Persentase penutupan karang hidup dan makroalga

dampak negatif dari proses tersebut adalah berkurangnya tempat bagi karang keras untuk tumbuh karena alga zooxanthellae yang bersimbiosis dengan hewan karang memiliki struktur tubuh yang lebih kecil daripada makroalga sehingga volume ortofosfat dan nitrat yang diserap lebih sedikit. Konsentrasi nitrit untuk semua stasiun pengamatan 0,004 mgl. Kadar nitrit yang melebihi 0,05 mgl dapat bersifat toksik bagi organisme perairan yang sangat sensitif Moore 1991 in Effendi 2004. Secara umum dapat dikatakan bahwa perairan masih aman untuk kehidupan organisme karena kadarnya masih kurang dari 0,05 mgl. Nitrit NO 2 biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit di perairan alami, kadarnya lebih kecil daripada nitrat karena nitrit bersifat tidak stabil jika terdapat oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat serta antara nitrat dan gas nitrogen yang biasa dikenal dengan proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Perairan alami mengandung nitrit sekitar 0,001 mgl dan sebaiknya tidak melebihi 0,006 mgl. Kadar nitrit yang melebihi 0,05 mgl dapat bersifat toksik bagi organisme perairan Moore 1981 in Effendi 2004. Tingkat pencemaran suatu perairan berdasarkan nilai nitrit dibagi ke dalam tiga kriteria yaitu perairan tercemar ringan antara 0,001-0,023 mgl, tercemar sedang antara 0,024-0,083 mgl dan tercemar berat lebih dari 0,083 mgl Schitz 1970 in Retnani 2001. Konsentrasi rata-rata ammonia selama pengamatan berkisar antara 0,028 mgl sampai 0.067 mgl. Kadar ammonia bebas yang melebihi 0,2 mgl dapat bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan Effendi 2004. Secara umum dapat dikatakan bahwa perairan masih aman untuk kehidupan organisme karena kadarnya masih kurang dari 0,2 mgl. Pengaruh banyaknya masukan nutrien pada badan air, menjadikan rendahnya tingkat oksigen terlarut pada area yang luas, dan tingginya kandungan BOD serta konsentrasi ammonia di dalam kolom perairan Warren 1982. Fosfor di perairan terlarut sebagai fosfat yang merupakan salah satu unsur penting dalam pertumbuhan bagi fitoplankton. Senyawa anorganik fosfat yang terkandung dalam air laut umumnya berada dalam bentuk ion ortofosfat, dan pada umumnya fosfor bukan merupakan faktor pembatas dalam produktivitas laut Romimohtarto dan Juwana 2009. Hasil pengamatan menunjukkan nilai ortofosfat pada semua stasiun 0,002 mgl. Secara umum dapat dikatakan bahwa perairan masih aman untuk kehidupan organisme karena kadarnya masih kurang dari 0,015 mgl. Banyaknya kadar ortofosfat yang diserap oleh makroalga pada saat proses fotosintesis mempercepat proses pembentukan jaringan dalam tubuh Steven dan Atkinson 2003.

3.3 Persentase penutupan karang hidup dan makroalga

Pada Tabel 7 terlihat bahwa pada stasiun I, II, dan IV pengamatan persentase tutupan karang hidup termasuk dalam kategori sedang, sedangkan pada stasiun III tutupan karang hidup dapat dikategorikan sangat baik. Dan jika dirata-ratakan dari seluruh stasiun pengamatan yang dianggap mewakili kondisi terumbu karang perairan Pulau Semak Daun, maka kondisi tutupan karang hidup untuk perairan pulau Semak daun adalah 44,95 dikategorikan sedang. Tabel 7. Persentase tutupan karang hidup pada setiap stasiun pengamatan Stasiun Persentase Tutupan Kategori Karang Hidup I 41,63 Sedang II 29,67 Sedang III 77,67 Sangat baik IV 30,83 Sedang Sumber: Diolah dari data primer, 2013 Gambar 7 memperlihatkan persentase komponen terumbu karang pada setiap stasiun pengamatan di perairan Pulau Semak Daun. Pada stasiun III memiliki persentase tutupan karang hidup yang tinggi yaitu sebesar 77,67 , di dominasi oleh komponen Acropora 19,33 dan Non Acropora yaitu sebesar 58,33 . Sedangkan komponen karang mati sekitar 21,67 dan alga 0,33 . Tingginya tutupan karang hidup di stasiun ini mengindikasikan bahwa pada daerah timur perairan Pulau Semak Daun masih dalam keadaan baik. Pada umumnya terumbu karang di laut tropis hidup pada perairan oligotropik D’Elia dan Wiebe 1990. Terumbu karang lebih subur pada daerah yang bergelombang besar. Gelombang itu memberi sumber air yang segar, menghalangi pengendapan pada koloni karang Nybakken 1988; Dahuri et al. 1996. Substrat yang keras dan bersih dari lumpur diperlukan untuk penempelan planula larva karang yang akan membentuk koloni baru Nontji 2007. Pertumbuhan terumbu karang kearah atas dibatasi oleh udara, dan banyak karang yang mati karena terlalu lama berada di udara terbuka, sehingga pertumbuhan mereka keatas hanya terbatas sampai tingkat pasang surut terendah Nybakken 1988. Stasiun II memiliki persentase tutupan karang yang rendah sebesar 29,67, didominasi oleh komponen karang mati 50,17 , Acropora 3,67, Non Acropora yaitu sebesar 26,00 dan alga 11,83. Rendahnya tutupan karang di stasiun II mengindikasikan bahwa pada daerah tersebut telah terjadi kerusakan. Gambar 7. Persentase komponen terumbu karang pada setiap stasiun pengamatan Rendahnya tutupan karang pada stasiun II dibandingkan stasiun lainnya diduga akibat dari aktivitas penangkapan ikan yang sifatnya merusak oleh masyarakat di masa lalu sehingga di lokasi penelitian banyak ditemukan karang- karang keras yang patah dan rusak. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan rendahnya tutupan karang keras adalah faktor lingkungan yaitu sedimen dan pengkayaan nutrient. Apalagi di lokasi penelitian terdapat aktivitas KJA yang 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 Acropora Non Acropora Dead Scleractinia Algae Other Fauna Abiotic ST I ST II ST III ST IV tentunya memberikan kontribusi pengkayaan nutrien ke perairan melalui sisa pakan dan feses dari ikan budidaya. Dengan mengetahui pola arus di perairan pulau Semak Daun pada bulan penelitian yaitu bulan Juli merupakan musim angin timur dimana angin bertiup dari timut ke barat, arus datang dari sebelah timur menuju arah barat laut jawa dimana di daerah tenggara sumatera terjadi divergensi, yaitu sebagian menuju utara Laut Cina Selatan dan lainnya memasuki selat sunda. Sehingga diduga bahan-bahan nutrien yang masuk ke perairan Pulau Semak Daun baik dari pulau sekitar maupun aktivitas KJA akan bergerak ke arah barat laut Pulau Semak Daun yaitu pada stasiun II. Oleh karena itu dapat dilihat bahwa pada musim ini tutupan makroalga pada stasiun II tinggi, dan kadar nitrat juga tinggi saat penelitian pada stasiun II. Pengamatan pada perairan pulau Semak Daun diketahui bahwa pada stasiun II dan IV telah terjadi perubahan fase dimana tutupan makroalga lebih tinggi dari tutupan terumbu karang. Hal ini diduga selain adanya pengaruh aktivitas manusia di sekitar terumbu baik itu penangkapan ikan yang merusak maupun penambangan karang, juga adanya tekanan pengkayaan nutrien yang dialirkan dari kegiatan KJA maupun kegiatan antropogenik dari daratan yang membawa aliran nutrien berlebih sehingga meningkatkan pertumbuhan makroalga Gambar 8. Gambar 8. Makroalga jenis Turf alga pada stasiun pengamatan II Pengamatan tutupan makroalga diperoleh hasil bahwa pada perairan Pulau Semak Daun memiliki rata-rata total persentase tutupan berkisar antara 22 – 62 dengan rata-rata total persentase tutupan makroalga adalah 42,24. Tutupan makroalga tertinggi terdapat pada stasiun II dengan persentase tutupan 62 dan tutupan makroalga terendah terdapat pada stasiun III dengan persentase 22 Gambar 9. Gambar 9. Persentase tutupan makroalga pada setiap stasiun pengamatan 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 STASIUN I STASIUN II STASIUN III STASIUN IV Berdasarkan komposisi kelompok makroalga di perairan Pulau Semak Daun di peroleh hasil bahwa kelompok turf alga memiliki tutupan lebih besar dengan 17,63, kemudian kelompok makro dengan 16,33 dan kelompok yang memiliki tutupan sedikit adalah coralline 0,67 Gambar 10. Tingginya tutupan alga di beberapa stasiun penelitian akibat pengkayaan nutrien menunjukan adanya hubungan kompetisi dalam pemakaian tempat antara karang dan makroalga Tomascik dan Sander 1987. Terumbu karang dan makroalga merupakan kelompok mayoritas dalam pemakaian tempat Benayahu dan Loya, 1981. Pengkayaan nutrien dapat menyebabkan kematian karang dan peningkatan tutupan alga Szmant 2002 dampak lain yang juga bisa timbul adalah meningkatnya bioerosi akibat perubahan komunitas ekosistem terumbu karang Hallock 1988. Terumbu karang dan makroalga berasosiasi dalam pemakaian tempat karena keduanya membutuhkan cahaya untuk tumbuh Cronin dan Hay, 1996. Beberapa jenis makroalga Crustose Calcerous Alga banyak memberikan kontribusi positif bagi pembuatan kerangka pada terumbu karang, namun demikian jika terjadi overgrowth maka akan timbul perubahan habitat, dimana terumbu karang akan digantikan dengan makroalga Diaz Pulido dan Mc Cook, 2008. Gambar 10. Persentase tutupan makroalga berdasarkan komposisi kelompok makroalga di perairan Pulau Semak Daun Sebagaimana di jelaskan, ekosistem terumbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh kegiatan manusia, pada umumnya ekosistem terumbu karang sudah mengalami tekanan seperti eutrofikasi penyuburan, pengembangan pesisir, sedimentasi dan penangkapan berlebih sehingga kondisi terumbu karang banyak mengalami penurunan. Akibat dari tekanan tersebut di antaranya adalah pergantian fase komunitas dimana makroalga yang memiliki pertumbuhan lebih cepat dari pada terumbu karang sendiri Jompa dan Mc Cook 2002; Lardizabal 2007. Salah satu penyebab utama terjadinya blooming alga makro pada ekosistem terumbu karang di Jamaika adalah meningkatnya unsur hara yang menyebabkan peningkatan laju pertumbuhan alga sampai pada kondisi dimana ketersediaan populasi hewan herbivor tidak sanggup lagi mengontrol kelimpahan alga ini yang pada gilirannya menyebabkan kematian karang akibat tertutup alga. Walaupun hipotesa ini mendapat kritikan dari Hughes et al. 1999, tapi dari banyak penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa peningkatan unsur hara pada ekosistem terumbu karang baik cepat atau lambat akan menyebabkan perubahan keseimbangan menuju ke terumbu yang didominasi oleh alga makro Jompa dan McCook 2002. Makro, 16.33 Turf alga ,17.67 Coraline, 0.67 Gambar 11 memperlihatkan perbandingan antara tutupan terumbu karang dengan tutupan makroalga, dimana perubahan keseimbangan komunitas telah terjadi pada stasiun pengamatan II dan IV. Hal ini di tunjukkan dengan tingginya tutupan makroalga serta rendahnya tutupan terumbu karang, sehingga komunitas terumbu karang perlahan mulai digantikan oleh komunitas makroalga. Hal ini sesuai dengan teori bahwa penurunan tutupan karang akan disertai dengan meningkatnya tutupan makroalga Hay 1997; Lirman 2001; Jompa dan Mc Cook 2003; Diaz Pulido dan Mc Cook 2008. Kecepatan pertumbuhan alga yang dapat memberikan dampak negatif terhadap komunitas karang dianggap hanya muncul jika terjadi pengkayaan nutrien Lapointe et al. 2004. Tetapi dilaporkan fakta baru bahwa jenis turf algae, Anotrichium tenue dan Corallophila huysmansii dapat tumbuh menutupi dan melukai jaringan karang porites Jompa dan Mc Cook 2003. Gambar 11. Perbandingan antara tutupan terumbu karang dengan tutupan makroalga

3.4 Kelimpahan ikan karang dan herbivor