Dukungan Terhadap Kekerasan LANDASAN TEORI

12

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas landasan teori penelitian yang berisi penjelasan teoritis tentang variabel penelitian yaitu landasan teori tentang dukungan terhadap kekerasan, identifikasi sosial, dominasi sosial dan persepsi keterancaman.

A. Dukungan Terhadap Kekerasan

Konsep dukungan terhadap kekerasan merupakan konsep yang unik dan terbilang membingungkan. Oleh karenanya, penjelasan tentang dukungan terhadap kekerasan juga dipandang unik karena biasanya dukungan berkaitan dengan hal-hal yang positif. Tetapi itulah salah satu daya tarik penelitian ini bagaimana dukungan kekerasan dianggap sebagai suatu yang riil dalam kehidupan sosial-politik kita. A.1. Pengertian Dukungan Kekerasan Dalam ilmu psikologi konsep dukungan jamak digunakan oleh para peneliti untuk menjelaskan bantuan sosial atau sokongan sosial terhadap orang lain, tetapi dalam konteks penelitian ini dukungan lebih banyak dibahas dalam konteks psikologi sosial terutama dalam konteks organisasi atau kelompok. Dengan demikian, dukungan di sini tetap harus difahami sebagai dukungan sosial terhadap kekerasan yang diberikan individu-individu secara kolektif maupun secara individual terhadap kekerasan yang ditujukan kepada kelompok tertentu atau anggota kelompok tertentu. Dalam suatu studi kombinasi kuantitatif-kualitatif dengan menggunakan tehnik wawancara baku dengan sampel kaum urban dan pribumi di seluruh daratan Australia, D’Abbas 1991 menguji tingkat ketergantungan berbagai orang anggota jaringan. Ia menyebutkan bahwa keluarga cenderung merupakan sumber dukungan materi, praktis dan 13 emosi yang penting. Secara lebih khusus ia menyebutkan bahwa keluarga, melebihi sumber dukungan lainnya, merupakan sumber utama asistensi keuangan dalam sampel penelitiannya. Ia juga menemukan bahwa keluarga cenderung menjadi sumber daya paling penting untuk dukungan emosional umum dan untuk menjadi tempat bagi seseorang untuk mencurahkan isi hati dan perasaan Miller Darlington, 2002. Dalam pandangan peneliti, esensi penting dari pernyataan Miller dan Darlington ini adalah bahwa orang-orang yang memiliki kedekatan hubungan seperti kekerabatan, perkawanan, keanggotaan yang sama dalam suatu kelompok atau organisasi atau kedekatan ideologi merupakan kelompok potensial yang akan memberikan dukungan kepada perilaku tertentu yang dijalankan orang lain. Dalam penelitian ini, hemat saya, aksi kekerasan tentu saja akan didukung oleh orang-orang yang memiliki kedekatan ideologi atau kesamaan keanggotaan dengan para pelaku aksi kekerasan antarkelompok karena mereka beranggapan aksi kekerasan dalam rangka pembelaan terhadap harga diri dan nilai yang dianut kelompok ideologi. Pentingnya dukungan sosial di dalam hidup kita tidak terbantahkan. Para peneliti di bidang dukungan sosial telah menunjukkan bahwa aspek kuantitatif dan kualitatif dari interaksi sosial kita berhubungan dengan variabel-variabel tertentu seperti penyesuaian psikologis, fungsi keluarga, perlakuan salah terhadap anak, dan kesehatan fisik. Banyak peneliti yang berminat dengan kajian dukungan sosial telah mencoba menggambarkan berbagai sumber dukungan di dalam jaringan kerja pendukung Miller Darlington, 2002. Persoalannya apakah dukungan terhadap kekerasan juga memiliki jaringan pendukung seperti perilaku lainnya? Logika sederhana saya adalah setiap perilaku kolektif termasuk perilaku ekstrim kolektif yang dimotivasi nilai dan keyakinan tertentu bisa jadi memiliki jaringan pendukung yang luas terutama dari orang-orang yang memiliki kepentingan dengan aksi kekerasan tersebut. 14 Sejumlah peneliti mencoba membahas konsep dukungan sosial karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari dukungan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Leavy 1983 menyebutkan bahwa walaupun konsep dukungan sosial telah banyak difahami secara intuitif oleh banyak orang tetapi konsep ini bisa dikatakan sebagai salah satu konsep yang sukar untuk dijelaskan. Dengan mengambil esensi dari berbagai literatur dan definisi maka elemen dasar atau dimensi dasar dari dukungan sosial dapat dikonstruksi. Sejumlah peneliti menyamakan dukungan sosial dengan konsep sumber daya yang diberikan orang lain yang meliputi nasehat, informasi dan asistensi instrumental Bates Toro, 1999. Dengan demikian, dukungan sosial bisa dalam bentuk nasehat atau saran, informasi penting yang bisa dijadikan pijakan dalam memutuskan sesuatu dan dukungan yang bersifat instrumental seperti sarana dan fasilitas tertentu. Dalam sejumlah besar penelitian psikologi, konstruk dukungan sosial dijadikan sebagai variabel penyebab atau independent variabel bagi konstruk psikologis dalam bidang psikologi klinis dan kesehatan mental Bates Toro, 1999. Dapat dikatakan bahwa konstruk dukungan sosial tidak banyak digunakan untuk menjelaskan dinamika psikologis dalam bidang psikologi sosial Nemoto, 1998, apalagi yang terkait dengan kekerasan, radikalisme dan terorisme. Bahkan yang unik dari konsep dukungan sosial ini, tidak banyak peneliti yang menempatkannya sebagai dependent variabel atau minat penelitian. Konstruk ini lebih banyak ditempatkan sebagai variabel yang menjelaskan perilaku tertentu terutama dalam bidang psikologi klinis dan kesehatan mental Li, Wang, Shi, Shi, 2006; Schrimshaw Siegel, 2003. Pada titik inilah pentingnya penelitian ini, yaitu melakukan studi tentang dukungan sosial terhadap kekerasan sebagai independent variable atau minat kajian yang sebab-sebabnya akan dikaji. Pentingnya penelitian ini juga dapat dilihat dari fakta dan data dalam berbagai literatur yang selalu mengaitkan dukungan sosial dengan upaya memberi bantuan psikologis dan sosial terhadap orang-orang yang membutuhkan bantuan dan 15 kelompok kurang beruntung. Dengan kata lain, hampir semua penelitian mengaitkan dukungan dengan upaya menormalisasikan perilaku, dan tidak banyak yang mengaitkannya dengan dukungan terhadap perilaku ekstrim yang destruktif dan merugikan orang banyak. Levin dkk 2003 serta Sidanius dkk 2004 adalah sedikit tim peneliti yang mencoba menempatkan dukungan sosial sebagai minat kajian, apalagi dalam konteks terorisme dan kekerasan ekstrim Levin, Henry, Prato, Sidanius, 2009. Penelitian ini juga mengambil minat yang sama yaitu mengkaji dukungan terhadap kekerasan serta faktor-faktor psikologis yang mempengaruhinya. Tentu saja, argumen ini menambah pentingnya nilai dan signifikansi penelitian ini. Dukungan terhadap kekerasan yang dimaksudkan di sini adalah dukungan terhadap aksi kekerasan dan lembaga atau organisasi yang cenderung memilih jalan kekerasan untuk mencapai tujuan dan penyelesaian masalah. Levin dkk menyebutkan ada dua dimensi dukungan kekerasan yaitu dukungan terhadap organisasi kekerasan dan dukungan terhadap aksi kekerasan yang dilakukan kelompok dalam mencapai maksud dan tujuan organisasi Levin, Henry, Prato, Sidanius, 2009. Maka, menurut Levin dkk, dukungan sosial terhadap kekerasan bisa berarti dukungan terhadap organisasi atau kelompok pelaku kekerasan dan dukungan terhadap kekerasan itu sendiri. Konsep tentang dukungan terhadap kekerasan dari Levin dkk akan digunakan sebagai pijakan teorits dalam mengkonstruksi konstruk dan variabel dukungan terhadap kekerasan. Dukungan terhadap kekerasan merupakan konstruk dan variabel penting yang mulai populer terutama setelah peristiwa pengeboman WTC Washington 11 September 2001. Beberapa poling pendapat yang dilakukan oleh sejumlah lembaga internasional memperlihatkan dukungan yang tinggi terhadap aksi kekerasan tersebut karena faktor kemarahan terhadap Amerika Serikat. Dukunga-dukungan tersebut sebagian besar muncul dari negara-negara Arab dan negara-negara Islam sehingga kemudian memunculkan pertanyaan kenapa banyak 16 orang mendukung kekerasan. Ada perkembangan apa sehingga kekerasan dan terorisme seakan-akan dianggap sebagai tindakan yang sah di mata publik? Levin, Henry, Prato, Sidanius, 2009 Kesan keabsahan kekerasan dan terorisme di mata publik kemudian melahirkan kesan lain seolah-olah publik atau masyarakat terutama asal pelaku memberikan dukungan yang nyata, minimal simpati terhadap aksi kekerasan atau terorisme yang dilakukan segelintir atau sekelompok orang. Victoroff dan Kruglanski 2009 memberikan memberikan bantahan terhadap asumsi yang mengatakan bahwa ada dukungan publik terhadap aksi teror yang dilakukan sejumlah kelompok. Keduanya mecontohkan misalnya bagaimana German Red Army atau Kelompok Baader-Meinhof tidak terbukti mendapatkan dukungan yang luas atas tindakan mereka dari publik, atau kelompok Italian Red Brigades yang tidak mendapatkan dukungan sama sekali dari publik di tahun 1970-an atau kelompok terorist Lone Wolf, Theodore Kaczynksi, yang terbukti secara nyata tidak mendapatkan dukungan sama sekali dari publik. Fakta-fakta historis tersebut melemahkan asumsi bahwa masyarakat mendukung gerakan teror dan kekerasan Victoroff Kruglanski, 2009. Tetapi survei dan penelitian lain, misalnya Levin dkk 2003 atau penelitian Sidanius dkk 2004 menunjukkan ada dukungan publik terhadap aksi teror dan kekerasan yang dilakukan sejumlah kelompok teror. Para peneliti secara umum menunjuk ke wilayah Timur Tengah sebagai kawasan yang dipenuhi aksi teror dan kekerasan karena mendapatkan dukungan luas dari publik terutama umat Islam yang ada di sejumlah wilayah yang sedang dilanda konflik berkepanjangan. Levin dkk misalnya menemukan bahwa dukungan publik terhadap aksi kekerasan dan teror yang dilakukan sejumlah gerakan Islam seperti Hammas dan Hizbullah berkaitan erat dengan tingkat identifikasi seseorang terhadap negara dan agama, serta berkaitan erat pula dengan kecenderungan dominasi sosial yang melekat dalam dinamika kepribadian responden penelitian Levin, Henry, Prato, Sidanius, 2009. 17 Penelitian lain yang juga menggambarkan adanya dukungan publik terhadap aksi kekerasan adalah penelitian yang dilakukan oleh Sidanius dkk 2004 mengenai atribusi Bangsa Arab terhadap serangan yang ditujukan kepada simbol dan kepentingan Amerika di Timur Tengah. Penelitian ini hendak membandingkan dua penjelasan penting tentang motif di balik sikap permusuhan Bangsa Arab terutama kaum muda Arab terhadap Amerika dan simbol-simbolnya. Dua penjelasan penting ini, yaitu tesis Huntington tentang benturan peradaban atau perspektif dominasi sosial dari Sidanius, cukup mempengaruhi pola pikir para ilmuwan dalam melihat hubungan antara Islam dan Barat Victoroff Kruglanski, 2009. Simpulan penilaian menyebutkan bahwa motif di balik sikap permusuhan kaum muda Arab bukan benturan peradaban antara Barat dan Islam, tetapi lebih berkaitan dengan penolakan mereka terhadap dominasi Amerika atas Bangsa Arab. Sejumlah responden menyebutkan bahwa mereka tidak menerima jika diperlakukan tidak adil oleh bangsa-bangsa Barat terutama Amerika Serikat. Hasil penelitian seperti hendak menegaskan bahwa kesetaraan di antara bangsa-bangsa adalah faktor utama kenapa kaum muda Arab menunjukkan sikap permusuhan dan prasangka terhadap Amerika Levin, Henry, Prato, Sidanius, 2009; Sidanius, Henry, Pratto, Levin, 2009. Pada poin inilah maka teori dominasi sosial memberikan harapan penting dalam menjelaskan kenapa kaum muda arab mendukung kekerasan dan bahkan terlibat dalam berbagai aksi kekerasan yang kerapkali dijadikan sebagai simbol perlawanan terhadap keangkuhan dan pertunjukan kekuasaan yang membabi-buta oleh Amerika Serikat. Penelitian lain menyebutkan bahwa dukungan terhadap permainan politik tertentu seperti dukungan terhadap kekerasan lebih mungkin muncul dari kalangan politisi atau aktivis partai dibandingkan dari publik umum. Sebab, para politisi umumnya memiliki tujuan dan agenda tertentu yang bersifat politis di balik dukungan mereka terhadap konflik antarkelompok termasuk kekerasan antarkelompok Searing, 1986. Seringkali para politisi 18 meraup banyak keuntungan politis dari berbagai kasus konflik dan kekerasan komunal yang justeru merugikan masyarakat sendiri. Penjelasan lain menyebutkan bahwa dukungan terhadap kekerasan, terutama terhadap kelompok-kelompok yang dipersepsi mengancam keyakinan dan ajaran pokok agamanya dimotivasi oleh kesamaan identitas dengan pelaku, sehingga identifikasi yang kuat yang berkombinasi dengan perasaan terancam dari sisi keimanan dan keyakinan keagamaan dapat menjadi penyebab dukungan terhadap aksi kekerasan Ruth, 2010. Hemat penulis, dalam kaitannya dengan hal ini, dukungan kekerasan umumnya berasal dari kelompok yang mengalami keterancaman identitas atau kegalauan identitas akibat adanya ketimpangan antara apa yang ada pada mereka dengan perkembangan zaman yang melaju pesat. Kesimpulan penelitian dengan substansi yang sama disebutkan oleh Gazi Saloom in press bahwa dukungan dan keterlibatan dalam sejumlah aksi kekerasan terhadap Ahmadiyah dan kelompok Islam sempalan lainnya dimotivasi oleh semangat membela keyakinan agama atau ideologi agama yang dipersepsi terancam. Studi kasus tentang radikalisme yang dilakukan Gazi Saloom di Kabupaten Bogor menemukan bahwa orang-orang yang terlibat dalam berbagai aksi kekerasan terhadap Ahmadiyah dan kelompok Islam minoritas lainnya memiliki identifikasi yang kuat terhadap Islam Ahlunssunnah yang mereka yakini. Keyakinan yang mendalam itulah yang kemudian membuat mereka merasa perlu melakukan pembelaan terhadap agama yang dipersepsi terancam oleh kelompok dan kaum yang tidak bertanggungjawab Saloom, in press. Dengan kata lain, identifikasi yang kuat di satu sisi berkombinasi dengan perasaan merasa lebih “dominan” secara teologi dan keagamaan, dan di sisi lain, dengan perasaan terancam sebagai kelompok penganut keyakinan mainstream dan mapan, dapat melahirkan sikap dukungan terhadap kekerasan tertentu yang ditujukan kepada kelompok yang dipandang sebagai kelompok subordinat dan sumber ancaman identitas. 19 Dalam kasus kekerasan terhadap kelompok Ahmadiyah, umumnya atribusi para pelaku lebih bersifat eksternal, yaitu atribusi yang diarahkan kepada kaum Ahmadiyah sendiri yang dipandang melecehkan ajaran Islam terutama berkaitan dengan kerasulan Nabi Muhammad sebagai utusan terakhir Allah Saloom, in press. Dalam perspektif teori identitas sosial dan orientasi dominasi sosial, argumen dan atribusi ini menggambarkan persepsi para penyerang sebagai kelompok paling benar dengan orientasi dominasi sosial yang tinggi Sidanius Pratto, 1999. Indikator orientasi dominasi sosial yang tinggi dalam hal ini adalah keinginan mereka agar Ahmadiyah dibubarkan karena bukan bagian dari umat Islam yang berada di jalan lurus, atau jika mereka ingin bertahan dalam Islam maka mereka harus mengubah keyakinan dan pemahaman keagamaan mereka menyangkut kerasulan terakhir agar sesuai dengan keyakinan dan keimanan Islam mainstream Saloom, in press. A.2. Pengukuran Dukungan Terhadap Kekerasan. Pengukuran dukungan terhadap kekerasan diupayakan dalam bentuk yang paling sederhana agar data yang diperoleh sederhana dan mudah untuk dianalisa secara statistik. Untuk mengukur dukungan terhadap kekerasan, penelitian akan mengadopsi dan mengadaptasi instrumen dari Levin dkk yang pernah digunakan mereka dalam berbagai penelitian yang mereka lakukan. Instrumen ini terdiri dari dua dimensi yaitu dukungan terhadap organisasi yang dilabel teroris dan dukungan terhadap pengeboman WTC. Levin dkk melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen yang mereka gunakan. Uji validitas dan reliabilitas diperlukan guna mengetahui apakah instrumen ini mengukur apa yang seharusnya diukur dan apakah ia juga bersifat ajeg dalam mengukur apa yang hendak diukur. Bisa dikatakan bahwa uji realibilitas untuk skala ini sangat tinggi yaitu α=0,93 Levin, Henry, Prato, Sidanius, 2009. Angka ini tergolong sangat tinggi dalam pengujian suatu instrumen pengukuran psikologi, artinya bahwa instrumen ini layak untuk 20 digunakan dalam penelitian yang lain. Kendati demikian, peneliti merasa perlu melakukan adaptasi alat ukur karena secara metodologi hal ini memang harus dilakukan. Adaptasi instrumen dilakukan karena konteks penelitian ini berbeda dengan konteks situasi dan populasi penelitian Levin walaupun secara substansi sama. Penelitian Levin dilakukan di Timur Tengah yang sedang dilanda konflik berkepanjangan, sedangkan penelitian ini dilakukan di Indonesia yang relatif bebas dari berbagai konflik berkepanjangan seperti di kawasan Arab. Salah satu contoh item dari instrumen ini adalah : “Saya mendukung pengikut Ahmadiyah diusir dari tempat tinggal mereka. Instrumen ini direspon responden dengan memilih salah satu alternatif jawaban dari 4 pilihan yang disediakan, mulai dari sangat tidak mendukung sampai sangat mendukung. Pilihan terhadap skala 4 untuk respon responden dimaksudkan untuk kepentingan kesederhanaan dan kemudahan penelitian, baik saat pengumpulan data maupun saat analisa data dengan menggunakan statistik. A.3. Faktor-Faktor Penyumbang Dukungan Terhadap Kekerasan Merujuk kepada prinsip umum dalam ilmu psikologi bahwa perilaku manusia adalah fungsi dari kepribadian dan lingkungan; atau fungsi dari faktor internal dan faktor eksternal; atau fungsi dari nurture dan nature. Maka dukungan terhadap kekerasan sebagai salah satu bentuk perilaku manusia juga harus dilihat dalam perspektif itu. Artinya, dukungan terhadap kekerasan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal atau faktor kepribadian dan faktor lingkungan. Tidak banyak penelitian yang menempatkan dukungan sosial sebagai dependent variabel, oleh karenanya, tidak banyak penjelasan yang memadai tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial terhadap kekerasan. Salah satu contoh penelitian yang menempatkan dukungan sosial sebagai penyebab perilaku adalah penelitian Cowman dkk. 21 Penelitian mereka menguji hubungan antara rasa psikologis masyarakat, jaringan dukungan sosial, stress dan kepuasan di kalangan pasukan pemadam kebakaran. Penelitian ini tidak menemukan perbedaan jender yang signifikan, bahkan penelitian memperlihatkan hubungan yang signifikan di antara keempat variabel. Di dalam penelitian ini disebutkan bahwa anggota pemadam kebakaran yang merasa puas dengan dukungan sosial ternyata mendapatkan pengalaman stress yang lebih kecil karena pelayanan mereka diandingkan mereka yang mengalami tingkat kepuasan yang rendah Cowman, Ferrari, Liao-Troth, 2004. Secara umum, dukungan terhadap kekerasan sangat berkaitan dengan sikap dan identifikasi seseorang terhadap kelompoknya. Sebab, dalam rumusan psikologi sosial yang paling umum, perilaku seseorang adalah gambaran dari apa yang ada di dalam pikirannya termasuk gambaran sikap. Benyamin Disraeli pernah mengungkapkan suatu pernyataan yang sangat populer tentang hubungan antara isi kognisi seseorang dengan perilakunya dalam kehidupan sehari- hari. Katanya, “The thought is the son of behavior” Dalam bahasa yang sederhana, pernyataan ini menggambarkan bahwa pikiran, persepsi atau sikap adalah modal dasar seseorang dalam berperilaku. Dalam konteks ini, dukungan terhadap kekerasan adalah gambaran pikiran, sikap, identifikasi sosial, dan posisi seseorang dalam kelompok terhadap suatu isu. Sejumlah survei dan penelitian yang jumlahnya relatif sedikit tentang dukungan terhadap kekerasan memperlihatkan bahwa terdapat beberapa faktor penting yang memberikan pengaruh signifikan terhadap dukungan atas kekerasan dan terorisme. Penelitian Levin dkk 2003 dan penelitian Sidanius dkk 2004 menyimpulkan bahwa identifikasi sosial, kecenderungan dominasi sosial dan persepsi keterancaman berpengaruh terhadap dukungan untuk kekerasan. 22 Berikut akan dibahas faktor-faktor penting yang berpengaruh terhadap dukungan atas aksi kekerasan, yang telah dipilih dan ditentukan oleh peneliti untuk dijadikan penjelasan terhadap dukungan kekerasan.

B. Identifikasi Sosial