Pengamatan Kondisi Terumbu Karang dan Makroalga

2.2.1 Pengamatan Parameter Lingkungan

Pengumpulan data kualitas perairan meliputi parameter fisika dan kimia yang terdiri dari 10 parameter Tabel 1, yang dianalisis baik in situ maupun ex situ. Analisis secara ex situ dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan Proling, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan MSP, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tabel 1. Parameter Fisika dan Kimia Perairan yang diukur di Perairan Pulau Semak Daun Parameter Satuan Alat Referensi Lokasi Analisis

A. Fisika 1. Suhu

°C Termometer APHA, 2005 In situ 2. Salinitas ‰ Refraktometer APHA, 2005 In situ 3. Kecerahan m Secchi disk In situ 4. Kekeruhan NTU Turbidity meter APHA, 2005 Laboratorium 5. Kecepatan Arus cmdet Current Meter In situ

B. Kimia 1. pH

- pH meter APHA, 2005 In situ 2. Nitrat mgl Spektrofotometer APHA, 2005 Laboratorium 3. Nitrit mgl Spektrofotometer APHA, 2005 Laboratorium 4. Ammonia mgl Spektrofotometer APHA, 2005 Laboratorium 5. Fosfat mgl Spektrofotometer APHA, 2005 Laboratorium Pengambilan contoh air dilakukan sebanyak tiga kali dengan selang waktu per dua minggu, yaitu pada minggu ke-2 bulan Mei 2013, minggu ke-4 bulan Mei 2013 dan minggu ke-2 bulan Juni 2013 di lima stasiun pengamatan yang telah ditentukan untuk mengumpulkan data kualitas perairan. Pengukuran parameter kualitas air dilakukan pada pukul 08.00 s.d. 10.00 untuk mendapatkan kondisi lingkungan yang memadai terutama berkaitan dengan suhu dan kecerahan. Sampel air laut diambil di bagian dasar dimana dilakukan identifikasi terumbu karang. Untuk pengukuran parameter kimia, sampel disimpan dalam botol plastik polietilen 500 ml, sedangkan untuk parameter fisika, sampel disimpan dalam botol plastik polietilen 300 ml. Untuk sampel kimia, air laut ditambahkan 0.2 ml 3-4 tetes larutan asam sulfat H 2 SO 4 untuk pengawetan nitrat dan nitrit. Masing-masing sampel air laut selanjutnya disimpan dalam kotak pendingin ice-box untuk menjaga kondisinya agar tidak berubah. Selanjutnya sampel air dikirim ke Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan Proling, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan MSP, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor untuk dianalisis sesuai dengan parameter yang akan diukur.

2.2.2 Pengamatan Kondisi Terumbu Karang dan Makroalga

Metode yang digunakan untuk mengamati tutupan karang dan makroalga dilakukan dengan menggunakan metode transek garis English et al. 1997, metode ini digunakan untuk menggambarkan struktur komunitas karang dengan melihat tutupan karang hidup, karang mati, bentuk substrat pasir, lumpur, alga dan keberadaan biota lain, dan biasanya dilakukan oleh dua orang penyelam. Pada setiap stasiun pengamatan diletakkan transek garis dengan panjang transek 50 meter sejajar garis pantai. Pada setiap stasiun pengamatan digunakan satu transek dengan tiga kali pengulangan Gambar 4. Pengamatan dilakukan dengan cara mencatat jenis-jenis bentuk pertumbuhan biota penyusun ekosistem yang ditemukan di sepanjang transek serta mengukur kisaran penutupan jenis bentuk pertumbuhan biota ekosistem tersebut pada angka yang terbaca pada transek, selain itu dicatat pula kelompok abiotik yang menyinggung transek untuk memberikan gambaran tentang ekosistem terumbu karang. Gambar 4. Metode pengamatan terumbu karang dengan transek garis Pencatatan dilakukan dengan menggunakan alat tulis bawah air sabak yang dibawa oleh pengamat. Hasil pengamatan terhadap terumbu karang tersebut selanjutnya ditabulasikan berdasarkan jenis dan luas penutupan. Koloni karang yang berada di bawah atau bersinggungan dengan transek garis, diukur dan dicatat mengikuti bentuk pertumbuhannya life form sesuai dengan klasifikasi dari English et al 1997. Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui kondisi terumbu karang terhadap persen penutupan biota karang adalah data panjang tiap kategori life form yang ada untuk mengetahui persentase penutupan terumbu karang. Tabel 2 menunjukkan daftar penggolongan kategori penutupan karang penyusun ekosistem terumbu karang dan kode yang digunakan mengacu pada UNEP 1993. Persentase penutupan karang hidup diperoleh dari data panjang tiap kategori life form terumbu karang. Nilai persentase penutupan terumbu karang yang hidup dihitung dengan menggunakan persamaan menurut UNEP 1993 yaitu : Keterangan : L i = Persentase penutupan biota karang ke-i n i = Panjang total kelompok biota karang ke-i, dan L = Panjang total transek garis Tabel 2. Daftar penggolongan kategori penutupan karang penyusun ekosistem terumbu karang dan kode yang digunakan UNEP 1993. Kategori Kode Kategori Kode Hard Corals Acropora Algae Branching ACB Macro MA Tabulate ACT Turf TA Encrusting ACE Coraline CA Submassive ACS Halimeda HA Digitate ACD Algal Assemblage Hard Corals Non Acropora Other Fauna Branching CB Soft Corals SC Massive CM Sponge SP Encrusting CE Zoanthids ZO Submassive CS Others OT Foliose CF Mushroom CMR Abiotic Millepora CME Sand S Heliopora CHL Rubble R Silt SI Dead Scleractinia Water WA Dead Coral DC Rock RCK With Algal Covering DCA

2.2.3 Pengamatan ikan herbivor