharusnya mengonsumsi makanan sehat (Judarwanto, 2008).

Tatanan sekolah merupakan salah satu ruang lingkup promosi kesehatan. Promosi kesehatan di lingkungan sekolah sangat efektif karena anak sekolah merupakan sasaran yang mudah dijangkau sebab terorganisasi dengan baik serta merupakan kelompok umur yang peka dan mudah menerima perubahan. Anak sekolah juga berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga mudah untuk dibimbing, diarahkan, dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik (Lucie, 2005). Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media yang disesuaikan dengan sasaran. Cara efektif dalam pendekatan kelompok adalah dengan metode ceramah. Pada metode ceramah dapat terjadi proses perubahan perilaku kearah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran dan saling tukar pengalaman sesama sasaran (Notoatmodjo, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Pulungan (2007) mengenai pengaruh metode penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam


(19)

Berdarah Dengue (PSN DBD) di Kecamatan Helvetia menyimpulkan bahwa metode ceramah dengan leaflet maupun ceramah dengan film berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhamayanti, dkk (2005) tentang promosi kesehatan jiwa melalui metode ceramah dengan role-play pada keluarga penderita skizofrenia dan tokoh masyarakat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta terbukti bahwa promosi kesehatan dengan metode ceramah berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan.

Poster merupakan salah satu media yang banyak dipakai dalam praktik promosi kesehatan karena poster menyampaikan informasi dengan kata-kata dan gambar atau simbol yang dapat mengungkit rasa keindahan, mempermudah pemahaman serta mampu mempengaruhi dan memotivasi perilaku orang yang melihatnya (Notoatmodjo, 2005). Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tampubolon (2009) tentang pengaruh media visual poster dan leaflet makanan sehat terhadap perilaku konsumsi makanan jajanan pelajar kelas khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, penelitian yang dilakukan oleh Anjelisa, dkk (2010) tentang sosialisasi cara penggunaan obat yang baik melalui penyebaran poster dan leaflet pada unit pelayanan kesehatan di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang, dan penelitian yang dilakukan oleh Rapiasih (2009) tentang pelatihan hygiene sanitasi dan poster berpengaruh terhadap pengetahuan, perilaku penjamah makanan, dan kelayakan hygiene sanitasi di Instalasi Gizi RSUP Sanglah Denpasar. Ketiga penelitian ini menyimpulkan bahwa media poster mampu mempengaruhi perilaku respondennya.


(20)

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perlu dilakukan promosi kesehatan tentang keamanan makanan jajanan di Sekolah Dasar. Melalui observasi yang dilakukan peneliti dalam survei pendahuluan, peneliti ingin melakukan promosi kesehatan dengan penyuluhan menggunakan metode ceramah dan media poster pada murid di SD Kelurahan Pincuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga sebab, SD di kelurahan ini ada yang letaknya berhadapan langsung dengan jalan raya sehingga memudahkan akses pedagang makanan jajanan kaki lima dengan murid, makanan jajanan yang dijual oleh pedagang makanan jajanan kaki lima tidak aman, masih banyak murid yang membeli makanan jajanan pada pedagang makanan jajanan kaki lima, dan memiliki jumlah murid terbanyak dibandingkan dengan SD di kelurahan lain sehingga kemungkinan murid terpapar makanan jajanan yang tidak aman lebih besar. Disamping itu, peneliti ingin mengetahui apakah penyuluhan keamanan makanan jajanan dengan menggunakan metode ceramah dan poster dapat mempengaruhi perilaku konsumsi makanan jajanan murid di SD Kelurahan Pincuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka, penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan poster terhadap perilaku konsumsi makanan jajanan murid di SD Kelurahan Pincuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga tahun 2011.


(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan poster terhadap perilaku konsumsi makanan jajanan murid di SD Kelurahan Pincuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi pihak sekolah bahwa penyuluhan kesehatan mengenai makanan jajanan pada murid dapat dilakukan dengan metode ceramah dan poster.

2. Sebagai informasi bagi pihak puskesmas bahwa penyuluhan pada murid SD khususnya mengenai makanan jajanan dapat dilakukan dengan metode ceramah dan poster.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan

Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana, dan terarah dengan peran serta aktif individu, kelompok, atau masyarakat untuk memecahkan masalah dengan memperhitungkan faktor sosial, ekonomi, dan budaya setempat. Selanjutnya, penyuluhan gizi dapat diartikan sebagai suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan derajat kesehatan dan mempertahankan gizi baik (Suhardjo, 2003).

Berbicara tentang penyuluhan tidak terlepas dari bagaimana agar sasaran penyuluhan dapat mengerti, memahami, tertarik, dan mengikuti apa yang kita suluhkan dengan baik, benar, dan atas kesadarannya sendiri berusaha untuk menerapkan ide-ide baru dalam kehidupannya. Oleh karena itu penyuluhan membutuhkan suatu perencanaan yang matang, terarah, dan berkesinambungan.

Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah. Titik berat penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang berkelanjutan. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak semata-mata karena penambahan pengetahuan saja namun, diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif, dan menguntungkan (Lucie, 2005).


(23)

2.1.1. Metode Penyuluhan

Menurut Van Deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005), metode yang dipilih oleh seorang agen penyuluhan sangat tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode penyuluhan ada 3 (tiga) yaitu:

1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Pada metode ini, penyuluh berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan. Metode ini sangat efektif karena sasaran dapat langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh.

Kelemahan metode ini adalah dari segi sasaran yang ingin dicapai kurang efektif, karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu, selain itu juga membutuhkan banyak tenaga penyuluh dan membutuhkan waktu yang lama.

2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran dibimbing dan diarahkan untuk melakukan kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerja sama. Salah satu cara efektif dalam metode pendekatan kelompok adalah dengan metode ceramah. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil seperti transfer informasi, tukar pendapat, umpan balik, dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman. Namun pada metode ini terdapat kesulitan dalam mengkoordinir sasaran karena faktor geografis dan aktifitas.


(24)

3. Metode berdasarkan pendekatan massa

Metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang banyak. Ditinjau dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, tapi terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran dan keingintahuan saja. Metode pendekatan massa dapat mempercepat proses perubahan tapi, jarang bisa mewujudkan perubahan perilaku.

Penelitian yang dilakukan oleh Pulungan (2007) mengenai pengaruh metode penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di Kecamatan Helvetia menyimpulkan bahwa metode ceramah dengan leaflet maupun ceramah dengan film berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhamayanti, dkk (2005) tentang promosi kesehatan jiwa melalui metode ceramah dengan role-play pada keluarga penderita skizofrenia dan tokoh masyarakat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta terbukti bahwa promosi kesehatan dengan metode ceramah berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan.

Berdasarkan uraian diatas, untuk melakukan penyuluhan keamanan makanan jajanan peneliti memilih metode pendekatan kelompok dengan cara ceramah. Melalui peran aktif sasaran penyuluhan dengan memberikan umpan balik terhadap penyuluh serta adanya saling tukar informasi dan pengalaman antar sesama peserta penyuluhan diharapkan terjadi proses perubahan perilaku kearah yang sesuai dengan pesan-pesan kesehatan yang disampaikan.


(25)

2.1.2. Media Penyuluhan

Menurut Notoatmodjo (2005), penyuluhan tidak dapat lepas dari media karena melalui media pesan disampaikan dengan mudah untuk dipahami. Media dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, dan mempermudah pengertian. Media promosi kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu promosi kesehatan. Dengan demikian, sasaran dapat mempelajari pesan-pesan kesehatan dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan, media dibagi menjadi 3 (tiga) (Notoatmodjo, 2003) yakni:

1. Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yaitu: a. Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan kesehatan dalam

bentuk lembar balik, dimana tiap lembar berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.

b. Booklet ialah pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

c. Poster ialah lembaran kertas dengan kata-kata dan gambar atau simbol untuk menyampaikan pesan/ informasi kesehatan.

d. Leaflet ialah penyampaian informasi kesehatan dalam bentuk kalimat, gambar ataupun kombinasi melalui lembaran yang dilipat.

e. Flyer (selebaran) seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk lipatan.

f. Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan.


(26)

2. Media elektronik sebagai saluran untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan memiliki jenis yang berbeda, antara lain:

a. Televisi: penyampaian informasi kesehatan dapat dalam bentuk sandiwara, diskusi, kuis, cerdas cermat seputar masalah kesehatan.

b. Radio: penyampaian pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tanya jawab, sandiwara radio, ceramah tentang kesehatan.

c. Video: penyampaian informasi kesehatan dengan pemutaran video yang berhubungan dengan kesehatan.

d. Slide dan Film strip

3. Media papan (Bill Board) yang dipasang di tempat umum dapat diisi dengan pesan kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan kesehatan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum. Berbagai penelitian telah dilakukan dengan menggunakan media untuk mengubah perilaku, hasilnya media mampu mempengaruhi sasarannya. Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008) tentang pengaruh poster terhadap perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada Baduta menyimpulkan bahwa pemasangan poster di posyandu mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Rapiasih, dkk (2009) tentang pelatihan hygiene sanitasi dan poster berpengaruh terhadap pengetahuan, perilaku penjamah makanan, dan kelayakan hygiene sanitasi di instalasi gizi RSUP Sanglah Denpasar. Hasil penelitian membuktikan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan, perilaku penjamah makanan dan kelayakan hygiene sanitasi setelah dilakukan pelatihan (diskusi dan demonstrasi) dengan media poster.


(27)

Menurut Notoatmodjo (2003), kelebihan poster dari media yang lainnya adalah tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana, dapat mengungkit rasa keindahan, dan mempermudah pemahaman. Selain itu poster juga mampu menyampaikan kesan-kesan tertentu serta mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti memilih poster untuk digunakan sebagai media dalam melakukan penyuluhan dengan tujuan sasaran mau dan mampu mengubah perilaku sesuai dengan pesan-pesan kesehatan yang disampaikan.

2.1.3. Proses Adopsi dalam Penyuluhan

Menurut Wiriaatmaja yang dikutip oleh Lucie (2005), indikasi yang dapat dilihat pada diri seseorang pada setiap tahapan adopsi dalam penyuluhan adalah:

1. Tahap sadar (awareness), pada tahap ini seseorang sudah mengetahui sesuatu yang baru karena hasil dari berkomunikasi dengan pihak lain.

2. Tahap minat (interest), pada tahap ini seseorang mulai ingin mengetahui hal-hal baru yang sudah diketahuinya dengan jalan mencari keterangan atau informasi yang lebih terperinci.

3. Tahap menilai (evaluation), pada tahap ini seseorang mulai menilai atau mempertimbangkan serta menghubungkan dengan keadaan atau kemampuan diri, misalnya kesanggupan baik dari segi sosial maupun ekonomi.

4. Tahap mencoba (trial), pada tahap ini seseorang mulai menerapkan dalam skala kecil sebagai upaya mencoba apakah dapat dilanjutkan.

5. Tahap penerapan atau adopsi (adoption), pada tahap ini seseorang sudah yakin akan hal baru dan mulai melaksanakan dalam skala besar.


(28)

2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan

Penyuluhan merupakan proses perubahan perilaku melalui suatu kegiatan pendidikan nonformal. Oleh karena itu selalu saja ada berbagai kendala dalam pelaksanaannya di lapangan. Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan keadaan yang disebabkan oleh penyuluhan, diantaranya sebagai berikut:

1. Keadaan pribadi sasaran

Beberapa hal yang perlu diamati pada diri sasaran adalah ada tidaknya motivasi pribadi sasaran dalam melakukan suatu perubahan, adanya ketakutan atau trauma dimasa lampau yang berupa ketidakpercayaan pada pihak lain karena pengalaman ketidakberhasilan atau kegagalan, kekurangsiapan dalam melakukan perubahan karena keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dana, sarana dan pengalaman serta adanya perasaan puas dengan kondisi yang dirasakan sekarang.

2. Keadaan lingkungan fisik

Lingkungan fisik yang dimaksud adalah lingkungan yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung dalam keberhasilan penyuluhan. 3. Keadaan sosial dan budaya masyarakat

Kondisi sosial budaya dimasyarakat akan mempengaruhi efektifitas penyuluhan karena kondisi sosial budaya merupakan suatu pola perilaku yang dipelajari, dipegang teguh oleh setiap warga masyarakat dan diteruskan secara turun menurun, dan akan sangat sulit merubah perilaku masyarakat jika sudah berbenturan dengan keadaan sosial budaya masyarakat.


(29)

4. Akifitas kelembagaan yang tersedia dan menunjang penyuluhan

Peran serta lembaga terkait dalam proses penyuluhan akan menentukan efektifitas penyuluhan. Dalam hal ini lembaga berfungsi sebagai pembuat keputusan yang akan ditetapkan sehingga harus dilaksanakan oleh masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

2.2. Promosi Kesehatan di Sekolah

Promosi kesehatan di sekolah adalah upaya meningkatkan kemampuan peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar mandiri dalam mencegah penyakit, memelihara kesehatan, menciptakan dan memelihara lingkungan sehat, terciptanya kebijakan sekolah sehat serta berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat sekitarnya (Depkes RI, 2007).

Promosi kesehatan merupakan kegiatan yang penting dalam proses pemberdayaan masyarakat sekolah. Oleh karena itu, promosi kesehatan diarahkan untuk mempercepat pencapaian sekolah sehat. Dalam upaya mengimplementasikan hal tersebut maka dikembangkanlah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). UKS merupakan kegiatan promosi kesehatan yang dilaksanakan di sekolah yang melibatkan semua pihak di sekolah berkaitan dengan masalah kesehatan, menciptakan lingkungan yang sehat, memberikan pendidikan kesehatan bagi peserta didik, dan memberikan akses pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif pada peserta didik.


(30)

2.2.1.Komponen Promosi Kesehatan di Sekolah

Komponen-komponen promosi kesehatan di sekolah menurut WHO dalam Notoatmodjo (2005), dijelaskan sebagai berikut:

1. Penerapan kebijakan kesehatan.

Kepala sekolah dan guru berunding dalam membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan masalah kesehatan.

2. Tersedianya sarana dan prasarana pencegahan dan pengobatan sederhana di sekolah. Misalnya dengan membangun klinik atau penyediaan peralatan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).

3. Tersedianya lingkungan yang sehat. Misalnya ventilasi yang cukup di setiap ruang kelas, tersedianya air bersih dan tempat sampah, dan sebagainya.

4. Adanya program penyuluhan kesehatan. 5. Partisipasi orang tua murid dan masyarakat. 2.3. Keamanan Pangan

Keamanan pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya perhatian terhadap hal ini, telah sering mengakibatkan terjadinya dampak berupa penurunan kesehatan konsumennya, mulai dari keracunan makanan akibat tidak higienisnya proses penyimpanan dan penyajian sampai risiko munculnya penyakit kanker akibat penggunaan bahan tambahan (food additive) yang berbahaya. Keamanan pangan merupakan masalah kompleks sebagai hasil interaksi antara toksisitas mikrobiologik, toksisitas kimia, dan status gizi. Hal ini saling berkaitan, dimana pangan yang tidak aman akan mempengaruhi kesehatan manusia yang pada akhirnya menimbulkan masalah terhadap status gizi (Khomsan, 2003).


(31)

Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain tanpa membedakan apakah zat itu secara alami terdapat dalam bahan makanan atau tercampur secara sengaja atau tidak sengaja kedalam bahan makanan atau makanan jadi yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Pangan yang aman serta bermutu dan bergizi tinggi sangat penting peranannya bagi pertumbuhan, pemeliharaan, dan peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan kecerdasan masyarakat (Khomsan, 2003).

2.4. Bahan Tambahan Pangan (BTP)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 menyatakan bahwa bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan, untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan tersebut.

2.4.1. Jenis Bahan Tambahan Pangan (BTP)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988, BTP digolongkan ke dalam 11 (sebelas) jenis antara lain sebagai berikut:


(32)

1. Antioksidan dan antioksidan sinergis

Digunakan untuk mencegah terjadinya proses oksidasi. Contoh: asam askorbat dan garamnya untuk produk daging, ikan, dan buah-buahan kaleng. 2. Antikempal

Untuk mencegah atau mengurangi kecepatan pengempalan atau menggumpalnya makanan yang mempunyai sifat higroskopis, yang biasa ditambah antikempal misalnya susu, krim, dan kaldu bubuk.

3. Pengatur keasaman

Dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh: Asam laktat dan malat yang digunakan pada jeli. 4. Pemanis buatan

Menyebabkan rasa manis pada makanan yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Contoh: Aspartam, Siklamat, dan Sakarin.

5. Pemutih dan pematang tepung

Mempercepat proses pemutihan dan atau pematangan tepung hingga dapat memperbaiki mutu penanganan.

6. Pengemulsi, pemantap dan pengental

Membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan yang biasanya mengandung air atau minyak. Contoh: gelatin pemantap dan pengental untuk sediaan keju.

7. Pengawet

Mencegah fermentasi dan pengasaman/ penguraian oleh mikroorganisme. Contoh: asam benzoat dan garamnya untuk produk buah, kecap, dan keju.


(33)

8. Pengeras

Memperkeras atau mencegah lunaknya makanan. Contoh: Al sulfat, Al Na sulfat untuk pengeras acar ketimun dalam botol.

9. Pewarna

Memperbaiki atau memberi warna. Contoh: green S warna hijau, kurkumin warna kuning, dan karamel warna coklat.

10. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa

Dapat memberikan, mempertegas rasa dan aroma. Contoh: Asam guanilat, Asam inosinat, dan monosodium glutamate (MSG) pada produk daging. 11. Sekuestran

Mencegah terjadinya oksidasi penyebab perubahan warna dan aroma, biasa ditambahkan pada daging dan ikan. Contoh: asam folat dan garamnya. Produsen makanan dianggap melanggar peraturan jika menggunakan BTP yang dilarang atau melebihi takaran maksimum yang diizinkan. BTP yang dilarang tetapi sering digunakan oleh produsen makanan, antara lain (Permata, 2010):

1. Boraks: sebagai pengenyal pada bakso dan lontong. 2. Formalin: sebagai pengawet pada tahu dan mi basah. 3. Rhodamin B: sebagai pewarna merah.

4. Methanil Yellow: sebagai pewarna kuning.

5. Pemanis buatan (Siklamat dan Sakarin): sering digunakan pada minuman ringan dan makanan jajanan yang ditujukan bukan untuk pangan khusus bagi penderita diabetes melainkan dengan maksud dijual murah tapi rasanya manis.


(34)

2.4.2. Tujuan Penambahan Bahan Tambahan Pangan (BTP)

Menurut Khomsan (2003), tujuan penambahan bahan tambahan pangan yaitu: 1. Meningkatkan nilai gizi makanan.

2. Memperbaiki nilai estetika dan sensori makanan. 3. Memperpanjang umur simpan makanan.

Pada umumnya BTP yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila:

1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan.

2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau tidak memenuhi persyaratan.

3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk makanan.

4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan makanan. 2.5. Makanan Jajanan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003, makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/ restoran, dan hotel. Sedangkan menurut Kus dan Kusno (2007) makanan jajanan adalah makanan yang banyak ditemukan di pinggir jalan yang dijajakan dalam berbagai bentuk, warna, rasa serta ukuran sehingga menarik minat dan perhatian orang untuk membelinya.


(35)

Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima (street food) menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. 2.5.1. Jenis Makanan Jajanan

Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004 yang dikutip oleh Tampubolon (2009), jenis makanan jajanan digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu:

1. Makanan jajanan yang berbentuk panganan, misalnya kue-kue kecil, pisang goreng, kue bugis dan sebagainya.

2. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti mi bakso, nasi goreng, mi goreng, mi rebus, pecal, dan sebagainya.

3. Makanan jajanan yang berbentuk minuman, seperti es krim, es campur, jus buah, dan sebagainya.

2.5.2. Pengaruh Positif dan Negatif Makanan Jajanan

Menurut Kus dan Kusno (2007) pada umumnya anak-anak lebih menyukai jajanan di warung maupun kantin sekolah daripada makanan yang telah tersedia di rumah. Kebiasaan jajan di sekolah sangat bermanfaat jika makanan yang dibeli itu sudah memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat melengkapi kebutuhan gizi anak. Disamping itu juga untuk mengisi kekosongan lambung, karena setiap 3-4 jam sesudah makan lambung mulai kosong. Akhirnya apabila tidak beli jajan, anak tidak dapat memusatkan kembali pikirannya pada pelajaran yang diberikan guru. Jajan juga dapat dipergunakan untuk mendidik anak dalam memilih makanan jajanan 4 (empat) sehat 5 (lima) sempurna (Yusuf, dkk, 2008).


(36)

Melalui makanan jajanan anak bisa mengenal berbagai makanan yang ada sehingga membantu anak untuk membentuk selera makan yang beragam, sehingga saat dewasa anak dapat menikmati aneka ragam makanan. Manfaat atau keuntungan dari kebiasaan jajan anak yakni (Khomsan, 2003):

1. Memenuhi kebutuhan energi.

2. Mengenalkan diversifikasi (keanekaragaman) jenis makanan. 3. Meningkatkan gengsi dengan teman-teman.

Selain memberikan dampak positif, kebiasaan jajan juga dapat berdampak negatif. Makanan jajanan berisiko terhadap kesehatan karena penanganganannya sering tidak baik yang memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi mikroba beracun dan menggunakan BTP yang tidak diizinkan (Mudjajanto, 2006).

Menurut Kus dan Kusno (2007) terlalu sering dan menjadikan konsumsi makanan jajanan menjadi kebiasaan akan berakibat negatif, antara lain:

1. Nafsu makan menurun.

2. Makanan yang tidak higienis akan menimbulkan berbagai penyakit. 3. Salah satu penyebab terjadinya obesitas pada anak.

4. Kurang gizi sebab kandungan gizi pada jajanan tidak terjamin. 5. Pemborosan.

Makanan jajanan mengandung banyak risiko. Debu, asap kendaraan bermotor, dan lalat yang hinggap pada makanan yang tidak ditutup serta peralatan makan seperti sendok, garpu, gelas, dan piring yang tidak dapat dicuci dengan bersih karena persediaan air terbatas dapat menyebabkan penyakit pada sistem pencernaan seperti disentri, tifus ataupun penyakit perut lainnya.


(37)

2.6. Masalah Gizi pada Anak Sekolah

Menurut Haryanto (2002), masalah-masalah gizi yang umum terjadi pada anak sekolah adalah:

1. Anemia gizi

Anemia gizi karena kurang zat gizi besi adalah masalah yang sering ditemukan pada anak sekolah dan remaja. Agar zat besi yang diabsorbsi lebih banyak tersedia untuk tubuh, maka diperlukan bahan makanan yang berkualitas tinggi. Daging, hati, ikan, dan ayam merupakan makanan yang mengandung zat besi yang berkualitas tinggi, artinya mudah dicerna. Zat besi juga dapat diperoleh dari pangan nabati seperti kacang kedelai, serelia, sayur-sayuran, dan buah-buahan tapi tidak mudah diabsorbsi oleh pencernaan. Makan bahan makanan yang mengandung vitamin C mempermudah penyerapan zat besi. Jadi, menu makanan di rumah yang terdiri dari lauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan yang mengandung zat besi sangat bermanfaat mencegah anemia gizi besi.

2. Karies gigi

Perilaku makan yang tidak sehat disertai kebersihan mulut yang buruk menyebabkan perusakan gigi dan gusi. Mulut yang tidak bersih menyebabkan penyakit gusi dan penanggalan gigi premature diusia dewasa. Kondisi ini tidak hanya menyebabkan gangguan kesehatan, tetapi juga penampilan. Pendidikan tentang kebersihan mulut, penggunaan fluoride dalam air minum dan pasta gigi, penggunaan pemanis alternatif, dan perbaikan kesehatan mulut sangat penting dalam penurunan kasus tersebut.


(38)

3. Kurang gizi

Kurang gizi pada anak sekolah disebabkan pada usia sekolah biasanya anak sudah mulai dapat memilih makanan yang disukainya. Mempunyai kebiasaan makan makanan jajanan yang tidak bergizi, gemar bermain sehingga melupakan waktu makan, dan mempunyai kebiasaan tidak sarapan jika berlangsung lama dapat menyebabkan kekurangan gizi.

4. Obesitas

Cadangan lemak dalam jumlah yang cukup sangat diperlukan dalam tubuh tapi, sebagian anak sekolah ada yang makannya melebihi kebutuhannya sehingga menyebabkan kegemukan. Badan gemuk berpengaruh kurang baik terhadap imajinasi diri, perkembangan psikis, dan sosial sehingga berakibat depresi yang akhirnya memacu makan lebih banyak lagi. Selain itu, badan gemuk juga mempunyai kecenderungan untuk menderita penyakit jantung, ginjal, diabetes, hipertensi serta berakibat timbulnya penyakit-penyakit lain. 2.7. Perilaku Gizi Anak Sekolah

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku adalah tindakan atau aktifitas dari manusia baik yang dapat langsung diamati maupun tidak diamati. Dengan kata lain perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Bloom dalam Notoatmodjo (2003) membaginya menjadi ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya, ketiga domain ini diukur dari:


(39)

1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge).

2. Sikap peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude). 3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan

materi pendidikan yang diberikan (practice).

Jadi, yang dimaksud dengan perilaku gizi anak sekolah adalah cara anak sekolah berpikir, berpengetahuan, dan berpandangan tentang makanan yang dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan (Haryanto, 2002). 2.7.1. Pengetahuan Gizi Anak Sekolah

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk tindakan seseorang karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan lama daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Jadi, sebelum seseorang berperilaku baru, dia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan gizi sangat diperlukan dalam upaya pemilihan makanan yang akan dikonsumsi, dengan tujuan agar makanan tersebut memberikan gizi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh. Pengetahuan gizi sebaiknya telah ditanamkan sedini mungkin. Anak yang didasari dengan pengetahuan gizi yang baik akan memperhatikan keadaan gizi setiap makanan yang dikonsumsinya. Rendahnya pengetahuan gizi anak sekolah menyebabkan keterbatasan dalam menangani masalah gizi dan kesehatan sekalipun di daerah tempat tinggalnya banyak tersedia bahan makanan dan pelayanan kesehatan yang memadai yang dapat menyampaikan informasi tentang bagaimana mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.


(40)

2.7.2. Sikap Gizi Anak Sekolah

Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap hanyalah kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek dengan suatu cara. Jadi, sikap adalah pandangan, pendapat, tanggapan ataupun penilaian dan juga perasaan seseorang terhadap stimulus atau objek yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak (Notoatmodjo, 2003).

Sikap gizi anak sekolah adalah penilaian atau pendapat anak sekolah terhadap cara-cara memelihara dan berperilaku hidup sehat. Dengan kata lain, pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olah raga, relaksasi (istirahat), dan sebagainya bagi kesehatan. Sikap anak sekolah terhadap makanan sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat (Haryanto, 2002).

Kesenangan seseorang akan makan didasarkan pada dasar psikologi dan budaya yang berbeda-beda. Unsur-unsur budaya mampu mempengaruhi kebiasaaan makan yang kadang-kadang dapat bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Sikap membuat seseorang setuju (mendekat) atau tidak setuju (menjauhi suatu hal). Tetapi ada kalanya sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan yang tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini menurut Notoatmodjo (2003), disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain:

1. Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. 2. Sikap diikuti ataupun tidak diikuti tindakan mengacu pada pengalaman orang

lain.


(41)

2.7.3. Tindakan Gizi Anak Sekolah

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan dia akan melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya. Inilah yang disebut tindakan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Tindakan anak sekolah terhadap makanan tercermin dari kebiasaan makannya. Menurut Suhardjo (2003), kebiasaan makan adalah cara individu memilih dan mengonsumsi pangan sebagai reaksi terhadap fisiologik, psikologik, sosial, dan budaya. Faktor utama yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia ada 2 (dua) yaitu:

1. Faktor ekstrinsik, yang merupakan faktor yang berasal dari luar diri manusia yang terdiri dari lingkungan alam, lingkungan ekonomi, lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan agama.

2. Faktor intrinsik, merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang terdiri dari asosiasi emosional, keadaan jasmani, kejiwaan yang sakit, penilaian terhadap mutu makanan, dan pengetahuan gizi.

Kebiasaan makan anak sekolah sangat khas dan berbeda sehingga perlu perhatian khusus, terutama bila kebiasaan makan tersebut kurang baik sebab dapat mengakibatkan penurunan status gizi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan yang kurang baik adalah adanya tahyul atau mistik, kepercayaan, dan adat istiadat yang berhubungan dengan makanan. Kebiasaan makan yang tidak baik pada anak sekolah antara lain:


(42)

1. Tidak makan (missing meals), terutama makan pagi atau sarapan.

2. Gemar makanan cepat saji, baik yang langsung dibeli ataupun yang dibawa dari rumah. Makanan ini mengandung zat gizi yang tinggi energi, lemak, dan protein, tetapi kurang serat.

3. Gemar makan snack. Snack cenderung tinggi lemak dan gula.

4. Gemar mengonsumsi minuman ringan (soft drink). Minuman ringan rendah nilai gizinya, apalagi kalau digunakan sebagai pengganti minuman susu yang merupakan sumber kalsium yang sangat dibutuhkan pada usia sekolah.

5. Preferensi (adanya makanan yang disukai atau tidak disukai).

6. Keinginan untuk langsing. Diet ketat umumnya karena ingin langsing padahal sedang dalam periode tumbuh cepat.

Anak yang mempunyai kebiasaan makan yang baik dilingkungan keluarganya akan memilih makanan dengan pertimbangan kualitas dan kuantitas, baik ketika berada di kantin sekolah ataupun di tempat-tempat penyedia makanan lainnya. Perhatian khusus perlu diberikan pada anak sekolah karena umumnya anak sekolah disibukkan dengan kegiatan di luar rumah sehingga cenderung melupakan waktu untuk makan (Judarwanto 2008).


(43)

2.8. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan bahwa yang akan diteliti adalah pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan poster terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan murid terhadap makanan jajanan. Tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan murid sebelum penyuluhan diukur dengan pretest. Untuk melihat sejauh mana pengaruh penyuluhan diukur dengan posttest.

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian 2.9. Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan pengetahuan murid tentang makanan jajanan antara kelompok perlakuan dan kontrol.

2. Ada perbedaan sikap murid terhadap makanan jajanan antara kelompok perlakuan dan kontrol.

3. Ada perbedaan tindakan murid terhadap makanan jajanan antara kelompok perlakuan dan kontrol.

Penyuluhan dengan metode ceramah dan poster

Pengetahuan tentang makanan jajanan

Sikap terhadap makanan jajanan

Tindakan terhadap makanan jajanan


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan pretest-posttest with control group untuk mengetahui pengaruh penyuluhan keamanan makanan jajanan terhadap perilaku konsumsi makanan jajanan pada murid SD (Sekolah Dasar). Pada rancangan ini terdapat kelompok kontrol yang berfungsi sebagai pembanding sehingga memungkinkan peneliti dapat menguji perbedaan yang terjadi pada kelompok perlakuan setelah diberikan intervensi. Model rancangannya yaitu (Murti, 2003):

Gambar 3.1. Model Rancangan Penelitian Keterangan:

E = kelompok perlakuan C = kelompok kontrol

O1= pretest pada kelompok perlakuan O2= posttest pada kelompok perlakuan

X = intervensi (penyuluhan dengan metode ceramah dan poster) O3= pretest pada kelompok kontrol

O4= posttest pada kelompok kontrol

Pengaruh intervensi ditunjukkan oleh perbedaan O2 – O1 pada kelompok perlakuan dan O4 – O3 pada kelompok kontrol.

E

O1 X

O2


(45)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Nomor 081228 dan 084094 Kelurahan Pincuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga.

SD Negeri Nomor 081228 dipilih sebagai kelompok perlakuan atas dasar pertimbangan sebagai berikut:

1. Dari 5 (lima) SD yang terdapat di Kelurahan Pincuran Kerambil, SD Negeri Nomor 081228 memiliki jumlah pedagang makanan jajanan terbanyak yaitu 8 (delapan) yang terdiri dari 1 (satu) pedagang makanan jajanan di kantin sekolah dan 7 (tujuh) pedagang makanan jajanan kaki lima. Banyaknya pedagang makanan jajanan kaki lima karena lokasi SD berhadapan dengan jalan raya sehingga memudahkan akses pedagang kaki lima dengan murid. 2. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima tidak aman.

3. Masih banyak murid yang jajan pada pedagang makanan jajanan kaki lima. 4. Banyak makanan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah. Kantin sekolah

menjual berbagai jenis jajanan seperti, lontong, mi gomak, mi tek-tek, nasi dan mi goreng, aneka gorengan, kue, roti, permen, snack, dan sebagainya. Pedagang kaki lima menjual berbagai jenis jajanan berupa makanan jajanan olahan seperti, bakso bakar dan goreng, sosis goreng, ayam goreng tepung, burger, siomay, aneka gorengan, martabak telur, es dangdut, es lilin, dan lainnya serta makanan jajanan pabrikan.

5. Memiliki murid terbanyak yaitu 598 murid sehingga diasumsikan banyak murid yang akan terpapar makanan jajanan tidak aman.


(46)

6. Merupakan salah satu SD Percontohan di kota Sibolga sehingga diharapkan dapat memberi contoh pada SD lain dalam pengelolaan makanan jajanan yang baik untuk murid.

7. Belum pernah dilakukan penyuluhan tentang makanan jajanan.

Untuk kelompok kontrol dipilih SD Negeri Nomor 084094. Pemilihan tersebut atas dasar kesamaan karakteristik dengan SD Negeri Nomor 081228. Adapun karakteristik yang dimaksud yaitu pendidikan orang tua murid, pekerjaan orang tua murid, pendidikan terakhir guru, jumlah pedagang makanan jajanan kaki lima di lingkungan sekolah, dan lokasi sekolah yang berhadapan dengan jalan raya.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2010 sampai dengan bulan Juni tahun 2011.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid di SD Negeri Nomor 081228 dan 084094 yang tercatat sebagai murid pada tahun ajaran 2010/2011 yaitu 1011 orang.

Adapun jumlah seluruh murid dari masing-masing sekolah dasar negeri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jumlah seluruh murid SD Negeri Nomor 081228 yaitu 598 orang. 2. Jumlah seluruh murid SD Negeri Nomor 084094 yaitu 413 orang.


(47)

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan metode purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah murid kelas V (lima). Alasan pengambilan murid kelas V (lima) sebagai sampel karena umumnya murid kelas V (lima) berusia 9-13 tahun, dimana anak dalam usia ini dapat diajak berkomunikasi sehingga dapat merespon dengan baik komunikasi langsung yang dilakukan oleh peneliti. Selain itu, berdasarkan observasi peneliti saat survei pendahuluan diketahui bahwa murid kelas V (lima) adalah kader Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dimana salah satu kegiatan UKS adalah memberikan pendidikan kesehatan sehingga diharapkan murid kelas V (lima) tersebut mampu menyampaikan informasi atau pesan kesehatan yang telah diterima kepada seluruh murid.

Adapun jumlah murid kelas V (lima) dikedua sekolah dasar negeri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jumlah murid kelas V (lima) SD Negeri Nomor 081228 yaitu 105 orang, dengan rincian:

- Kelas V (lima) A: 35 orang - Kelas V (lima) B: 35 orang - Kelas V (lima) C: 35 orang

2. Jumlah murid kelas V (lima) SD Negeri Nomor 084094 yaitu 65 orang, dengan rincian:

- Kelas V (lima) A: 33 orang - Kelas V (lima) B: 32 orang


(48)

Total jumlah murid kelas V (lima) dari kedua sekolah dasar negeri di Kelurahan Pincuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga yaitu 170 orang maka, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 170 murid.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui kuesioner yang berisi identitas responden dan perilaku responden dalam mengonsumsi makanan jajanan. Identitas responden meliputi nama, kelas, jenis kelamin, dan tempat/ tanggal lahir. Perilaku responden meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam mengonsumsi makanan jajanan. Penggunaan kuesioner dibagi dalam 2 (dua) bagian yaitu pretest dan posttest untuk kelompok perlakuan dan kontrol.

3.4.2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari kantor Kepala Sekolah pada bagian Tata Usaha SD Negeri Nomor 081228 dan 084094. Data tersebut meliputi data jumlah seluruh murid, jumlah murid setiap kelas, jumlah murid kelas V (lima), dan data pendukung lainnya. 3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berupa infocus, poster, dan kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup yang disusun secara terstruktur. Kuesioner digunakan untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan tindakan yang memiliki hubungan dengan konsumsi makanan jajanan.


(49)

3.6. Aspek Pengukuran 1. Pengetahuan

Pada komponen pengetahuan terdapat 15 item pertanyaan dengan tipe pilihan jawaban skala Likert yaitu benar, hampir benar dan salah. Diberi skor 3 untuk jawaban yang benar, skor 2 untuk jawaban yang hampir benar, dan skor 0 untuk jawaban yang salah. Total skor pengetahuan tertinggi adalah 45 dan terendah adalah 0. Berdasarkan tipe jawaban di atas maka dapat dikategorikan tingkat pengetahuan responden dengan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2002):

a. Baik, bila total skor responden >75% dari total skor seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan total skor >34.

b. Cukup, bila total skor responden 40-75% dari total skor seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan total skor 18-34.

c. Kurang, bila total skor responden <40% dari total skor seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan total skor <18.

2. Sikap

Komponen sikap menggunakan skala Gutment yakni dengan 2 (dua) alternatif jawaban yaitu setuju dan tidak setuju. Sikap terdiri dari 15 pernyataan yang memuat 4 pernyataan positif (nomor 4, 11, 12, dan 13) dan 11 pernyataan negatif (nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 14, 15). Jawaban terhadap pernyataan positif diberi skor 1 untuk jawaban setuju dan 0 untuk jawaban tidak setuju. Sebaliknya untuk tipe pernyataan negatif diberi skor 1 untuk jawaban tidak setuju dan 0 untuk jawaban setuju. Total skor tertinggi adalah 15 dan terendah adalah 0.


(50)

Berdasarkan kriteria di atas dapat dikategorikan tingkat sikap responden dengan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2002):

a. Baik, bila total skor responden >75% dari total skor seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan total skor >11.

b. Cukup, bila total skor responden 40-75% dari total skor seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan total skor 6-11.

c. Kurang, bila total skor responden <40% dari total skor seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan total skor <6.

3. Tindakan

Komponen tindakan terdiri dari 15 pernyataan dengan tipe pilihan jawaban berskala Likert yaitu Selalu, Sering, Kadang-kadang, dan Tidak pernah. Nilai untuk pernyataan nomor 1, 2, 3, 6, 8, 11, 12, 13, dan 14 diukur dengan skor 4 untuk tindakan yang selalu dilakukan (setiap hari), 3 untuk tindakan yang sering dilakukan (3-5 hari), 2 untuk tindakan yang kadang-kadang dilakukan (1-2 hari), dan 1 untuk tindakan yang tidak pernah dilakukan. Pernyataan nomor 4, 5, 7, 9, 10, dan 15 diukur dengan skor 4 untuk tindakan yang tidak pernah dilakukan, 3 untuk tindakan yang kadang-kadang dilakukan (1-2 hari), 2 untuk tindakan yang sering dilakukan (3-5 hari), dan 1 untuk tindakan yang selalu dilakukan (setiap hari). Total skor tindakan tertinggi 60 dan terendah 15. Tindakan dikategorikan:

a. Baik, bila total skor responden ≥50% dari total skor seluruh pertanyaan tentang tindakan, dengan total skor ≥30.

b. Tidak baik, bila total skor responden <50% dari total skor seluruh pertanyaan tentang tindakan, dengan total skor <30.


(51)

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas

Agar alat ukur yang dipakai benar-benar mengukur pengetahuan, sikap, dan tindakan murid serta dapat melakukan fungsi ukurnya secara cermat dan dapat dipercaya maka, dilakukan uji kuesioner diluar objek penelitian yaitu pada 20 murid kelas V (lima) SD Negeri Nomor 060921 Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan. Uji validitas instrumen menggunakan nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing butir pertanyaan. Item pertanyaan yang mencapai nilai korelasi minimal 0,30 dianggap memuaskan atau valid (Azwar, 2003). Uji reliabilitas menggunakan nilai Croanbach’s Alpha. Reliabilitas suatu item variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Croanbach’s Alpha >0,60.

Secara keseluruhan semua item pertanyaan variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan dari kuesioner penelitian ini dinyatakan valid dan reliabel. Hasil statistik menunjukkan bahwa nilai Corrected Item-Total Correlation dari pengetahuan >0,30 dan Croanbach’s Alpha 0,710. Untuk sikap nilai Corrected Item-Total Correlation >0,30 dan Croanbach’s Alpha 0,874. Begitu juga dengan tindakan, nilai Corrected Item-Total Correlation >0,30 dan Croanbach’s Alpha 0,779.

3.8. Mekanisme Pelaksanaan Penelitian 3.8.1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan berupa survei pendahuluan untuk mengetahui karakteristik responden, lokasi penelitian, mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian, dan penyusunan rencana eksperimen yaitu membuat proposal, menyusun instrumen penelitian, uji instrumen penelitian, seminar proposal, dan mengurus perizinan pelaksanaan penelitian.


(52)

3.8.2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 Maret-11 April 2011 di SD Negeri Nomor 081228 dan 084094 Kelurahan Pincuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga dengan mekanisme kegiatan sebagai berikut:

1. Pretest

Pretest dilaksanakan pada hari Senin tanggal 21 Maret 2011 selama 45 menit. Responden menjawab kuesioner yang terdiri dari pertanyaan pengetahuan, sikap, dan tindakan.

2. Penyuluhan

Penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah menggunakan infocus dan pemajangan poster. Ceramah dilaksanakan selama 50 menit kemudian tanya jawab selama 20 menit. Kegiatan tersebut dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali pada responden yang berbeda yaitu murid kelas V (lima) A, B, dan C. Poster dipajang sebanyak 4 (empat) buah yaitu di kelas V (lima) A, B, C tepatnya pada dinding di sebelah kanan papan tulis, dan di papan pengumuman sekolah yang terletak di depan tangga menuju lantai dua selama 2 (dua) minggu. Hari Jumat tanggal 25 Maret 2011 dilaksanakan penyuluhan pada murid kelas V (lima) A kemudian pada murid kelas V (lima) B. Hari Sabtu tanggal 26 Maret 2011 dilaksanakan penyuluhan pada murid kelas V (lima) C.

3. Posttest

Posttest dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 8 April 2011 selama 45 menit. Responden menjawab kuesioner yang terdiri dari pertanyaan pengetahuan, sikap, dan tindakan.


(53)

3.8.3. Tahap Akhir

Setelah data terkumpul melalui pretest dan posttest, dilakukan editing, coding, dan entry. Selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan fasilitas komputer.

3.9. Variabel Penelitian

Variabel penelitian dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini variabel-variabel tersebut yaitu:

1. Variabel bebas (independent) adalah penyuluhan dengan metode ceramah dan pemajangan poster.

2. Variabel terikat (dependent) adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan murid terhadap konsumsi makanan jajanan.

3.10. Definisi Operasional

1. Penyuluhan adalah suatu usaha penyebarluasan informasi tentang keamanan makanan jajanan dengan metode ceramah dan poster.

2. Ceramah adalah kegiatan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dan informasi-informasi tentang keamanan makanan jajanan dengan menggunakan alat infocus.

3. Poster adalah lembaran kertas yang berisi kata-kata, dan gambar untuk menyampaikan pesan dan informasi tentang keamanan makanan jajanan.


(54)

4. Perilaku konsumsi makanan jajanan adalah cara murid berpikir, berpengetahuan, berpandangan, dan bertindak terhadap makanan jajanan. 5. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui murid tentang makanan

jajanan.

6. Sikap adalah pandangan atau tanggapan murid terhadap konsumsi makanan jajanan.

7. Tindakan adalah aktifitas yang dilakukan murid sehubungan dengan konsumsi makanan jajanan.

3.11. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian menggunakan uji statistik independent-sample t test yaitu untuk membandingkan perbedaan total skor pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang konsumsi makanan jajanan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows 17.0 dengan keputusan uji statistik menggunakan taraf signifikan (p), yaitu:

1. Jika p<0,05 artinya ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan poster terhadap perilaku konsumsi makanan jajanan murid di SD Kelurahan Pincuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga.

2. Jika p>0,05 artinya tidak ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan poster terhadap perilaku konsumsi makanan jajanan murid di SD Kelurahan Pincuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga. Analisis hasil juga dilakukan dengan cara distribusi frekuensi dan tabel kemudian diinterpretasikan untuk menjawab tujuan penelitian sebagai kesimpulan penelitian.


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum SD Negeri Nomor 081228

Sekolah Dasar Negeri Nomor 081228 terletak di Jalan Sisingamangaraja Nomor 158 Kelurahan Pincuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga. Fasilitas sekolah yang ada di SD ini antara lain 8 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang UKS, 3 kamar mandi murid, 1 kamar mandi guru, 1 gudang, 1 kantin, dan 1 rumah penjaga sekolah.

Ketenagaan di SD Negeri Nomor 081228 berdasarkan Laporan Bulanan pada bulan Maret tahun 2011 berjumlah 27 orang, dengan rincian 1 orang kepala sekolah, 23 orang guru, 1 orang pegawai tata usaha, 1 orang pegawai perpustakaan, dan 1 orang penjaga sekolah.

Jumlah seluruh murid SD Negeri Nomor 081228 pada tahun ajaran 2010/ 2011 tampak pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Murid Berdasarkan Kelas, Jumlah Kelas, dan Jumlah Murid di SD Negeri Nomor 081228 Tahun 2011

Kelas Jumlah Kelas Jumlah Murid

I (satu) 3 117

II (dua) 3 107

III (tiga) 3 97

IV (empat) 2 90

V (lima) 3 105

VI (enam) 2 82

Jumlah 16 598

Sumber: Laporan Bulanan Bulan Maret Tahun 2011 Tata Usaha SD Negeri Nomor 081228.

Dari Tabel 4.1. di atas dapat diketahui bahwa jumlah seluruh murid SD Negeri Nomor 081228 yaitu 598 orang yang tersebar di 16 kelas.


(56)

Berdasarkan Tabel 4.2. di bawah ini dapat diketahui bahwa jumlah murid yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari murid yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 311 orang (52%).

Tabel 4.2. Distribusi Murid Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Negeri Nomor 081228 Tahun 2011

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 287 48

Perempuan 311 52

Jumlah 598 100

Sumber: Laporan Bulanan Bulan Maret Tahun 2011 Tata Usaha SD Negeri Nomor 081228.

4.2. Gambaran Umum SD Negeri Nomor 084094

Sekolah Dasar Negeri Nomor 084094 terletak di Jalan Sibolga Baru Kelurahan Pincuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga. Ketenagaan di sekolah ini berdasarkan Laporan Bulanan pada bulan Maret tahun 2011 berjumlah 24 orang, dengan rincian 1 orang kepala sekolah, 20 orang guru, 2 orang tenaga administrasi, dan 1 orang penjaga sekolah.

Fasilitas yang ada di SD Negeri Nomor 084094 antara lain 6 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang kantor, 1 ruang guru, 4 kamar mandi murid, 1 kamar mandi guru, 1 kantin sekolah, dan 1 rumah penjaga sekolah.

Jumlah seluruh murid di SD Negeri Nomor 084094 yang tercatat sebagai murid pada tahun ajaran 2010/ 2011 tampak pada tabel berikut:


(57)

Tabel 4.3. Distribusi Murid Berdasarkan Kelas, Jumlah Kelas, dan Jumlah Murid di SD Negeri Nomor 084094 Tahun 2011

Kelas Jumlah Kelas Jumlah Murid

I (satu) 2 75

II (dua) 2 78

III (tiga) 2 64

IV (empat) 2 65

V (lima) 2 65

VI (enam) 2 66

Jumlah 12 413

Sumber: Laporan Bulanan Bulan Maret Tahun 2011 Tata Usaha SD Negeri Nomor 084094.

Dari Tabel 4.3. di atas dapat diketahui bahwa jumlah seluruh murid SD Negeri Nomor 084094 pada tahun ajaran 2010/ 2011 yaitu 413 orang yang tersebar di 12 kelas.

Berdasarkan Tabel 4.4. di bawah ini dapat diketahui bahwa jumlah murid yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari murid yang berjenis kelamin perempuan yaitu 217 orang (53%).

Tabel 4.4. Distribusi Murid Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Negeri Nomor 084094 Tahun 2011

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 217 53

Perempuan 196 47

Jumlah 413 100

Sumber: Laporan Bulanan Bulan Maret Tahun 2011 Tata Usaha SD Negeri Nomor 084094.


(58)

4.3. Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini adalah murid kelas V (lima) SD Negeri Nomor 081228 dan 084094. Murid kelas V (lima) SD Negeri Nomor 081228 merupakan kelompok perlakuan dan murid kelas V (lima) SD Negeri Nomor 084094 merupakan kelompok kontrol.

Pada tabel berikut ini tampak jumlah murid yang diambil sebagai responden kelompok perlakuan dan kontrol:

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Murid

Kelompok Jumlah Murid

Perlakuan 105

Kontrol 65

Jumlah 170

Berdasarkan Tabel 4.5. di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden pada kelompok perlakuan yaitu 105 murid dan kontrol yaitu 65 murid.

Pada tabel di bawah ini tampak sebaran responden pada kelompok perlakuan dan kontrol yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan:

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin

Kelompok

Perlakuan Kontrol

n % n %

Laki-laki 53 50,5 37 56,9

Perempuan 52 49,5 28 43,1

Jumlah 105 100 65 100

Dari Tabel 4.6. tersebut dapat diketahui bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu 90 orang (52,9%).


(59)

Pada tabel berikut ini tampak sebaran umur responden pada kelompok perlakuan dan kontrol dari umur 9 tahun sampai dengan 14 tahun:

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Umur (tahun)

Kelompok

Perlakuan Kontrol

n % n %

9-10 62 59,0 37 57,0

11-12 41 39,1 25 38,4

13-14 2 1,9 3 4,6

Jumlah 105 100 65 100

Berdasarkan Tabel 4.7. di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 9-10 tahun yaitu 99 orang (58,3%).

4.4. Gambaran Umum Kantin Sekolah di SD Negeri Nomor 081228

Sekolah Dasar Negeri Nomor 081228 memiliki satu kantin sekolah yang terdapat di belakang gedung sekolah dan berada di depan rumah penjaga sekolah. Kantin sekolah dikelola oleh penjaga sekolah yaitu Bapak Suharmanto Sitanggang bersama orang tua dan istrinya. Perilaku pengelola kantin baik. Hal ini tampak dari peralatan masak dan makan yang digunakan bersih, menggunakan sabun dan air bersih untuk mencuci peralatan makan, menggunakan kain bersih untuk melap peralatan makan, dan ketika menyiapkan makanan jajanan seperti mi balap, mi gomak, mi goreng, mi tek-tek, lontong, dan nasi goreng sudah menggunakan sendok sehingga tangan tidak bersentuhan langsung dengan makanan yang disiapkan. Lingkungan di sekitar kantin sekolah juga bersih, tidak terdapat sampah yang berserakan.

Kantin sekolah ini menjual berbagai jenis makanan jajanan sehingga pilihan jajanan bagi murid cukup bervariasi. Berikut daftar makanan jajanan yang dijual:


(60)

Tabel 4.8. Daftar Makanan Jajanan yang Dijual di Kantin Sekolah Jenis Makanan Jajanan

Menu Utama Panganan Minuman Permen

Lontong Mi balap Mi gomak Mi goreng Mi tek-tek Nasi goreng

Apollo bolu pandan Bakso goreng Bakwan Better biskuit Biskuat Beng-beng Donat Gery chocolatos Gery salut Gery wafelatos Kerupuk peyek Kerupuk ubi sambal Kue bolu Kue lapis Onde-onde Oreo Potato Paha ayam Roti bakar Roti isi coklat Roti isi kacang Roti isi kelapa Roti moca Richies Saltchees Sate telur puyuh Sosis goreng Superco Tahu isi Udang goreng Wafer tango

Air mineral gelas (Aqua, Amos) Susu Milkuat Susu Indomilk Susu Ultramilk Susu Yes

Teh manis dingin

Alpenliebe Cha-cha Kiss Kurang asem Mentos Milkita Relaxa Yupi

Dari Tabel 4.8. di atas dapat diketahui bahwa jenis makanan jajanan yang paling banyak dijual di kantin sekolah SD Negeri Nomor 081228 adalah jenis panganan. Banyaknya makanan jajanan jenis panganan yang dijual karena variasi makanan jajanan jenis panganan sangat banyak dan lebih diminati para murid dibanding jenis lainnya.


(1)

Lampiran 2

OUTPUT SPSS KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN

INDEPENDENT-SAMPLE T TEST

Frequencies

Statistics Kelompok

Responden

Jenis Kelamin

Responden Umur Responden

N Valid 170 170 170

Missing 0 0 0

Frequency Table

Kelompok Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Perlakuan 105 61.8 61.8 61.8

Kontrol 65 38.2 38.2 100.0

Total 170 100.0 100.0 Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Laki-laki 90 52.9 52.9 52.9

Perempuan 80 47.1 47.1 100.0

Total 170 100.0 100.0

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 9-10 99 58.2 58.2 58.2

11-12 66 38.8 38.8 97.1

13-14 5 2.9 2.9 100.0


(2)

Frequency Table

Responden Kelompok Perlakuan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Perlakuan 105 100.0 100.0 100.0

Kategori Pengetahuan Murid pada Kelompok Perlakuan Sebelum Penyuluhan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Baik 14 13.3 13.3 13.3

Cukup 53 50.5 50.5 63.8

Kurang 38 36.2 36.2 100.0 Total 105 100.0 100.0

Kategori Pengetahuan Murid pada Kelompok Perlakuan Sesudah Penyuluhan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Baik 104 99.0 99.0 99.0

Cukup 1 1.0 1.0 100.0

Total 105 100.0 100.0

Kategori Sikap Murid pada Kelompok Perlakuan Sebelum Penyuluhan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 8 7.6 7.6 7.6

Cukup 61 58.1 58.1 65.7

Kurang 36 34.3 34.3 100.0 Total 105 100.0 100.0

Kategori Sikap Murid pada Kelompok Perlakuan Sesudah Penyuluhan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Baik 100 95.2 95.2 95.2

Cukup 5 4.8 4.8 100.0


(3)

Kategori Tindakan Murid pada Kelompok Perlakuan Sebelum Penyuluhan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 41 39.0 39.0 39.0

Tidak baik 64 61.0 61.0 100.0 Total 105 100.0 100.0

Kategori Tindakan Murid pada Kelompok Perlakuan Sesudah Penyuluhan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 75 71.4 71.4 71.4

Tidak baik 30 28.6 28.6 100.0 Total 105 100.0 100.0

Frequency Table

Responden Kelompok Kontrol Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Kontrol 65 100.0 100.0 100.0

Kategori Pengetahuan Murid pada Kelompok Kontrol Sebelum Penyuluhan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 12 18.5 18.5 18.5

Cukup 34 52.3 52.3 70.8


(4)

Kategori Pengetahuan Murid pada Kelompok Kontrol Sesudah Penyuluhan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 14 21.5 21.5 21.5

Cukup 36 55.4 55.4 76.9

Kurang 15 23.1 23.1 100.0

Total 65 100.0 100.0

Kategori Sikap Murid pada Kelompok Kontrol Sebelum Penyuluhan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 5 7.7 7.7 7.7

Cukup 39 60.0 60.0 67.7

Kurang 21 32.3 32.3 100.0

Total 65 100.0 100.0

Kategori Sikap Murid pada Kelompok Kontrol Sesudah Penyuluhan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 8 12.3 12.3 12.3

Cukup 37 56.9 56.9 69.2

Kurang 20 30.8 30.8 100.0

Total 65 100.0 100.0

Kategori Tindakan Murid pada Kelompok Kontrol Sebelum Penyuluhan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 31 47.7 47.7 47.7

Tidak baik 34 52.3 52.3 100.0


(5)

Kategori Tindakan Murid pada Kelompok Kontrol Sesudah Penyuluhan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 33 50.8 50.8 50.8

Tidak baik 32 49.2 49.2 100.0

Total 65 100.0 100.0

T-Test

Group Statistics Kelompok

Responden N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Pengetahuan sebelum

penyuluhan

Perlakuan 105 23.55 8.282 .808 Kontrol 65 24.49 8.037 .997 Pengetahuan sesudah

penyuluhan

Perlakuan 105 44.52 1.241 .121 Kontrol 65 25.77 8.234 1.021 Sikap sebelum penyuluhan Perlakuan 105 8.13 2.906 .284 Kontrol 65 8.14 2.978 .369 Sikap sesudah penyuluhan Perlakuan 105 14.16 1.030 .100 Kontrol 65 8.17 2.753 .341 Tindakan sebelum

penyuluhan

Perlakuan 105 26.76 5.815 .568 Kontrol 65 28.12 6.156 .764 Tindakan sesudah

penyuluhan

Perlakuan 105 41.07 8.839 .863 Kontrol 65 31.08 5.980 .742


(6)

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

Pengetahuan sebelum penyuluhan

Equal variances assumed

.476 .491 -.727 168 .468 -.940 1.293 -3.492 1.612

Equal variances not assumed

-.732 138.870 .465 -.940 1.283 -3.477 1.598

Pengetahuan sesudah penyuluhan

Equal variances assumed

329.123 .000 22.961 168 .000 18.755 .817 17.142 20.367

Equal variances not assumed

18.235 65.805 .000 18.755 1.029 16.701 20.808

Sikap sebelum penyuluhan

Equal variances assumed

.045 .832 -.011 168 .991 -.005 .463 -.919 .909

Equal variances not assumed

-.011 133.184 .991 -.005 .466 -.926 .916

Sikap sesudah penyuluhan

Equal variances assumed

88.177 .000 20.170 168 .000 5.993 .297 5.406 6.579

Equal variances not assumed

16.835 75.214 .000 5.993 .356 5.284 6.702

Tindakan sebelum penyuluhan

Equal variances assumed

.541 .463 -1.450 168 .149 -1.361 .939 -3.214 .492

Equal variances not assumed

-1.431 129.862 .155 -1.361 .951 -3.243 .521

Tindakan sesudah penyuluhan

Equal variances assumed

12.650 .000 8.040 168 .000 9.990 1.243 7.537 12.443

Equal variances not assumed


Dokumen yang terkait

Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Ceramah Dan Permainan Ular Tangga Terhadap Peningkatan Perilaku Murid Kelas V Tentang Konsumsi Makanan Jajanan Di Sd Negeri Kecamatan Medan Petisah Tahun 2015

3 67 178

Evaluasi Sistem Drainase Di Kawasan Jalan Jati Pancuran Bambu Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga

5 75 86

Strategi Pengelolaan Bagan Pancang Nelayan Secara Berkelanjutan Di Kelurahan Sibolga Ilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga

4 50 201

Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu dan Pengetahuan Keluarga dalam Pemberian Makanan Tambahan Kepada Bayi Sebelum Berusia 6 Bulan pada Suku Mandailing di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas

0 35 67

Gambaran Pola Konsumsi Makanan Keluarga Dan Kadar Iodium Dalam Garam Di Daerah Endemis Gaki Desa Kuta Dame Kecamatan Kerajaan Kabupaten Dairi Tahun 2000

2 30 64

Pola Pertumbuhan Dan Pola Konsumsi Makanan Jajanan Anak SD Negeri 060884 Dan SD Perguruan Pahlawan Nasional Kota Medan Tahun 2005

0 36 85

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN NELAYAN DI KELURAHAN SIBOLGA ILIR, KECAMATAN SIBOLGA UTARA, KOTA SIBOLGA.

0 2 29

Hubungan Kepemimpinan Dengan Motivasi Kerja Petugas Di Puskesmas Sambas Kecamatan Sibolga Kota Tahun 2016

0 3 17

Analisis Viabilitas Finansial Produsen Ikan Asin di Kota Sibolga (Studi Kasus: Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga)

0 0 14

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DAN PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU MURID KELAS V TENTANG KONSUMSI MAKANAN JAJANAN di SD NEGERI KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2015 SKRIPSI

0 0 18