Evaluasi Kualitas Fungsional dan Visual Lapangan Bola yang Dipakai Untuk Kompetisi Liga Super

(1)

LIGA SUPER

YULITA DWI FATMASARI A44070062

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

YULITA DWI FATMASARI. Evaluasi Kualitas Fungsional dan Visual Lapangan Bola yang Dipakai Untuk Kompetisi Liga Super. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.

Liga Super merupakan salah satu kompetisi olahraga sepakbola di Indonesia. Kompetisi ini dilakukan di berbagai lapangan yang terletak di daerah Indonesia seperti dilakukan pada Stadion Singaperbangsa Karawang, Stadion Siliwangi Bandung, dan Stadion Haji Agus Salim Padang. Lapangan sepakbola yang ada, harus sesuai dengan standar FIFA dan mampu digunakan dalam berbagai kondisi. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah kualitas rumput. Kualitas rumput ditentukan oleh media, drainase, dan pemeliharaan yang baik terhadap lapangan. Buruknya kualitas lapangan yang digunakan saat pertandingan sangat merugikan pemain. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi mengenai kualitas fungsional dan visual lapangan bola sebagai rujukan bagi perbaikan kualitas rumput yang baik, estetik, dan berkelanjutan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kualitas fungsional dan visual lapangan, mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, dan memberikan usulan pemeliharaan lapangan bola yang digunakan pada ketiga lapangan yang digunakan dalam Kompetisi Liga Super dan dalam hal ini yang menjadi studi kasus yaitu Stadion Singaperbangsa, Siliwangi, dan Haji Agus Salim.

Metode penelitian ini terdiri dari persiapan, pengumpulan data, dan analisis secara kualitatif dan kuantitatif mengenai hasil data yang diperoleh. Analisis kualitatif digunakan dalam mendeskripsikan lokasi dan kondisi lapangan bola yang menjadi studi kasus, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan regresi linier dengan bantuan software minitab 14 untuk mengetahui hubungan antar parameter kualitas fungsional. Selain itu, dilakukan perbandingan dengan standar yang telah disusun dari berbagai sumber terhadap kondisi lanskap tapak untuk memperoleh kesimpulan dari hasil pengamatan lapang yang dilakukan. Analisis dari segi pengelolaan dilakukan secara deskriptif


(3)

dilakukan pihak pengelola lapangan bola sudah memenuhi standar pelaksanaan. Parameter kualitas fungsional yang diamati adalah ketinggian pangkas, berat kering pucuk, berat kering akar, panjang akar (akar terpanjang), dan elastisitas rumput yang dilihat dari gelinding bola. Parameter kualitas visual yang diamati adalah kepadatan rumput, warna, keseragaman warna, tekstur, keberadaan partikel di permukaan, dan kemurnian jenis rumput. Parameter pengelolaan yang diamati adalah pemupukan, penyiraman, pemangkasan, penyiangan dan pengendalian gulma, penggilingan, penyulaman, pengendalian hama dan penyakit.

Dari hasil analisis regresi linier terhadap parameter kualitas fungsional yang dilakukan, pada Stadion Singaperbangsa diketahui bahwa ada beberapa indikator yang berkorelasi nyata pada taraf α = 10%. Korelasi nyata terjadi antara berat kering akar dengan panjang akar dan berat kering akar dengan lebar daun selain itu tidak terjadi korelasi nyata antar peubah yang ada. Pada Stadion Siliwangi diketahui bahwa ada satu indikator yang berkorelasi nyata pada taraf α = 5% dan satu indikator yang berkorelasi nyata pada taraf α = 10%. Korelasi nyata pada taraf α = 10% terjadi antara berat kering pucuk dan berat kering akar. Korelasi nyata pada taraf α = 5% terjadi antara panjang akar dan luncuran bola. Selain itu tidak terjadi korelasi yang nyata antar peubah yang ada. Pada Stadion Haji Agus Salim diketahui bahwa ada satu indikator yang berkorelasi nyata pada taraf α = 10%. Korelasi nyata pada taraf α = 10% terjadi antara panjang akar dan lebar daun selain itu tidak terjadi korelasi yang nyata antar peubah yang ada.

Dari ketiga Stadion yang menjadi lokasi penelitian dan menjadi lokasi beberapa pertandingan dalam Kompetisi Liga Super, dapat disimpulkan bahwa pada lapangan rumput di Stadion Singaperbangsa memiliki kualitas visual yang paling baik diantara ketiga stadion. Untuk kualitas fungsional paling baik terletak pada Stadion Haji Agus Salim. Pada Stadion Singaperbangsa terdapat 4 indikator yang memenuhi dari 11 indikator penilaian kualitas fungsional dan visual. Indikator tersebut yaitu keseragaman warna rumput, keberadaan partikel dipermukaan, panjang akar, dan elastisitas rumput. Pada Stadion Siliwangi terdapat 1 indikator yang memenuhi dari 11 indikator penilaian kualitas


(4)

menjadi salah satu masalah sehingga lapangan yang ada kurang baik. Pada Stadion Haji Agus Salim terdapat 6 indikator yang memenuhi dari 11 indikator penilaian kualitas fungsional dan visual. Indikator tersebut yaitu tekstur rumput, keberadaan partikel dipermukaan, ketinggian pangkas, berat kering pucuk, berat kering akar, dan panjang akar.

Masalah yang terjadi pada Stadion Singaperbangsa yaitu tanah yang digunakan kurang subur, untungnya diimbangi dengan penambahan pupuk kandang pada lapisan media tanam lapangan sehingga kesuburan rumput dapat meningkat. Masalah pada Stadion Siliwangi yaitu penggunaan lapangan yang cenderung tinggi menyebabkan lapanngan mengalami kebotakan. Selain itu, masalah pemeliharaan pada ketiga stadion masih memerlukan perbaikan. Maka dihasilkan rencana pemeliharaan bagi ketiga stadion tersebut untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kualitas lapangan.

Pemeliharaan yang sesuai pada waktunya dan sesuai syarat pelaksanaan harus lebih diperhatikan agar kualitas fungsional maupun visual yang diinginkan dapat tercipta dengan baik. Dengan begitu diharapkan mampu menjadikan lapangan yang lebih baik secara visual dan fungsional sehingga sejajar dengan lapangan-lapangan bola yang ada di dunia dan sesuai standar FIFA sehingga dapat digunakan dalam kompetisi tingkat nasional maupun internasional.

Kata Kunci : rumput, kualitas fungsional, kualitas visual, Kompetisi Liga Super lapangan sepakbola.


(5)

LIGA SUPER

YULITA DWI FATMASARI A44070062

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(6)

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Evaluasi Kualitas Fungsional dan Visual Lapangan Bola yang Dipakai Untuk Kompetisi Liga Super” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi, baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.

Bogor, Oktober 2011

Yulita Dwi Fatmasari A44070062


(7)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2011

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya diizinkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan

kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(8)

Judul : Evaluasi Kualitas Fungsional dan Visual Lapangan Bola yang Dipakai Untuk Kompetisi Liga Super

Nama : Yulita Dwi Fatmasari

NRP : A44070062

Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr NIP 19620118 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP 19480912 197412 2 001


(9)

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 18 Juli 1990. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Toto Marwoto dan Ibu Dahli Wartini.

Penulis mengawali jenjang pendidikannya di Taman Kanak-Kanak (TK) Al-Iman pada tahun 1995-1996. Pada tahun 1996-2001 penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Percontohan (SDNP) Komplek IKIP Jakarta dan mengikuti kelas akselerasi pada saat kelas tiga. Kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 115 Jakarta. Selanjutnya, pada tahun 2007 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 71 Jakarta.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2007 melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.

Selama menjalankan studi di IPB, penulis aktif mengikuti kegiatan di dalam maupun di luar akademik, seperti menjadi asisten mata kuliah Desain Penanaman Lanskap dan menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap pada divisi HIMASKAP Corporation dan Divisi Sosial Lingkungan. Penulis juga pernah mengikuti Sayembara Taman Ade Irma Suryani (Taman Topi) pada tahun 2010.


(10)

Bismillahirrahmanirrahim,

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Kualitas Fungsional dan Visual Lapangan Bola yang dipakai untuk Kompetisi Liga Super” berdasarkan hasil kegiatan penelitian penulis.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya, memberikan masukan berupa saran serta bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Qodarian Pramukanto, MSi dan Ibu Fitriyah Nurul Hidayati Utami, ST, MT selaku dosen penguji yang berkenan memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini, dan juga seluruh staf pengajar dan staf administrasi Departemen Arsitektur Lanskap.

3. Bapak Rachmat dari KONI Karawang yang membantu pengambilan data di Karawang, Bapak Dudi pihak KODAM III/Siliwangi yang membantu pengambilan data di Bandung, Bapak Tanjung dan Bapak Nov yang membantu pengambilan data di Padang.

4. Keluarga di Jakarta (mama, papa, kakak, dan adik) dan keluarga di Bogor (mama ani, bunda, mas bambang, dan zalfa) yang tak lelah memberikan semangat. Terutama untuk mama dan papa yang tidak henti-hentinya mengingatkan, memotivasi, dan mendoakan.

5. Kakak-kakak angkatan 42 dan 43, adik-adik angkatan 45, 46, dan 47 Arsitektur Lanskap atas semangat dan doanya, juga kepada sahabat-sahabat ARL 44 yang berjuang bersama selama 3 tahun terakhir ini. Terima kasih atas persahabatan, canda tawa, dan semangat yang tak lelah kalian tularkan kepada saya.


(11)

7. Bina dan Naya, sahabat sejak SMP yang selalu setia mengingatkan dan memberi motivasi, Sarah yang setia membantu selama penelitian di Bandung.

8. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada, juga semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang berkepentingan.

Bogor, Oktober 2011

Penulis


(12)

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN... ..xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Tujuan dan Manfaat...3

1.3 Kerangka Pikir ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput 5 2.2 Jenis Rumput ………7

2.2.1 Rumput Manila (Zoysia Matrella [L.] Merr. ) ………7

2.2.2 Rumput Paitan (Axonopus compressus [Swartz] Beauv.) ……….8

2.3 Lingkungan Tumbuh Rumput ……….8

2.4 Kriteria Rumput Lapangan Olahraga ………10

2.5 Kualitas Visual dan Fungsional Rumput ………...11

2.6 Pemeliharaan Rumput Lapangan Olahraga ………14

2.7 Lapangan Sepakbola ……….15

2.8 Liga Super Indonesia ……….17

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu ………....19

3.2 Metode Penelitian ………...20

3.3 Batasan Penelitian ………..29

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak ………..30


(13)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Media Tanam Lapangan……….36

5.2 Jenis Rumput ……….37

5.3 Konstruksi Lapangan ……….38

5.4 Kualitas Fungsional 5.4.1 Ketinggian Pangkas………41

5.4.2 Berat Kering Pucuk ………42

5.4.3 Berat Kering Akar ………..44

5.4.4 Panjang Akar (Akar Terpanjang) ………...45

5.4.5 Elastisitas Rumput ……….46

5.5 Kualitas Visual 5.5.1 Kepadatan Rumput……….48

5.5.2 Warna ……….50

5.5.3 Keseragaman Warna ………..53

5.5.4 Tekstur Rumput………..53

5.5.5 Keberadaan Partikel di Permukaan……….54

5.5.6 Kemurnian Jenis Rumput ………...56

5.6 Pengelolaan 5.6.1 Pemupukan ……….57

5.6.2 Penyiraman……….58

5.6.3 Pemangkasan………..59

5.6.4 Penyiangan dan Pengendalian Gulma ………60

5.6.5 Penggilingan..……… 61

5.6.6 Penyulaman……… 61

5.6.7 Pengendalian Hama dan Penyakit ………..62

5.7 Korelasi Antar Peubah 5.7.1 Stadion Singaperbangsa ……….63

5.7.2 Stadion Siliwangi. ………..66


(14)

5.8.2 Stadion Siliwangi ………73

5.8.3 Stadion Haji Agus Salim ………74

5.8.4 Rencana Pemeliharaan ………...75

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan………..78

6.2 Saran………79

DAFTAR PUSTAKA ...80


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sembilan Tim teratas dari Divisi Utama Liga Indonesia ……….17

Tabel 2 Jenis Data yang Dikumpulkan ………21

Tabel 3 Skor, Warna, dan Notasi Rumput Lapangan Sepakbola ………24

Tabel 4 Standar Penilaian Rumput Axonopus compressus Pada Lapangan Sepakbola ……….26

Tabel 5 Standar Penampilan Rumput Lapangan Sepakbola ………27

Tabel 6 Standar Umum Pelaksanaan Kerja Pemeliharaan Lapangan Sepakbola ..27

Tabel 7 Kondisi Iklim Bulanan Pada Tahun 2009 di Ketiga Kota ………32

Tabel 8 Daya Tampung dan Penggunaan Ketiga Stadion ………33

Tabel 9 Media Tanam Lapangan ……….36

Tabel 10 Susunan Konstruksi Lapangan Stadion Singaperbangsa, Karawang ….38 Tabel 11 Susunan Konstruksi Lapangan Stadion Siliwangi, Bandung …………39

Tabel 12 Susunan Konstruksi Lapangan Stadion Haji Agus Salim, Padang ……40

Tabel 13 Tabel Ketinggian Pangkas Pada Ketiga Stadion ………42

Tabel 14 Tabel Berat Kering Pucuk Pada Ketiga Stadion ………42

Tabel 15 Tabel Berat Kering Akar dan Panjang Akar Pada Ketiga Stadion ……44

Tabel 16 Tabel Jarak Gelinding Bola Pada Ketiga Stadion ………46

Tabel 17 Tabel Kepadatan Rumput dan Kualitas Warna Pada Ketiga Stadion …48 Tabel 18 Tabel Keseragaman Warna Rumput Pada Ketiga Stadion ……….53

Tabel 19 Tabel Tekstur Rumput Pada Ketiga Stadion ………54

Tabel 20 Tabel Keberadaan Partikel Lain di Permukaan Pada Ketiga Stadion …55 Tabel 21 Tabel Kemurnian Jenis Rumput Pada Ketiga Stadion ...………56

Tabel 22 Tabel Intensitas Pemupukan Pada Ketiga Stadion ……..………57

Tabel 23 Tabel Intensitas Penyiraman Pada Ketiga Stadion ………58

Tabel 24 Tabel Intensitas Pemangkasan Pada Ketiga Stadion ………59

Tabel 25 Tabel Intensitas Penyiangan dan Pengendalian Gulma Ketiga Stadion..60

Tabel 26 Tabel Intensitas Penggilingan Pada Ketiga Stadion ………..61 Tabel 27 Tabel Intensitas Penyulaman Pada Ketiga Stadion………62


(16)

Tabel 28 Tabel Intensitas Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Ketiga

Stadion ………..62

Tabel 29 Korelasi Antar Peubah Pada Stadion Singaperbangsa ………63

Tabel 30 Korelasi Antar Peubah Pada Stadion Siliwangi ………66

Tabel 31 Korelasi Antar Peubah Pada Stadion Haji Agus Salim ………69

Tabel 32 Perbandingan Kualitas Rumput Ketiga Stadion ………72

Tabel 33 Kegiatan Pemelihaaan yang Perlu dilakukan pada lapangan Sepakbola 75 Tabel 34 Rencana Pemeliharaan ………...76


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian ………4

Gambar 2 Tipe Pertumbuhan Rumput ………6

Gambar 3 Morfologi Rumput Manila ………7

Gambar 4 Morfologi Rumput Paitan ………8

Gambar 5 Kualitas Tekstur Rumput yang Baik dan Buruk ………12

Gambar 6 Kualitas Densitas Rumput yang Baik dan Buruk ………12

Gambar 7 Kualitas Keseragaman Rumput yang Baik dan Buruk ………13

Gambar 8 Lapangan Sepakbola ………16

Gambar 9 Detail Ukuran Lapangan Sepakbola ………16

Gambar 10 Peta Lokasi Penelitian ………19

Gambar 11 Dasar Penentuan Titik Pengambilan Data ………22

Gambar 12 Ilustrasi Penentuan Grid ………24

Gambar 13 Peta Lokasi Stadion Singaperbangsa ………30

Gambar 14 Peta Lokasi Stadion Siliwangi ………31

Gambar 15 Peta Lokasi Stadion Haji Agus Salim ………31

Gambar 16 Tribun Utama Stadion Singaperbangsa ………33

Gambar 17 Tribun Utama Stadion Siliwangi ………34

Gambar 18 Tribun Stadion Haji Agus Salim………34

Gambar 19 Ilustrasi Konstruksi Lapangan Stadion Singaperbangsa, Karawang ..38

Gambar 20 Ilustrasi Konstruksi Lapangan Stadion Siliwangi, Bandung ………39

Gambar 21 Ilustrasi Konstruksi Lapangan Stadion H. Agus Salim, Padang …….40

Gambar 22 Grafik Kepadatan Pucuk Pada Ketiga Stadion ………49

Gambar 23 Grafik Perbandingan Warna Rumput Pada Ketiga Stadion …………51

Gambar 24 Warna Rumput Pada Stadion Singaperbangsa ………51

Gambar 25 Warna Rumput Pada Stadion Siliwangi ………52

Gambar 26 Warna Rumput Pada Stadion Haji Agus Salim ………52

Gambar 27 Grafik Perbandingan Keberadaan Partikel Lain Pada 3 Stadion ……55


(18)

Gambar 29 Grafik Hubungan Antar Peubah Pada Stadion Singaperbangsa …….65

Gambar 30 Grafik Hubungan Antar Peubah Pada Stadion Siliwangi …………...68


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel P-Value antar peubah pada ketiga stadion ……….82


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari semua kelompok umur hampir di seluruh dunia. Sebagai olahraga yang banyak diminati,

demam sepakbola telah menjadi suatu fenomena tersendiri. Pada

perkembangannya, sepakbola telah menjelma sebagai suatu industri yang mampu memenuhi kebutuhan fisik manusia. Oleh karena itu, industri sepakbola harus dapat dikelola secara profesional agar mampu mendatangkan keuntungan ekonomi dan kepuasan penggunanya.

Sepakbola telah tumbuh dan berkembang secara pesat dan matang. Perkembangan sepakbola diiringi dengan lahirnya lembaga yang mengurusinya seperti PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) yang menjadi induk organisasi sepakbola di Indonesia. Pada tahun 2007 dimulai beberapa kompetisi yang rutin digelar PSSI salah satunya yaitu Liga Super Indonesia. Liga Super Indonesia merupakan kompetisi sepakbola antar klub profesional di Liga Indonesia. LSI diselenggarakan oleh PT Liga Indonesia (dahulu BLI) yang dimiliki oleh PSSI dan merupakan pertandingan antar klub-klub sepakbola yang ada di Indonesia. Lokasi pertandingan Kompetisi Liga Super ini terdapat di berbagai daerah yang tersebar di Indonesia, dalam penelitian ini diambil studi kasus yaitu tiga lapangan yang berada pada Stadion Singaperbangsa Karawang, Stadion Siliwangi Bandung, dan Stadion Haji Agus Salim Padang.

Penelitian kali ini mengambil studi kasus tiga lapangan bola yang digunakan dalam Kompetisi Liga Super. Tiga lapangan ini yaitu Stadion Singaperbangsa Kabupaten Karawang, Stadion Siliwangi Kota Bandung, dan Stadion Haji Agus Salim Kota Padang. Stadion Singaperbangsa, Karawang merupakan Stadion yang menjadi tempat latihan dari Klub Pelita Jaya. Stadion Siliwangi Bandung merupakan Stadion yang menjadi tempat latihan dari Klub PERSIB. Untuk Stadion Haji Agus Salim merupakan Stadion yang menjadi tempat latihan dari Klub Semen Padang.


(21)

Keberadaan lapangan sepakbola merupakan sarana paling penting untuk menunjang kegiatan olahraga ini. Sebagai suatu arena berolahraga, lapangan sepakbola harus dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi penonton maupun pemain. Lapangan yang ada harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan FIFA dan dapat digunakan dalam berbagai kondisi mengingat Indonesia sebagai negara beriklim tropis dan memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam sebuah lapangan sepakbola adalah kualitas rumput yang digunakan dalam lapangan bola tersebut baik pada musim hujan dan kemarau.

Kualitas rumput mampu mempengaruhi permainan dari pemain sepakbola. Kualitas rumput dapat ditentukan melalui kualitas fungsional dan visual (Turgeon, 2002). Kualitas fungsional meliputi rigiditas, elastisitas, kemampuan menahan

beban, yield, verdure, perakaran, dan kemampuan memulihkan diri sedangkan

kualitas visual terdiri atas densitas, tekstur, keseragaman warna, tipe pertumbuhan, dan kehalusan (Turgeon, 2002). Apabila kualitas rumput yang ada di lapangan memiliki kondisi yang buruk, menyebabkan permainan terganggu dan terkadang membahayakan keselamatan pemain. Rumput juga menyediakan permukaan yang dapat mengurangi resiko cedera ketika jatuh (Hopkins, 2000). Kualitas rumput yang digunakan harus mengikuti standar yang telah ditetapkan, tetapi pada kenyataannya masih banyak lapangan sepakbola yang tidak memenuhi standar rumput yang memadai bagi permainan ini.

Menurut Turgeon (2002), kualitas visual yang baik untuk rumput adalah yang memiliki densitas yang rapat antar pucuk rumput, memiliki tekstur yang halus dilihat dari lebar helai daunnya, memiliki keseragaman rumput yang tinggi terlihat dari warna dan jenis yang ada di lapangan, dan memiliki kehalusan rumput yang baik karena mampu mempengaruhi pergerakan gelindingnya bola. Kualitas fungsional yang baik adalah memiliki rigiditas yang baik sehingga dapat menahan bola, memiliki elastisitas yang baik sehingga rumput dapat kembali ke bentuk semula setelah diinjak, kemampuan menahan beban yang baik, perakaran yang dalam, dan dapat memulihkan diri dengan baik dari kerusakan.

Salah satu masalah terjadi pada Stadion Siliwangi. Setelah digunakan


(22)

banyak rumput yang mati akibat terinjak-injak ribuan orang. Kondisi Stadion Siliwangi yang rusak sempat menyulitkan panitia pelaksana pertandingan Persib menjamu Arema pada Juli 2010 lalu. Lapangan yang rusak tidak layak untuk menggelar suatu pertandingan bertaraf nasional (Pikiran Rakyat, 2010).

Dalam suatu pertandingan, disadari atau tidak kualitas lapangan menentukan kualitas dari permainan sepakbola. Kualitas ini ditentukan oleh kondisi rumput, drainase, dan pengelolaan yang baik terhadap lapangan. Pemain

akan mampu memainkan bola seperti gelinding, pantulan, dan dribbling dengan

baik di lapangan rumput yang memiliki kualitas baik. Demikian juga pemain dapat melakukan gerakan dengan baik tanpa harus khawatir cedera. Sebaliknya, seberapa hebatnya pun keterampilan pemain, permainannya akan menjadi buruk apabila lapangan rumputnya buruk, misalnya becek, botak, bergelombang, atau ketinggian rumput tidak seragam. Buruknya kualitas lapangan yang digunakan saat pertandingan sangat merugikan pemain. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu evaluasi mengenai kualitas fungsional dan kualitas visual dari lapangan bola (Gambar 1). Dari evaluasi ini diharapkan mampu menghasilkan rekomendasi untuk memperbaiki kualitas tiga lapangan yang menjadi studi kasus yang dapat mendukung aktivitas olahraga sepakbola dan dapat menciptakan lanskap lapangan sepakbola yang berfungsi baik, estetik, dan berkelanjutan.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. mengevaluasi kualitas fungsional dan visual tiga lapangan bola yang dipakai

dalam Kompetisi Liga Super,

2. mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada tiga lapangan bola yang

dipakai dalam Kompetisi Liga Super,

3. memberikan usulan pemeliharaan tiga lapangan bola yang dipakai dalam


(23)

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. memberikan informasi mengenai kualitas tiga lapangan sepakbola yang

dipakai dalam Kompetisi Liga Super,

2. menambah pengetahuan mengenai kualitas rumput yang dipakai dalam

Kompetisi Liga Super,

3. sebagai rujukan dalam melakukan pemeliharaan dan peningkatan kualitas

ketiga lapangan bola yang menjadi lokasi penelitian.

1.3 Kerangka Pikir

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian Kualitas Fungsional

Kualitas Lapangan Sepakbola Saat Ini (Identifikasi Masalah)

Kualitas Visual

Parameter yang diukur :

- Kepadatan (Densitas)

- Warna hamparan rumput

- Keseragaman warna

rumput

- Tekstur rumput

- Kemurnian jenis rumput

- Keberadaan partikel

dipermukaan Parameter yang diukur :

- Ketinggian pangkas

- Berat kering pucuk

- Berat kering akar

- Panjang akar (akar

terpanjang)

- Elastisitas rumput

Kompetisi Liga Super

Rekomendasi Untuk Meningkatkan Kualitas Lapangan Sepakbola

Lapangan Sepakbola yang Berfungsi Baik, Estetik, dan Berkelanjutan

Pengelolaan Pemeliharaan

Parameter yang didata :

- Pemupukkan

- Penyiraman

- Pemangkasan

- Penyiangan dan

Pengendalian Gulma

- Penggilingan

- Penyulaman

- Pengendalian Hama

dan Penyakit

Standar


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumput

Rumput merupakan tanaman yang termasuk dalam kelompok tanaman monokotil. Hal ini dikarenakan rumput memiliki satu buah kotiledon pada bijinya (Christians, 2001). Menurut Turgeon (2002), rumput termasuk dalam famili

Poaceae, yang biasanya disebut Graminae. Rumput mempunyai bagian atas yang

terdiri atas batang, daun dan organ reproduktif serta bagian bawah yang berupa akar ( Munandar dan Hardjosuwignyo, 1990 ). Daun rumput ini terbagi menjadi

dua, untuk bagian atas disebut sebagai blade dan untuk bagian bawah disebut

sebagai sheath. Kedua bagian tersebut terhubung oleh sebuah meristem. Dari

jaringan meristem inilah awal dari pertumbuhan dari sehelai rumput. Jaringan meristem pada tanaman biasa terletak pada pucuk, tetapi untuk rumput jaringan ini berada dibawah pucuk. Hal ini yang memungkinkan rumput memiliki toleransi tinggi terhadap pemangkasan dan tekanan. Selain itu, rumput memiliki bagian

yang disebut crown yang merupakan pusat aktivitas dari rumput, apabila bagian

ini mati maka rumput pun ikut mati (Christians, 2001).

Rumput dapat diperbanyak secara generatif yaitu dengan benih dan

vegetatif yaitu dengan stolon, rhizome dan lempengan (Sulistyantara, 1992).

Dalam tipe pertumbuhan, rumput memiliki tiga tipe yaitu Bunch-type,

Rhizoma-type, dan Stoloniferous (Gambar 2). Bunch-type adalah pertumbuhan yang

dipengaruhi oleh kualitas biji, dimana apabila kualitas bijinya tinggi maka akan menghasilkan rumput yang seragam. Sebaliknya, jika kualitas biji yang rendah akan menghasilkan rumput yang tidak seragam. Setelah musim tumbuh, beberapa

anakan akan berkembang menjadi kelompok yang rapat mengelilingi crown. Pada

beberapa rumput, perkembangan tunas mungkin juga muncul secara lateral dan menembus tanaman induk. Apabila batang lateral tersebut menembus tanaman

induk berlangsung pada permukaan tanah, batang tersebut biasa disebut stolon dan

apabila berada di dalam tanah maka disebut rhizome. Jadi, Rhizoma-type adalah

tipe rumput yang perbanyakannya melalui akar bawah tanah yang biasa disebut


(25)

dihasilkannya akan seragam. Sedangkan Stoloniferous adalah tipe rumput yang

perbanyakannya melalui akar atas tanah yang disebut stolon. (Christians, 2001).

Gambar 2 Tipe Pertumbuhan Rumput (Christians,2001)

Rumput memiliki fungsi penting dalam lanskap. Rumput mampu menjadi pembentuk estetika maupun menjadi tanaman konservasi. Rumput mampu membentuk pola aktivitas ruang terbuka yang diinginkan. Sebagai contoh, rumput ditanam untuk membentuk sirkulasi, tempat olahraga, tempat bermain, maupun tempat parkir mobil. Dalam hal fungsinya sebagai konservasi tanah, rumput mampu menjadi penahan erosi yang mengurangi jumlah serta kecepatan aliran

permukaan tanah (run-off).

Pemilihan jenis rumput dalam suattu perencanaan lanskap adalah salah satu faktor penting karena berhubungan dengan kesesuaian dan tujuan perencanaan desain tersebut. Peruntukan rumput lanskap berbeda-beda, tergantung pada area yang direncanakan. Jenis rumput yang biasa digunakan untuk lapangan olahraga yaitu Rumput Golf Bermuda, Rumput Gajah, Rumput Manila, dan Rumput Agrostis (Kumurur, 2002).


(26)

2.2. Jenis Rumput

2.2.1. Rumput manila (Zoysia matrella [L.] Merr. )

Rumput Zoysia (Gambar 3) merupakan rumput yang berasal dari Asia Tenggara, Cina dan Jepang. Rumput ini merupakan rumput yang lambat pertumbuhannya, merambat, dan tahan terhadap panas. Rumput ini memiliki tekstur, warna dan kualitas yang mirip dengan Rumput Bermuda. Rumput ini

merupakan rumput dengan kualitas dan pemeliharan tinggi karena

pertumbuhannnya lambat. Rumput Manila juga sangat rentan terhadap nematoda yang memiliki tekstur halus dan dapat tumbuh dengan baik di daerah yang hangat. Mempunyai toleransi yang rendah terhadap suhu dingin dan tumbuh lebih lambat dibandingkan Rumput Jepang (Munandar dan Hardosuwignyo,1990).

Rumput Manila memiliki stolon dan rhizome yang kuat dan bercabang ke

segala arah. Rumput ini memiliki panjang ruas stolon yang seragam. Biasanya,

ujung daun Rumput Manila selalu menggulung ke dalam. Helaian daun halus dan berwarna hijau tua ataupun hijau kebiruan. Rumput ini memiliki bunga yang membentuk sebuah bulir (Christians, 2001).

Gambar 3 Morfologi Rumput Manila (Christians,2001)

Rumput Manila tumbuh baik pada tanah berpasir, tanah liat berpasir, atau tanah yang banyak mengandung garam. Pertumbuhan rumput ini dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Misalnya, di tempat yang lembab dan agak ternaungi, daunnya lebih halus dan panjang dibandingkan rumput yang tumbuh di tempat terbuka. Rumput ini sering digunakan untuk penutup tanah lapangan olahraga, lapangan bermain, maupun tempat parkir (Kumurur, 2002).


(27)

2.2.2. Rumput Paitan ( Axonopus Compressus [Swartz.] Beauv.)

Menurut Munandar dan Hardosuwignyo (1990), Rumput Paitan (Gambar 4) atau rumput karpet berasal dari India dan Amerika Tengah bagian selatan. Rumput ini merupakan rumput daerah tropis yang dapat beradaptasi dengan

kekeringan. Rumput Paitan memiliki lebar helai daun berkisar 4 – 8 mm, tidak

berbulu atau berbulu jarang pada pangkal daun. Rumput Paitan dapat membentuk hamparan yang lebat dengan warna hijau muda. Sistem perakarannya lebat tetapi

dangkal. Rumput Paitan dapat tumbuh pada pH tanah 4,5 – 5,5.

Gambar 4 Morfologi Rumput Paitan (Christians,2001)

Menurut Emmons (2000), Rumput Paitan memiliki daun lebar, berstolon dan membentuk lapisan rumput yang padat. Rumput paitan merupakan rumput dengan tingkat pertumbuhan yang lambat dan biasanya ditanam dengan benih. Rumput ini memiliki toleransi terhadap garam yang rendah dan suhu dingin, sehingga sangat sesuai untuk area dengan pemeliharaan minimum dan basah serta drainase yang buruk. Rumput Paitan biasa digunakan di pinggir jalan atau di daerah yang miring sebagai tanaman pengontrol erosi. Spesies ini juga dapat tumbuh di area dengan tingkat pemeliharaan rendah dengan sedikit tekanan.

2.3 Lingkungan Tumbuh Rumput

Menurut Rodney (2004), pertumbuhan rumput memiliki banyak kaitan dengan seluruh elemen pada lingkungan. Lingkungan tumbuh rumput terdiri atas suhu, kelembaban, cahaya, angin, lokasi, dan bahkan faktor manusia. Kombinasi


(28)

dari faktor-faktor ini adalah indikator bagaimana rumput dapat bertahan hidup dalam suatu area.

Suhu adalah faktor lain untuk mengukur pertumbuhan rumput yang baik. Ada suhu minimum, optimum, dan maksimum untuk setiap spesies rumput. Suhu minimum adalah suhu paling rendah dimana rumput dapat bertahan hidup ketika musim dingin atau periode suhu sangat dingin. Suhu optimum adalah suhu dimana rumput dapat tumbuh dengan subur. Suhu maksimum dimana suhu ketika itu menjadi terlalu panas bagi rumput untuk tumbuh. Terkadang suhu maksimum akan mendorong sebagian spesies rumput melakukan dormansi dan sebagian lainnya akan menimbulkan kematian. Rumput mempunyai kisaran suhu tertentu untuk pertumbuhan optimum dan suhu optimum untuk perkecambahan biji. Biji dari setiap spesies rumput biasanya berkecambah dalam satu kisaran suhu tertentu meskipun dapat tumbuh baik dalam kisaran suhu lebih lebar (Rodney, 2004).

Kelembaban adalah kondisi yang paling penting bagi kelangsungan hidup rumput. Rumput terdiri dari 90 % air. Fungsi dari air adalah menjaga turgiditas, menyalurkan nutrisi, membantu proses kimiawi dan membantu rumput dalam menghadapi fluktuasi suhu yang lebar (Rodney,2004).

Angin biasanya tidak dianggap sebagai faktor lingkungan yang mempengaruhi secara langsung terhadap pertumbuhan rumput. Tekanan angin pada hamparan rumput tertentu berhubungan langsung pola cuaca secara keseluruhan yang terjadi saat itu. Topografi dan lokasi geografis juga mempengaruhi efek langsung terhadap pertumbuhan rumput. Hembusan angin juga dapat menyebabkan biji rumput atau hama potensial ke dalam area tertentu. Polutan dan patogen juga dapat dibawa oleh angin (Rodney,2004).

Semua tanaman membutuhkan cahaya untuk melakukan proses fotosintesis. Rumput membutuhkan jumlah cahaya tertentu untuk bertahan hidup namun tidak semua species rumput membutuhkan jumlah cahaya tertentu untuk bertahan hidup, namun tidak semua spesies rumput membutuhkan cahaya dalam jumlah banyak dalam mencapai pertumbuhan optimum (Rodney,2004).

Faktor manusia adalah efek yang dilakukan manusia terhadap perkembangan dan pertumbuhan rumput. Kegiatan yang dilakukan manusia di atas rumput memberikan efek penghancuran terhadap lingkungan dan rumput


(29)

tidak terkecuali. Rumput yang sedang tumbuh tidak akan tumbuh dengan baik jika di atasnya dilakukan lalu lintas baik oleh manusia maupun oleh kendaraan atau apapun yang akan merusak pertumbuhan bibit. Oleh karena itu, faktor manusia adalah faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika akan menanam rumput (Rodney,2004).

2.4. Kriteria Rumput Lapangan Olahraga

Menurut Munandar dan Hardjosuwignyo (1990), rumput untuk lapangan olahraga mampu menghadapi berbagai tekanan, yang utama berupa aktivitas lalu lintas dengan frekuensi tinggi di atas padang rumput. Secara biologi, rumput untuk lapangan olahraga harus mempunyai kemampuan tumbuh yang baik. Rumput harus memiliki penutupan yang luas dan kemampuan tumbuh yang baik. Rumput juga harus memiliki kemampuan jelajah yang tinggi, daya regenerasi tinggi, serta ketebalan penutupan karena stolon, rhizoma maupun cabang-cabang lateral cukup tebal sehingga menjamin elastisitas yang baik. Selain itu, rumput juga harus memiliki daya adaptasi terhadap air dan suhu yang baik. Tiap rumput memiliki toleransi yang berbeda-beda. Rumput juga harus memiliki daya adaptasi yang baik terhadap tanah. Rumput Zoysia dan Bermuda adalah rumput yang beradaptasi dengan baik terhadap kondisi tanah yang kurang menguntungkan

seperti kondisi topsoil yang relatif tipis pada kebanyakan lapangan olahraga.

Standar rumput yang digunakan untuk lapangan bola dalam Football Stadiums

Book menurut FIFA (2010) diantaranya adalah :

 lapangan memiliki tinggi rumput yang sama / rata,

 harus dalam kondisi yang paling baik,

 memiliki rumput yang seragam,

 rumput mampu meredam laju bola,

 rumput menutupi seluruh lapangan bola,

 bertekstur halus lembut,

 memiliki perakaran kuat dan saling menjalin,

 arah tumbuh ke atas,

 rumput yang ada tidak menghambat pergerakan pemain,


(30)

 media tumbuh rumput menggunakan pasir bukan tanah. Media pasir mampu membuat air cepat terserap.

Rumput harus memiliki fleksibilitas dan resistensi untuk mengakomodasi aktivitas-aktivitas lari, melompat dan menginjak-injak dalam olahraga. Aktivitas menginjak-injak dalam derajat ringan akan memperpendek stolon dan ukuran batang, mengurangi ketebalan dan meningkatkan jumlah anakan atau tunas, stolon dan helaian daun. Akan tetapi jika berlebihan, aktivitas tersebut akan merobohkan rumput, mengubah warna pangkal-pangkal daun menjadi lebih putih dan pucat, menyobek helaian daun, memadatkan tanah dan meluruhkan pelapah-pelapah daun. Rumput yang baik untuk olahraga hingga batas tertentu mempunyai fleksibilitas dan toleransi yang baik terhadap kerusakan-kerusakan tersebut

sehingga padang rumput (turf) tampak selalu hijau (Munandar dan

Hardjosuwignyo, 1990).

2.5 Kualitas Visual dan Fungsional Rumput

Menurut Emmons (2000), rumput merupakan penutup tanah yang sangat baik untuk lapangan olahraga dan tempat rekreasi. Rumput dapat membuat permukaan yang kuat dan tahan injakan. Ketika luka, rumput mempunyai kemampuan menyembuhkan diri yang baik. Rumput juga dapat menyediakan permukaan yang baik untuk pijakan atlet dan permukaan yang lembut untuk menahan atlet ketika jatuh.

Menurut Turgeon (2002), kualitas rumput ditentukan melalui dua hal yaitu kualitas visual dan kualitas fungsional. Kualitas visual rumput dapat diukur melalui empat karakter yaitu warna, tekstur, densitas, dan keseragaman (Turgeon, 2002).

a. Warna merupakan ukuran cahaya yang direfleksikan oleh rumput. Pada

umumnya, semakin hijau rumput semakin menarik untuk dipandang. Kebanyakan orang lebih menyukai warna hijau yang gelap. Warna hijau yang buruk biasanya disebabkan oleh faktor kekurangan nitrogen, kekeringan atau stres suhu, penyakit, hama atau hal lain. Normal saja bagi beberapa spesies memiliki warna hijau terang. Kurangnya warna hijau gelap bukan berarti rumput dalam kondisi tidak sehat.


(31)

b. Tekstur menandakan ukuran dari daun rumput. Rumput yang memilki ukuran lebar daun yang lebih kecil dianggap lebih menarik. Pemangkasan yang sering dan semakin tinggi densitasnya mampu membuat ukuran daun menjadi lebih kecil. Kehalusan adalah tampilan permukaan rumput yang berpengaruh pada kualitas visual dan kualitas permainan. Kecepatan dan durasi perputaran bola akan berkurang apabila rumput tidak halus dan tidak seragam. Ilustrasi mengenai perbandingan tekstur rumput yang baik dan buruk dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Kualitas Tekstur Rumput yang Baik dan Buruk (Christians,2001)

c. Indikator yang paling penting adalah densitas. Densitas adalah banyaknya

tunas rumput dalam sebuah area. Densitas juga merupakan ukuran dari kemampuan rumput dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Rumput dalam sebuah lapangan sepakbola akan menjadi jarang jika pertumbuhan rumputnya buruk. Ilustrasi mengenai perbandingan kualitas densitas rumput yang baik dan buruk dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Kualitas Densitas Rumput yang Baik dan Buruk (Christians,2001)

d. Keseragaman merupakan kombinasi dari ketiga karakter yang telah


(32)

konsisten. Apabila warna, tekstur, dan densitasnya sama dalam satu hamparan rumput, hamparan tersebut dapat dikatakan seragam. Gulma, penyakit, perbedaan tekstur, dan warna rumput dapat merusak keseragaman rumput. Ilustrasi mengenai perbandingan keseragaman rumput yang baik dan buruk dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Kualitas Keseragaman Rumput yang Baik dan Buruk (Christians,2001)

Kualitas fungsional dari rumput meliputi rigiditas, elastisitas, kemampuan

menahan beban, yield, verdure, perakaran, dan kemampuan memulihkan diri.

Dan istilah-istilah tersebut memiliki pengertian sebagai berikut :

a. Rigiditas adalah ketahanan daun rumput terhadap tekanan dan

berhubungan dengan katahanan tanaman rumput. Hal ini dipengaruhi oleh komposisi kimiawi dari jaringan tanaman, kandungan air, suhu, ukuran tanaman, dan densitas.

b. Elastisitas adalah kemampuan rumput untuk kembali tegak setelah tekanan

diatasnya berpindah. Elastisitas rumput akan berkurang secara dramatis apabila rumput membeku.

c. Kemampuan menahan beban adalah kemampuan rumput dalam menyerap

beban tanpa merubah karakteristik permukaannya. Pada beberapa kasus, ketahanan ini dipengaruhi oleh daun rumput dan akar. Pada lapangan golf, ketahanan ini dapat menahan bola secara baik sehingga dapat dibidikkan sesuai target. Pada lapangan sepakbola, ketahanan ini membantu dalam mengurangi potensi cedera pada pemain.

d. Yield adalah ukuran jumlah sisa potongan rumput yang telah dipangkas.

Hal ini merupakan indikasi pertumbuhan rumput terhadap pemupukan,


(33)

mengindikasi penggunaan pupuk yang berlebihan, terutama nitrogen dan indikasi lainnya seperti perakaran lemah, toleransi terhadap stres, dan ketahanan terhadap penyakit.

e. Verdure adalah jumlah rumpun rumput yang masih tertanam setelah

pemotongan. Pada beberapa genotip rumput tertentu, peningkatan verdure

berhubungan dengan peningkatan rigiditas dan kemampuan menahan beban.

f. Perakaran adalah jumlah pertumbuhan akar dalam suatu masa tanam. Hal

ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah akar yang berwarna putih dan dari kedalamannya. Semakin banyak jumlah dan semakin dalam perakarannya, maka semakin baik kualitas rumputnya.

g. Kemampuan memulihkan diri adalah kemampuan rumput dalam

memulihkan diri setelah terserang hama penyakit, penggunaan diatasnya, dan sebagainya. Kemampuan memulihkan diri sangat bervariasi bergantung pada genotip rumput dan sangat dipengaruhi oleh kondisi alam maupun buatan. Faktor-faktor yang mengurangi kemampuan memulihkan diri adalah kepadatan tanah yang kurang baik, pemupukan yang berlebihan ataupun kurang, kelembaban, suhu yang kurang baik, penyinaran yang kurang baik, tanah yang masih menyimpan residu racun dan penyakit. Kedua aspek diatas harus diperhatikan untuk mencapai kualitas rumput yang baik, karena apabila kedua aspek tersebut diabaikan, selain dapat mempengaruhi penampilan dan pertumbuhan rumput, juga dapat mempengaruhi kualitas permainan.

2.6 Pemeliharaan Rumput Lapangan Olahraga

Menurut Emmons (2000), memelihara kualitas rumput lapangan olahraga dapat menjadi sulit karena efek yang merusak dari aktifitas olahraga yang

dilakukan diatasnya. Rugby, sepakbola, baseball, lacrosse, dan hoki lapangan

adalah olahraga yang biasanya dilakukan diatas hamparan rumput. Permasalahan utama pada lapangan olahraga yaitu pemadatan dan kualitas rumput yang buruk. Permasalahan ini dapat diatasi dengan konstruksi lapangan yang baik dan pemilihan spesies dan kultivar rumput yang sesuai. Kunci utama dalam membuat


(34)

lapangan olahraga yang baik adalah dengan menyediakan zona akar yang cukup. Drainase dan irigasi yang baik sangat diperlukan untuk menjaga rumput agar tetap padat dan subur.

Lapangan dengan media pasir memerlukan irigasi yang hati-hati karena zona perakaran sangat mudah kehilangan air. Penyiraman sebaiknya tidak dilakukan sehari sebelum lapangan digunakan agar lapangan tidak digenangi air. Penyiraman segera setelah lapangan digunakan sangat disarankan untuk mempercepat pemulihan rumput. Lapangan yang menggunakan tanah liat akan

mengeras jika tidak disiram secara regular. Coring untuk mengurangi kepadatan

sangat penting. Coring adalah pembuatan lubang pada tanah untuk menjaga agar

tanah menjadi gembur, terjaga porositasnya, terjaga kestabilan oksigen dalam tanah, dan mengurangi kepadatan tanah (Emmons, 2000).

Rumput dapat mengalami kerusakan yang parah sehingga harus diganti

maupun ditambal. Kegiatan penggantian ini dilakukan dengan sodding. Rumput

harus dipupuk dengan baik untuk menghasilkan hamparan rumput yang padat, tingkat pemulihan diri yang baik dan sehat. Pemupukan beberapa minggu sebelum lapangan digunakan sangat diperlukan (Emmons, 2000).

Pengendalian gulma dan hama penyakit yang dapat mengancam kesuburan rumput harus dikontrol. Gulma adalah permasalahan yang biasa terjadi jika terdapat titik kebotakan yang tidak segera ditambal. Olahraga yang cukup keras dapat membuat kerusakan yang cukup sering pada rumput. Penelitian menunjukkan bahwa lapangan dengan tingkat pemeliharaan yang rendah memiliki tingkat kerusakan yang lebih tinggi. Lapangan dengan media pasir adalah lapangan yang paling aman karena lebih mudah dalam memelihara kepadatan rumput dan merupakan permukaan yang tidak padat (Emmons, 2000).

2.7 Lapangan Sepakbola

Sepakbola merupakan salah satu olahraga yang menggunakan lapangan sebagai area bermainnya. Lapangan yang digunakan biasanya adalah lapangan rumput yang berbentuk persegi panjang dengan panjang 105 meter dan lebar 68 meter (FIFA,2010). Dimensi ini merupakan dimensi wajib yang digunakan dalam Piala Dunia maupun untuk semua pertandingan tingkat profesional, baik dalam


(35)

maupun luar negeri. Peraturan permainan memang menggunakan rentang panjang 100-110 meter dan lebar 64-75 meter, namun sangat direkomendasikan untuk lapangan baru menggunakan ukuran 105x68meter (FIFA,2010). Ilustrasi lapangan dan ukurannya dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.

Pada area permukaan rumput, dapat diperpanjang bukan hanya pada area bermain saja, tetapi mencapai area papan iklan yaitu sekitar 5 meter dari batas lapangan itu sendiri. Bahan yang digunakan bisa menggunakan bahan yang sama yaitu rumput atau dapat pula menggunakan beton yang mampu memfasilitasi pergerakan dari ambulans maupun keamanan. Setiap bagian tambahan yang digunakan sebagai area pemanasan, harus memiliki material permukaan yang sama dengan area permainan (FIFA,2010).

Gambar 8 Lapangan Sepakbola (FIFA,2010)


(36)

2.8 Liga Super Indonesia

Liga Super Indonesia (LSI) atau Indonesia Super League (ISL) adalah

kompetisi sepakbola antar klub profesional level tertinggi di Liga Indonesia. LSI diselenggarakan oleh PT Liga Indonesia (dahulu BLI) yang dimiliki oleh PSSI. LSI dikuti 18 tim terbaik yang akan saling bertanding satu putaran penuh kompetisi 34 pertandingan, kandang dan tandang. Musim kompetisi tidak menentu dan disesuaikan dengan kondisi atau suasana yang terjadi di Indonesia. Sponsor utama LSI adalah Perusahaan Rokok Djarum, oleh karena itu LSI secara

resmi dikenal sebagai Djarum Indonesia Super League. Ide dari pelaksanaan

sistem liga ini telah dikemukakan sejak tahun 2007 sebagai upaya mewujudkan profesionalisme dalam persepakbolaan nasional.

Tabel 1 Sembilan Tim Teratas dari Divisi Utama Liga Indonesia 2007 Wilayah Barat:

1. Sriwijaya FC Palembang

2. Persija Jakarta

3. PSMS Medan

4. Persik Kediri

5. Persib Bandung

6. Persela Lamongan

7. Persitara Jakarta Utara

8. Pelita Jaya Purwakarta

9. Persita Tangerang

Wilayah timur:

1. Persipura Jayapura

2. Persiwa Wamena

3. Deltras Sidoarjo

4. Arema Malang

5. PSM Makasar

6. Persiter Ternate

7. Persiba Balikpapan

8. Persmin Minahasa

9. Persijap Jepara

LSI pertama kali diselenggarakan pada tahun 2008. Kompetisi ini dilaksanakan untuk mengikuti persyaratan FIFA yang menyatakan bahwa liga teratas dari suatu negara harus diikuti oleh paling sedikit 18 klub dan setiap klub diharapkan merupakan klub profesional tanpa dibantu dana subsidi Pemerintah APBD.

Pada awal LSI 2008 diadakan dengan menyeleksi sembilan tim teratas dari Divisi Utama Liga Indonesia 2007. Tim-tim tersebut dipaparkan dalam Tabel 1. Tetapi setelah diverifikasi, beberapa klub mengundurkan diri dengan alasan kekurangan dana. Sebagai penggantinya dipilihlah klub Divisi Utama Liga


(37)

Indonesia 2007 dengan syarat menempati posisi klasemen tepat dibawah klub yang digantikan kemudian diverikasi kembali.

Format kompetisi memakai satu wilayah dan tidak ada lagi format dua wilayah. Pemenang akan ditentukan dari jumlah poin paling banyak selama 34

pertandingan. Juara akan mewakili Indonesia di Liga Champions AFC. Runner-up

akan mewakili Indonesia di Piala AFC dan Liga Champions AFC dengan play-off.

Tiga tim penghuni terbawah klasemen akan langsung terdegradasi. Sementara

satu tim (peringkat ke-15) akan melakukan play-off melawan peringkat ke-4


(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian mengenai ini dilakukan di tiga lokasi lapangan bola yang dipakai dalam Kompetisi Liga Super (Gambar 10) yaitu Stadion Singaperbangsa yang terletak di daerah Karawang, Stadion Siliwangi yang terletak di daerah Bandung, dan Stadion Haji Agus Salim yang terletak di daerah Padang. Pemilihan lokasi ini dipertimbangkan karena kesesuaian penggunaan lapangan pada saat penelitian berlangsung dan untuk perbandingan lebih lanjut dalam penilaian kualitas fungsional dan visual lapangan tersebut.

(a)

(b) (c)

Gambar 10 Peta Lokasi Penelitian (a) Stadion Singaperbangsa , (b) Stadion Haji


(39)

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survei dengan analisis deskriptif. Kegiatan observasi lapang dilakukan untuk mengamati kondisi umum lokasi yang meliputi keadaan fisik lapangan terutama rumput, iklim, jenis penggunaan stadion, dan pemeliharaan. Selain itu obeservasi lapang dimaksudkan untuk pengambilan sampel rumput pada ketiga stadion. Terdapat empat tahapan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan penentuan lokasi penelitian, penetapan tujuan dan pembuatan usulan penelitian, permohonan izin serta persiapan survai diantaranya kegiatan persiapan alat dan penyusunan jadwal pengambilan data.

2. Tahap Pengambilan Data

Tahap ini dilakukan dengan beberapa cara. Data yang dikumpulkan berupa

data-data primer dan sekunder (Tabel 2). Studi literatur juga dilakukan dengan cara mencari standar lapangan yang sesuai FIFA. Selain itu dilakukan wawancara dengan pihak terkait, khususnya pihak pengelola Stadion Singaperbangsa, Stadion Siliwangi, dan Stadion Haji Agus Salim untuk mendapatkan data bio-fisik maupun data pengelolaan yang biasa dilakukan untuk masing-masing lapangan. Terakhir dengan mengadakan observasi langsung ke lapangan yang menjadi studi kasus untuk mengetahui kondisi lapangan serta permasalahan yang terjadi. Data primer berupa gambaran umum lokasi secara visual berupa foto dan data rumput yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapang. Selain itu, dilakukan pula pengambilan sampel rumput sedalam 15cm untuk mendapatkan kualitas fungsional rumput dan diuji di laboratorium.


(40)

Tabel 2 Jenis Data yang Dikumpulkan N

o Jenis Data Variabel Pengamatan Unit Sumber

Kegunaan Analisis Aspek Fisik dan Bio-Fisik

1 Kondisi umum Letak dan batas wilayah

Titik koordinat

Pengelola Mengetahui

batas tapak

Luas Area m2 Survei

2 Kondisi bio-fisik

Jenis rumput yang digunakan

- Survei Mengetahui

kondisi lahan dan

permasalahan yang ada saat ini

Media tanam - Survei

Hidrologi (Sistem drainase)

- Survei

Iklim - Pengelola

Konstruksi lapangan - Survei /

Pengelola

Curah Hujan mm/hr Pengelola

Temperatur C Pengelola

Kelemababan relative %RH Pengelola

Visual - Survei

Fungsional - Survei

Aspek Sosial-Budaya

3 Aktivitas Pemakaian lapangan - Survei dan

wawancara dengan pengelola Mengetahui tingkat penggunaan terhadap tapak Aspek Pengelolaan

4 Pengelolaan Fasilitas, sarana,

prasarana yang sudah ada

- Survei /

Pengelola Mengetahui kondisi pengelolaan yang telah berjalan

Pengelolaan yang telah

dilakukan

- Survei /

Pengelola

Program pengelolaan

yang telah berjalan

- Survei /

Pengelola

5. Parameter karakter fungsional yang diamati adalah :

- Ketinggian pangkas

- Berat kering pucuk

- Berat kering akar

- Panjang akar (akar terpanjang)

- Elastisitas rumput

6. Parameter karakter visual yang diamati adalah :

- Kepadatan (densitas)


(41)

- Keseragaman warna rumput

- Tekstur rumput

- Keberadaan partikel dipermukaan

- Kemurnian jenis rumput

Dalam pengambilan data, titik pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Dasar Penentuan Titik Pengambilan Data

Lapangan dibagi menjadi 28 titik yang tersebar pada bagian pinggir lapangan, tengah, dan daerah sekitar gawang. Angka-angka yang terdapat dalam gambar adalah urutan pengambilan data pada lapangan sepakbola. Angka-angka tersebut dibagi berdasarkan peletakan pemain yang terbagi menjadi 3 yaitu area

gawang, back, dan striker. Angka 1,2,3,4,5,24,25,26,27, dan 28 merupakan

angka-angka yang terletak pada bagian gawang. Angka 6,7,8,9,10,11,12,17,18,19,

20,21,22, dan 23 adalah angka-angka yang terletak pada bagian sekitar back.

Angka 13,14,15, dan 16 adalah angka-angka yang terletak pada bagian tengah

lapangan atau striker dimana pada bagian ini biasanya terjadi aktivitas tinggi yang

dilakukan oleh banyak orang atau hampir sebagian besar dari pemain sepakbola karena merupakan bagian yang selalu dilalui pemain.


(42)

Parameter karakter fungsional yang diamati dalam menentukan kualitas rumput lapangan sepakbola adalah :

- Ketinggian pangkas

Ketinggian pangkas dari masing-masing lapangan dibandingkan untuk mendapatkan tinggi rumput yang paling baik untuk permainan sepakbola. Tinggi rumput diukur mulai dari permukaan tanah.

- Berat kering pucuk

Diukur dengan mengambil sampel rumput seluas 10 cm x 10 cm. Sampel rumput diambil dengan cara menggunting permukaan rumput pada luasan sampel. Rumput dipangkas setinggi 3 cm dan hasil pangkasan dikeringkan dengan oven

selama 24 jam dengan suhu 100 oC dan kemudian ditimbang. Terdapat 3 titik

yang telah ditentukan secara acak.

- Berat kering akar

Akar diambil dengan menggunakan hole sampler dengan diameter 10 cm

dengan kedalaman 10-15 cm. Akar dipisahkan dari stolon dengan cara

pengguntingan. Akar kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 100 oC

selama 24 jam, kemudian ditimbang berat keringnya.

- Panjang akar

Sampel panjang akar diambil dengan hole sampler. Sampel akar diambil

tiga kali dan diukur panjang akar yang terpanjang dengan menggunakan penggaris.

- Elastisitas rumput

Didapatkan dengan mengukur jarak luncuran bola dari titik jatuh bola dengan papan sepanjang 1 m dari ketinggian 1 m tegak lurus permukaan rumput. Pengukuran jarak luncuran dilakukan pada 3 kali dari 3 titik yang telah ditentukan

yang mewakili area gawang, back, dan striker. Lapangan yang memiliki

kepegasan terbaik adalah lapangan yang memiliki jarak luncuran bola terpendek. Parameter karakter visual yang diamati dalam menentukan kualitas rumput lapangan sepakbola adalah :

- Kepadatan (densitas)

Didapatkan dengan menghitung jumlah pucuk dalam luasan sampel 10 cm


(43)

- Warna

Kualitas penampakan warna dinilai dari warna rumput sesuai dengan

warna-warna pada Munsell Color Chart for Marketing and Merchandising dengan

berbagai tingkatan skor dan notasinya (Tabel 3). Terdapat 28 titik pengambilan

data yang tersebar pada area gawang, back, dan striker.

Tabel 3 Skor, Warna, dan Notasi Rumput Lapangan Sepakbola

Skor Warna Warna Notasi

1 Kuning 2.5 Y L1

2 Hijau kuning 2.5 GY DL4

3 Hijau muda 5 GY DL4

4 Hijau 2.5 G DL1

5 Hijau tua 2.5 G DL2

6 Hijau gelap 2.5 G DK1

- Keseragaman

Keseragaman diamati dengan menggunakan plastik transparan bergaris-garis dengan ukuran 100 cm x 25 cm berbentuk grid dengan ukuran 5 cm x 5 cm. pengamatan menggunakan plastik bergrid tersebut digunakan dari jarak ± 35 m dari lapangan bola dengan ketinggian 4 m sehingga seluruh lapangan sepakbola dapat tercakup didalamnya. Ilustrasi penentuan grid dapat dilihat pada Gambar 12.

X X

X X X

X X

X X X

X X

Gambar 12 Ilustrasi Penentuan Grid

Tanda X dalam kotak adalah warna rumput yang belang pada lapangan sepakbola. Untuk menghitung persentase keseragaman rumput dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :


(44)

- Tekstur

Didapatkan dengan menghitung lebar rata-rata daun rumput. Sampel yang diambil dengan jumlah jenis rumput yang digunakan. Untuk setiap jenis rumput diambil 3 sampel secara acak.

- Keberadaan partikel dipermukaan

Didapatkan dengan melihat apakah terdapat sampah ataupun partikel lain selain rumput yang ada di lapangan tersebut.

- Kemurnian jenis rumput

Didapatkan dengan melihat apakah rumput yang digunakan dalam lapangan tersebut memiliki jenis yang sama. Penilaian dilakukan dengan metode sisir yaitu setiap 10 cm dilakukan pemakuan terhadap rumput kemudian dicatat jenis rumput yang dilakukan pemakuan tersebut.

Parameter pengelolaan pemeliharaan yang diamati dalam menentukan kualitas rumput lapangan sepakbola adalah :

- Pemupukan

- Penyiraman

- Pemangkasan

- Penyiangan dan Pengendalian Gulma

- Penggilingan

- Penyulaman

- Pengendalian Hama dan Penyakit

Metode pengambilan data yang dilakukan untuk parameter ini adalah dengan wawancara langsung dengan pihak pengelola sehingga diketahui frekuensi dan pengelolaan apa saja yang biasa dilakukan untuk lapangan bola tersebut.


(45)

3. Tahap Analisis

Tahap selanjutnya yang akan dilakukan adalah tahap analisis. Tahap ini dilakukan untuk menganalisis dan menilai kondisi tapak serta karakter visual dan fungsional yang terbentuk. Penilaian dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan dalam mendeskripsikan lokasi dan kondisi lanskap lapangan bola tersebut, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan

dengan menggunakan software minitab 14 dengan analisis regresi linier untuk

mengetahui hubungan antar peubah. Selain itu, dilakukan penilaian rumput dengan standar yang didapat dari berbagai sumber (Tabel 4) terhadap kondisi lanskap tapak untuk memperoleh kesimpulan dari hasil pengamatan lapang yang dilakukan.

Tabel 4 Standar Penilaian Rumput Axonopus compressus Pada Lapangan

Sepakbola

No Parameter Penilaian Baik Sumber

1 Kepadatan (Densitas) per 100cm2 >30 pucuk Ayuningtyas (2007)

2 Warna hamparan rumput Hijau muda Ariyanti (1987)

3 Keseragaman warna rumput (%) >85 -

4 Tekstur rumput (mm) 8-14 Ariyanti (1987)

5 Keberadaan partikel dipermukaan (%) <20 FIFA (2011)

6 Kemurnian jenis rumput (%) >85 FIFA (2011)

7 Ketinggian pangkas (cm) 2-5 Emmons (2000)

8 Berat kering pucuk (gr/100cm2) >1,5 -

9 Berat kering akar (gr/100cm2) >1,5 -

10 Panjang akar (akar terpanjang) (cm) 4-15 Christians (2004)

11 Elastisitas rumput (dilihat dari jarak gelinding bola) (m)

<3 Turgeon (2000)

Analisis dari segi pengelolaan dilakukan dengan cara deskriptif membandingkan standar pelaksanaan pemeliharaan rumput dengan hasil wawancara dengan pihak pengelola sehingga didapat apakah yang telah dilakukan pihak pengelola lapangan sepakbola sudah memenuhi standar pelaksanaan.


(46)

Menurut berbagai sumber, standar penampilan rumput dalam sebuah lapangan sepakbola tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5 Standar Penampilan Rumput Lapangan Sepakbola

No Standar Penampilan

Rumput

Syarat-syarat Umum Pelaksanaan Perawatan dan Kebersihan

1 Hijau, halus, dan rapat Disiram minimal sehari sekali dan pemupukan N

secara berkala untuk memperbaiki warna daun (Turgeon, 2002)

2 Sejenis (tidak ada

tanaman liar )

Bebas dari rumput lain dan tanaman liar, pencabutan dilakukan setiap setelah dipakai (FIFA, 2010)

3 Tidak botak Penyulaman dilakukan setiap sebelum, isirahat

pertandingan, dan setelah pertandingan

(FIFA,2010)

4 Tidak tergenang air Kemiringan ke arah saluran air disesuaikan dengan

keadaan di lapangan, drainase baik (Turgeon, 2002)

5 Ketinggian Axonopus Compressus dengan ketinggian 2-5 cm

(Ariyanti, 1987)

Menurut berbagai sumber, pada Tabel 6 akan disajikan standar umum pelaksanaan pemeliharaan lapangan sepakbola.

Tabel 6 Standar umum pelaksanaan pemeliharaan lapangan sepakbola

No Item Pekerjaan Alat dan

Bahan

Standar umum Pelaksanaan Pemeliharaan

1 Pemangkasan

rumput

Grass mower, bensin

- Memotong dengan arah yang teratur dan sesuai

dengan ketinggian pangkasan yang dibutuhkan (FIFA, 2010)

- Pengujian ketajaman alat agar tidak merusak

kualitas rumput (FIFA, 2010)

2 Coring Garpu

tanah, pasir

- Dilakukan untuk memperbaiki pemadatan tanah

bila tanah sudah mulai terjadi pemadatan (FIFA, 2010)


(47)

Tabel 6 (Lanjutan)

No Item Pekerjaan Alat dan

Bahan

Standar umum Pelaksanaan Pemeliharaan Lanjutan

coring..

-Penebaranpasir pada lapisan atas tanah (FIFA,

2010).

3 Penyiraman Selang,

portable sprinkler

- Air yang digunakan bersih, tidak berbau, tidak

kotor, tidak sadah, tidak membawa penyakit, tidak merusak dan mematikan tanaman (Arifin, 2002)

- Jumlah air sesuai kebutuhan, merata dan basah

sampai ke perakaran bawah agar tanaman dapat tumbuh secara optimum (Arifin, 2002)

4 Pemupukan Pupuk,

sarung tangan, air

- Memberikan nutrisi yang cukup untuk rumput

agar pulih dari stress dan membantu memperbaiki zona perakaran. (FIFA,2010)

- Unsur penting bagi pertumbuhan rumput hadir

dalam jumlah yang tepat untuk pertumbuhan yang optimal (FIFA,2010).

- Penyiraman dilakukan setelah pemupukan.

(Arifin, 2002).

5 Pemberantasan

hama dan pencegahannya

Knapsack sprayer, masker, pestisida

- Melakukan pencegahan hama dan penyakit

dengan perusahaan yang telah terdaftar (FIFA, 2010).

- Dilakukan proses budidaya sebagai pendekatan

pencegahan hama dan penyakit (FIFA, 2010).

- Penyemprotan dilakukan sore hari dan

memperhatikan arah dan kecepatan angin (Arifin, 2002).

6 Pemberantasan

gulma

Sarung tangan, pengki

- Mencabut tanaman liar dengan tidak merusak

tanaman utama (FIFA, 2010).

- Gulma dicabut sampai seluruh akarnya secara

rutin setiap hari (Arifin, 2002).

7 Penyulaman

tanaman

Sekop kecil, rumput

- Menggunakan rumput yang sama dengan rumput


(48)

4. Tahap Sintesis

Tahap sintesis merupakan tahap penyusunan dalam mencari alternatif pengembangan potensi dan pemecahan masalah untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan. Hasil sintesis berupa rekomendasi terhadap pengelolaan lapangan sebagai upaya perbaikan kualitas lapangan. Selain itu, pada tahap ini dihasilkan rekomendasi pengelolaan terhadap lapangan agar lapangan tersebut dapat terus dikembangkan dan sesuai dengan kualitas yang dianjurkan oleh FIFA.

3.3 Batasan Penelitian

Area penelitian yang dimaksud terbatas pada lapangan permainan sepakbola, tidak termasuk fasilitas yang ada di dalamnya. Pemilihan lapangan sebagai studi kasus berdasarkan penggunaan lapangan selama penelitian dan digunakan dalam Kompetisi Liga Super.


(49)

BAB IV KONDISI UMUM

4.1 Letak

Stadion Singaperbangsa terletak di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Stadion ini berada pada pusat kota dan berdekatan dengan kantor-kantor pemerintahan Kabupaten Karawang. Stadion ini merupakan kandang dari klub Pelita Jaya. Secara geografis, stadion ini terletak pada 6°18'9.26" LS dan 107°18'20.55" BT (Gambar 13) dengan batas wilayah Utara, Barat, dan Timur yaitu Jalan Suratin, batas Selatan berbatasan dengan Jalan Jendral Ahmad Yani.

Gambar 13 Peta Lokasi Stadion Singaperbangsa ( Sumber : http://maps.google.com 14 Mei 2011 )

Stadion Siliwangi terletak di Kota Bandung, Jawa Barat. Stadion ini dibangun di atas tanah milik KODAM III/Siliwangi. Stadion ini merupakan lokasi latihan dari klub Persib. Secara geografis, stadion ini ada pada 6°18'13.35" LS dan 107°18'22.95" (Gambar 14) BT dengan batas wilayah Utara yaitu Jalan Lombok, Barat berbatasan dengan Jalan Sumbawa, Timur berbatasan dengan Jalan Bangka, batas Selatan berbatasan dengan Jalan Jawa.


(50)

Gambar 14 Peta Lokasi Stadion Siliwangi ( Sumber : http://maps.google.com 14 Mei 2011 )

Stadion Haji Agus Salim terletak di Kota Padang, Sumatera Barat. Stadion ini berada pada pusat kota dan terletak berdekatan dengan perumahan elit pejabat Sumatera Barat. Stadion ini dibangun pada tahun 1985 dan baru saja direnovasi pada tahun 2010. Stadion ini merupakan kandang dari klub PS Semen Padang dan PSP Padang. Secara geografis, stadion ini terletak pada 0°55'45.30" LS dan 100°21'27.29" (Gambar 15) BT dengan batas wilayah Utara yaitu Gedung Olahraga, bagian Selatan dan Barat berbatasan dengan Jalan Rimbo Kaluang, dan bagian timur berbatasan dengan Jalan Batang Pasaman.

Gambar 15 Peta Lokasi Stadion Haji Agus Salim ( Sumber : http://maps.google.com 14 Mei 2011 )


(51)

4.2 Iklim

Berdasarkan data iklim tahun 2009 yang didapat, ketiga lokasi penelitian ini tidak memiliki perbedaan iklim yang terlalu mencolok. Kondisi iklim ini berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pengelolaan rumput seperti praktek penyiraman. Dengan curah hujan Karawang yang sedikit, membutuhkan penyiraman yang lebih intensif dibandingkan dua stadion lainnya. Pada kota Bandung yang memiliki rata-rata curah hujan lebih besar dibandingkan Karawang, sehingga penyiraman yang dilakukan tidak perlu seintensif yang dilakukan di Karawang. Dengan rata-rata curah hujan Kota Padang yang paling besar, maka praktek penyiraman yang dilakukan di lapang tidak perlu seintensif kedua lokasi lainnya. Curah hujan yang tinggi ini pula mempercepat pertumbuhan rumput pada lapangan dan meyuburkan kondisi rumput itu sendiri. Berikut data selengkapnya mengenai iklim yang berada pada ketiga kota tersaji pada Tabel 7 dibawah ini.

Tabel 7 Kondisi Iklim Bulanan Pada Tahun 2009 di Ketiga Kota

Kondisi iklim bulanan Karawang1) Bandung2) Padang2)

Suhu udara (○C) Maksimum 30 31 31,7

Minimum 24 18,3 22

Rata-rata 27 29 25,2

Curah Hujan (mm/bln) Maksimum 280 365,7 561

Minimum 83 0,5 133

Rata-rata 154 174,8 301,6

Kelembaban nisbi (%) Rata-rata 80 79 84

Sumber data : 1. Karawang dalam angka, 2010

2. Badan Meteorologi dan Geofisika,2011

4.3 Daya Tampung dan Penggunaan

Daya tampung merupakan kemampuan suatu stadion menampung sejumlah orang di dalamnya agar tetap nyaman. Daya tampung tiap stadion berbeda-beda. Selain itu, penggunaan lapangan mempengaruhi kualitas rumput yang ada. Pada ketiga stadion yang menjadi lokasi penelitian didapat data daya tampung dan intensitas penggunaan stadion dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.


(52)

Tabel 8 Daya Tampung dan Penggunaan Ketiga Stadion

No Stadion Daya Tampung Penggunaan Intensitas

1 Singaperbangsa 25.000 penonton Latihan tim Pelita Jaya

Pertandingan Liga Super

2 kali/bulan

3 kali/bulan

2 Siliwangi 25.000 penonton Latihan PERSIB

Latihan fisik tentara Pertandingan Liga Super

8 kali/bulan Setiap hari 1 kali/bulan

3 Agus Salim 28.000 penonton Latihan Semen Padang

Pertandingan Liga Super

2 kali/bulan 2-3 kali/bulan Sumber : Hasil Wawancara dengan Pihak Pengelola

Gambar 16 Tribun Utama Stadion Singaperbangsa

Stadion Singaperbangsa, Karawang (Gambar 16) memiliki daya tampung sebanyak 25.000 penonton dengan 12 lantai tribun. Lapangan stadion yang menjadi kebanggan warga Karawang ini biasa dipakai untuk latihan rutin Tim Pelita Jaya dua kali sebelum pertandingan selama 1 jam maupun pertandingan Liga Super yang biasa diselenggarakan dua hingga tiga kali dalam satu bulan. Penggunaan stadion ini termasuk tinggi walaupun hanya untuk pertandingan sepakbola dan latihan rutin Tim Pelita Jaya. Selain untuk penggunaan tersebut, tidak diperkenankan penggunaan lapangan stadion ini. Ukuran lapangan dalam Stadion Singaperbangsa ini yaitu 105 m x 70 m.


(53)

Gambar 17 Tribun Utama Stadion Siliwangi

Pada Stadion Siliwangi (Gambar 17), memiliki daya tampung penonton mencapai 25.000 penonton dengan 15 lantai tribun. Lapangan dalam stadion ini biasa digunakan latihan oleh PERSIB setiap minggu sebanyak 2 kali, pertandingan Liga Super sebanyak 1 kali dalam sebulan, dan juga digunakan untuk latihan fisik para tentara KODAM III/Siliwangi. Karena dibangun diatas tanah milik KODAM III/Siliwangi stadion ini bukan milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat atau Pemerintah Kota Bandung. Dengan kondisi rumput yang sudah tidak baik karena memang merupakan stadion lama, maka dilakukan beberapa perbaikan untuk peningkatan kualitas lapangan. Ukuran lapangan dalam Stadion Siliwangi ini yaitu 105 m x 70 m.


(54)

Stadion Haji Agus Salim (Gambar 18) memiliki daya tampung mencapai 28.000 penonton dengan 11 lantai pada tribunnya. Stadion ini biasa digunakan 2-3 kali dalam sebulan untuk pertandingan Liga Super. Penggunaan stadion ini termasuk tinggi walaupun hanya untuk pertandingan sepakbola dan latihan rutin Tim Semen Padang. Selain untuk penggunaan tersebut, tidak diperkenankan menggunakan lapangan stadion ini. Ukuran lapangan dalam Stadion Haji Agus Salim ini yaitu 105 m x 70 m.

4.4 Pengelola

Stadion Singaperbangsa dikelola oleh PEMDA Kabupaten Karawang khususnya di bawah Dinas Cipta Karya. Dengan perhatian penuh oleh PEMDA setempat, sempat dilakukan beberapa perbaikan lapangan dan melibatkan kontraktor luar yang dipilih oleh Tim Pelita Jaya itu sendiri sehingga cukup terawat dan layak digunakan dalam pertandingan. Untuk Stadion Siliwangi, stadion ini dikelola sendiri oleh KODAM III/Siliwangi Kota Bandung. Kurangnya perhatian dan pihak pengelola dan usia stadion yang cukup tua karena sudah ada sejak sekitar tahun 1950-an maka banyak diperlukan perbaikan sana-sini saat melihat langsung ke lapangan. Untuk Stadion Haji Agus Salim, dikelola oleh Pemerintah Kota Padang yang berada di bawah Dinas Pemuda dan Olahraga yang terletak tidak jauh dari stadion tersebut.


(55)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Media Tanam Lapangan

Media tanam yang digunakan pada ketiga lapangan berbeda. Perbedaan dan ciri masing-masing media tanam lapangan ini dapat terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Media Tanam Lapangan

Stadion Jenis Media Tanam Ciri umum Sumber

Singaperbangsa Tanah

Merah/latosol

- Warna merah hingga kuning

- Kesuburannya rendah

- Bertekstur liat

Soepardi, 1983

Siliwangi Andosol + Pasir - Warna gelap/hitam, abu-abu,

coklat tua hingga kekuningan

- Unsur hara sedang hingga rendah

- Biasanya subur dan bertekstur

gembur hingga debu

Soepardi, 1983

Haji Agus Salim

Entisol + Pasir - Warna kelabu sampai kecoklatan

- Cukup subur

- Tekstur sedang hingga kasar

Soepardi, 1983

Pada Stadion Singaperbangsa, media tanamnya adalah tanah merah dan pada lapisan keduanya lapisan pasir. Pada Stadion Siliwangi, media tanam yang digunakan adalah campuran andosol dengan pasir. Pada Stadion Haji Agus Salim menggunakan media tanah entisol dan dicampur dengan pasir. Lapangan dengan media pasir adalah lapangan yang paling aman karena lebih mudah dalam memelihara kepadatan rumput dan merupakan permukaan yang tidak padat (Emmons, 2000).

Pada Stadion Singaperbangsa yang terletak di daerah Karawang, tanah merah memang memiliki tingkat kesuburan tanah yang kurang baik. Dengan kondisi seperti ini, dilakukan penambahan lapisan pupuk kandang agar rumput yang ditanam pada stadion memiliki potensi untuk tumbuh baik dan subur. Pada Stadion Siliwangi, jenis tanah yang digunakan merupakan jenis andosol.


(56)

Penggunaan pasir sebagai campuran dari media tanam memperbaiki keadaan tanah yaitu mampu membantu tanah menjadi bersifat porous dan mempercepat pertumbuhan rumput. Untuk Stadion Haji Agus Salim, tanah yang digunakan merupakan tanah entisol berpasir. Tanah entisol merupakan tanah yang memiliki kesuburan yang relatif baik pula. Selain itu, pencampuran tanah dengan pasir membuat tanah menjadi bersifat porous dan membuat rumput menjadi cepat

tumbuh. Menurut Crum et.al (2004), jenis tanah yang lebih banyak mengandung

pasir memiliki partikel yang cenderung untuk tidak menempel satu sama lain dan sangat baik untuk zona perakaran.

5.2 Jenis Rumput

Jenis rumput yang digunakan dalam Stadion Singaperbangsa, Siliwangi,

dan Haji Agus Salim merupakan jenis rumput yang sama yaitu Axonopus

Compressus [Swartz.] Beauv. Rumput yang digunakan merupakan salah satu

alternatif untuk menghadirkan penampilan visual yang indah dan mampu mengoptimalkan penggunaan lapangan sepakbola. Menurut Munandar dan Hardosuwignyo (1990), Rumput Paitan merupakan rumput daerah tropis yang dapat beradaptasi dengan kekeringan. Rumput Paitan dapat membentuk hamparan yang lebat dengan warna hijau muda. Sistem perakarannya lebat tetapi dangkal. Dengan kemampuan beradaptasi yang baik, rumput ini mampu tumbuh baik pada ketiga stadion yang terletak di Karawang, Bandung, dan Padang. Selain itu, dengan pengelolaan yang kurang intensif, rumput paitan mampu beradaptasi dengan kondisi kekeringan sekalipun. Rumput Paitan memenuhi kebutuhan akan rumput yang tahan injakan pada lapangan olahraga sehingga cocok dijadikan rumput dalam lapangan sepakbola. Rumput ini memiliki kekurangan yaitu memiliki tekstur yang agak kasar sehingga memiliki elastisitas yang rendah. Walaupun mampu menutup seluruh permukaan tanah dengan baik, menurut Turgeon (2002) tekstur yang agak kasar mampu mengurangi kecepatan dan durasi perputaran bola.


(57)

5.3 Konstruksi Lapangan

Konstruksi pada lapangan sepakbola merupakan salah satu elemen yang sangat penting. Dengan konstruksi yang baik, lapangan mampu digunakan pada berbagai kondisi, baik saat musim kemarau yang menyebabkan lapangan menjadi lebih berdebu dari biasanya atau pada saat musim hujan yang menyebabkan permukaan tanah lapangan sepakbola menjadi becek. Konstruksi yang baik mampu membuat keindahan lapangan rumput bertahan lebih lama, bukan hanya indah pada saat selesai dibangun. Dengan begitu, pemilihan konstruksi yang tepat harus dilakukan dengan cermat agar tanah selalu datar dan mampu menyerap air dengan baik pada saat musim hujan. Berikut susunan dan ilustrasi konstruksi untuk ketiga lapangan (Tabel 10 dan Gambar 19).

Tabel 10 Susunan Konstruksi Lapangan Stadion Singaperbangsa, Karawang

No Media Tebal Media (cm)

1 Tanah Latosol,Pasir,Pukan (2:1:1) 20 cm

2 Ijuk dan kerikil 10 cm

3 Batu kali 10 cm

4 Pipa Paralon diameter pipa 10 cm

Gambar 19 Ilustrasi Konstruksi Lapangan Stadion Singaperbangsa, Karawang

Dari ilustrasi konstruksi lapangan Stadion Singaperbangsa, Karawang terlihat adanya 4 lapisan yaitu lapisan campuran tanah merah, pasir, pupuk kandang, lapisan ijuk dan kerikil, batu kali, dan pipa paralon. Media tanah yang ada memiliki ketebalan hingga 20 cm mampu memberikan ruang tumbuh bagi perakaran sehingga rumput dapat tumbuh secara optimal. Dengan kesuburan tanah


(58)

yang kurang baik maka ditambahkan lapisan pupuk kandang untuk meningkatkan kesuburan tanah. Ijuk yang ada berfungsi sebagai pemisah lapisan media yang halus dan kasar. Keberadaan lapisan ijuk dan kerikil ini memperlambat pergerakan air menuju saluran drainase sehingga kelembaban tanah terjaga untuk pertumbuhan zona perakaran. Hirarki lapisan dari halus ke kasar dimaksudkan untuk kecepatan penyerapan air pada permukaan yang halus agar tidak terjadi genangan, namun kemudian air disimpan dalam tanah pada lapisan ijuk. Ketika potensi air yang cukup telah mencapai bagian bawah bidang pemisah, air akan memasuki tanah bertekstur kasar dan kemudian hilang seiring dengan gravitasi yang ada (Turgeon, 2002). Pada lapangan Singaperbangsa, terjadi saat air telah melewati lapisan ijuk dan kerikil menuju lapisan batu kali dan mencapai lapisan pipa paralon. Sistem drainase lapangan ini masih berfungsi dengan baik karena pada saat hujan diketahui bahwa lapangan tidak mengalami kebecekan.

Tabel 11 Susunan Konstruksi Lapangan Stadion Siliwangi, Bandung

No Media Tebal Media(cm)

1 Tanah Andosol dan Pasir 10 cm

2 Kerikil 10 cm

3 Ijuk 10 cm

4 Batu 10 cm

5 Pipa paralon diameter pipa 10 cm

Gambar 20 Ilustrasi Konstruksi Lapangan Stadion Siliwangi, Bandung

Dari ilustrasi konstruksi lapangan Stadion Siliwangi diatas (Tabel 11 dan Gambar 20) dapat terlihat adanya 5 lapisan pasir dan tanah, kerikil, ijuk, batu kali,


(59)

dan pipa paralon. Dengan tebal media yang hanya 10 cm dan tingkat penggunaan yang cukup tinggi untuk beberapa latihan dan pertandingan, membuat pemadatan tanah lebih cepat dan memperkecil ruang akar untuk rumput, sehingga rumput yang tumbuh di lapangan ini memiliki panjang akar yang cukup pendek. Hirarki dari lapisan halus ke kasar ini dimaksudkan agar apabila terdapat air pada permukaan akan cepat terserap dengan adanya pasir dan permukaan tidak becek, kemudian pergerakan air ini dihambat pada lapisan ijuk agar air yang ada tersimpan untuk menjaga kelembaban tanah. Setelah itu baru menuju lapisan batu kali yang akan segera diteruskan ke lapisan pipa drainase yang terletak paling bawah. Sistem drainase yang ada sudah tidak dapat berfungsi dengan baik karena tanah yang memadat sehingga penyerapan air menjadi berkurang, selain itu kebotakan pada beberapa bagian lapangan juga menjadi penyebab terjadinya kebecekan lapangan setelah terjadi hujan.

Tabel 12 Susunan Konstruksi Lapangan Stadion Haji Agus Salim, Padang

No Media Tebal Media(cm)

1 Tanah entisol dan pasir 10 cm

2 Ijuk 10 cm

3 Kerikil 10 cm

4 Pipa Paralon diameter pipa 10 cm

Gambar 21 Ilustrasi Konstruksi Lapangan Stadion Haji Agus Salim, Padang

Dari ilustrasi konstruksi lapangan Stadion Haji Agus Salim diatas (Tabel 12 dan Gambar 21), dapat terlihat adanya 4 lapisan yang teridiri dari tanah, ijuk, kerikil, kemudian pipa paralon. Pipa paralon sebagai drainase yang berada di


(1)

6.2 Saran

Rekomendasi yang diberikan diharapkan mampu menjadi pertimbangan pihak pengelola stadion agar lapangan bola yang ada saat ini mampu menampilkan lapangan yang sesuai standar FIFA dan mampu digunakan dalam kompetisi tingkat nasional seperti Kompetisi Liga Super maupun kompetisi internasional.

Pada Stadion Singaperbangsa diperlukan penambahan ketinggian pangkas agar rumput yang ada memiliki elastisitas lebih baik. Selain itu diperlukan pemberian pupuk dengan dosis yang lebih baik untuk memperbaiki warna rumput, dan harus dilakukan pengendalian gulma yang lebih intensif. Pada Stadion Siliwangi, perlu dilakukan banyak perbaikan agar kondisi lapangan rumput yang ada menjadi lebih baik dan sesuai standar yang ada. Perbaikan ini meliputi perbaikan sistem drainase, pemupukan, penyulaman, dan pengendalian gulma yang lebih intensif dan meningkatkan ketinggian pangkas rumput agar menambah elastisitas rumput. Pada Stadion Haji Agus Salim diperlukan beberapa perbaikan. Perbaikan ini meliputi perbaikan sistem drainase dan pengendalian gulma yang lebih intensif.

Pemeliharaan yang sesuai pada waktunya dan sesuai syarat pelaksanaan harus lebih diperhatikan agar kualitas fungsional maupun visual yang diinginkan dapat tercipta dengan baik. Dengan begitu diharapkan mampu menjadikan lapangan yang lebih baik secara visual dan fungsional sehingga sejajar dengan lapangan-lapangan bola yang ada di dunia dan sesuai standar internasional sehingga dapat digunakan dalam kompetisi tingkat nasional maupun internasional.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Liga_Super_Indonesia. Diakses 7 Mei 2010.

Anonymous.2009.http://pikiranrakyat.com/baca/2009/11/05/liga super indonesia-rapor -awal.html. Diakses 7 mei 2010.

Arifin, H.S. dan Nurhayati H.S.A. 2002. Pemeliharaan Taman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ariyanti, Bonita. 1987. Studi Fenologi dan Distribusi Beberapa Jenis Rumput Dominan pada Lansekap Lapangan Sepak Bola Senayan (Jakarta). Skripsi ( tidak dipublikasikan ). Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 66 hal.

Ayuningtyas, Andhina. 2007. Kajian Kualitas Rumput Lapangan Sepakbola di Jakarta dan Bogor. Skripsi ( tidak dipublikasikan ). Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Beard, J. B. 1973. Turfgrass : Science and Culture. New York : Prentice-Hall Inc. Carpenter, P.L,T.D. Walker, and F.O Lanphear. 1975. Plants in The Landscape.

WH. Freeman & Co. San Fransisco. 476p.

Christians, Nick. 2001. Fundamentals of Turfgrass Management. Ann Arbor Press: Chelsea, Michigan.

Crum, J. R., T. F. Wolff dan J. N. Rogers III. 2004. Agronomic and Engineering Properties of USGA Putting Greens. USGA Green Section Record. http://www.USGA.org. Diakses 7 Juli 2011

Emmons, R. D. 2000. Turfgrass Science and Management. Third Edition. Delmar. New York. 516 hal.

FIFA. 2010. Football Stadiums. 5th edition. FIFA Federation Internationale de Football Association. Switzerland.

Hessayon, D.G. 1994. The Lawn Expert. Waltham Cross : pbi Publication. Great Britain.

Hopkins, A. 2000. Grass : It’s Production and Utilitazion. Third Edition. Blackwell Science Ltd. New Jersey. 328 hal.

Munandar, A. dan S. Hardjosuwignyo. 1990. Rumput Lansekap. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 380 hal.


(3)

Rodney, J. 2004. Turfgrass Installation : Management and Maintenance. McGraw-Hill. New York. 583 hal.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB Bogor. 591 hal.

Sulistyantara, B. 1992. Taman Rumah Tinggal. Penebar Swadaya. Jakarta. 194 hal.

Turgeon, A.J. 2002. Turfgrass Management. Reston Publishing Company, Inc. Virginia. 355p.


(4)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel P-Value antar peubah pada ketiga stadion P-Value antar peubah di Stadion Singaperbangsa

Kepadatan Rumput Berat Kering Akar Berat Kering Pucuk Panjang Akar Lebar Daun Jarak Luncuran Bola Kepadatan

Rumput 0,850 0,236 0,931 0,770 0,472 Berat Kering Akar 0,614 ** 0,080 0,378

Berat Kering

Pucuk 0,695 0,534 0,237

Panjang Akar 0,161 0,458

Lebar Daun 0,297

P-Value antar peubah di Stadion Siliwangi

Peubah Kepadatan Rumput Berat Kering Akar Berat Kering Pucuk Panjang Akar Lebar Daun Jarak Luncuran Bola Kepadatan

Rumput 0,114 0,179 0,396 0,810 0,477 Berat Kering Akar ** 0,282 0,696 0,363 Berat Kering

Pucuk 0,217 0,631 0,298

Panjang Akar 0,414 *

Lebar Daun 0,333

P-Value antar peubah di Stadion Haji Agus Salim

Peubah Kepadatan Rumput Berat Kering Akar Berat Kering Pucuk Panjang Akar Lebar Daun Jarak Luncuran Bola Kepadatan

Rumput 0,218 0,186 0,689 0,730 0,867 Berat Kering Akar 0,403 0,471 0,512 0,725 Berat Kering

Pucuk 0,875 0,915 0,872

Panjang Akar ** 0,253


(5)

Lampiran 2 Ilustrasi Gambar Ketiga Stadion

Stadion Singaperbangsa

Stadion Siliwangi


(6)

(Lanjutan Lampiran 2..) Stadion Haji Agus Salim