sesuai dengan penelitian oleh Williams and Polunin 2001; Idjadi et al. 2006. Kedua peneliti ini menggunakan sejumlah data survey kelimpahan ikan herbivor dan tutupan
karang, hasilnya ditemukan kelimpahan ikan herbivor berkorelasi negatif dengan tutupan makroalga.
Kebanyakan ikan herbivor menyenangi turf algae sebagai makanannya Morissey 1985. Turf algae memiliki ukuran kurang dari 2 cm dan tidak
mengandung bahan kimia yang tidak disukai ikan. Ikan herbivor sangat suka memakan tumbuhan yang kecil ukurannya, strukturnya yang sederhana dan
berkumpul Sale 1991. Aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan menentukan distribusi ikan herbivor. Kelimpahan ikan herbivor menurun seiring dengan bertambahnya
kedalaman air. Ikan herbivor lebih menyenangi daerah dangkal karena aktivitas fotosintesis didaerah tersebut sangat cepat, sehingga selalu tersedia makanan baginya
untuk metabolisme dan pertumbuhan.
Penelitian yang dilakukan oleh Jompa dan McCook 2002; Littler et al. 2005 yang menyimpulkan bahwa penambahan nutrien saja tidak dapat
menimbulkan kematian pada terumbu karang, begitu juga dengan mengeluarkan ikan herbivor saja tidak secara langsung mematikan terumbu karang. Hal ini disebabkan
herbivor lain dapat memangsa makroalga misalnya bulu babi sea urchin.
Tidak terlihatnya peran ikan herbivor pada model pembentukan asosiasi antara karang keras dengan makroalga disebabkan oleh dominannya ikan-ikan dari
famili Pomacentridae di perairan Kepulauan Seribu. Studi tentang peran Pomacentridae oleh Wilkinson et al. 1984 menemukan bahwa ikan Pomacentridae
bersifat teritori Sale 1991 yaitu dengan menjaga area makanannya dapat membuat perubahan pada komposisi jenis makroalga terutama pada jenis dari kelas red algae
menjadi blue-green algae. Karena blue green memiliki kemampuan lebih cepat dalam menfiksasi senyawa nitrogen Bellwood et al. 2004 pada saat proses fotosintesis.
3.5 Kondisi Kesuburan Perairan
Produktivitas primer dapat ditentukan berdasarkan kandungan klorofil-a di perairan tersebut. Konsentrasi klorofil-a suatu perairan di pengaruhi oleh intensitas
cahaya dan keberadaan nutrien. Perairan laut tropis pada umumnya memiliki kandungan klorofil-a rendah karena keterbatasan nutrien dan kuatnya stratifikasi
kolom air. Tubawaloni 2007 menyatakan bahwa stratifikasi kolom air disebabkan oleh pemanasan permukaan perairan yang hampir sepanjang tahun. Selanjutnya
berdasarkan pola persebaran klorofil-a secara musiman maupun spasial, di beberapa bagian perairan dijumpai konsentrasinya yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan
karena terjadinya pengkayaan nutrien pada lapisan permukaan perairan melalui berbagai proses dinamika massa air, diantaranya upwelling, percampuran vertikal
massa air serta pola pergerakkan massa air, yang membawa massa air kaya nutrien dari perairan sekitarnya.
Klorofil-a merupakan salah satu indikator produktivitas primer dalam suatu perairan. Namun demikian, jika terjadi peningkatan kandungan klorofil yang cukup
ekstrem perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya ledakan populasi alga yang berbahaya. Ledakan populasi alga dapat menyebabkan turunnya kandungan oksigen
dalam air sehingga membahayakan kehidupan ikan karena kekurangan oksigen. Klorofil-a dipermukaan perairan dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu rendah
0,07 mgl sedang 0,07-0,14 mgl dan tinggi 0,14 mgl Hatta 2002.
Ditambahkan Legendre 1983 bahwa kandungan klorofil dengan kisaran 0.07 mgl termasuk rendah, dimana klorofil tersebut sangat dipengaruhi oleh cahaya, oksigen
dan karbohidrat. Berdasarkan hasil pengukuran klorofil-a di semua stasiun pengamatan dapat dikelompokkan tinggi dengan kisaran 0,948
– 1,422 mgl. Menurut Damar 2006, sisi negatif dari tingginya tingkat kesuburan perairan,
antara lain, adalah berupa timbulnya kejadian bloom fitoplankton. Efek negatif lain dari tingginya kesuburan perairan adalah potensi gangguan bagi ekosistem terumbu
karang.
Dalam beberapa penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang erat antara klorofil-a dengan produktivitas primer. Susilo 1999 menemukan bahwa produktivitas
primer kolom air dapat diduga dari konsentrasi klorofil-a menurut persamaan regresi sederhana. Persamaan hubungan antara keduanya pada kolom air 0-5 m adalah
P = 0.0207 + 0.007K sedangkan pada kolom air 0-10 m adalah P = 0.0238 + 0.004K, dimana P adalah produktivitas primer gCm
3
dan K adalah konsentrasi klorofil-a atau Chal-
a μgl. Berdasarkan hal ini produktivitas primer dapat diduga dari kandungan klorofil-a.
Tabel 9. Klorofil-a dan produktivitas primer di semua stasiun pengamatan perairan Pulau Semak Daun
Stasiun Klorofil-a
Klorofil-a PP PP
pengamatan mgl
µgl gCm
2
hari gCm
2
tahun Stasiun I
0,948 948
0,382 139,276
Stasiun II 0,965
965 0,388
141,758 Stasiun III
0,948 948
0,382 139,276
Stasiun IV 0,948
948 0,382
139,276 Stasiun V
1,422 1422
0,571 208,480
Rata-rata 0,421
153,612
Tabel 9 menunjukkan kandungan klorofil-a dan produktivitas primer pada setiap stasiun pengamatan. Rata-rata produktivitas primer di perairan Semak Daun adalah 0,421
gCm
2
hari atau 153,612 gCm
2
tahun. Besarnya produktivitas primer PP ini masih dalam kisaran produktivitas primer di perairan karang umumnya. Carter 1991
menyatakan bahwa rata-rata produktivitas primer di perairan dangkal dengan ekosistem terumbu karang adalah 30
– 150 gCm
2
tahun.
3.6 Estimasi Pendugaan Kuantitatif Limbah yang berasal dari Kegiatan