51
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi uraian hasil penelitian terutama yang berkaitan dengan hasil uji validitas dan realibilitas serta uji regresi berganda terhadap faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi dukungan terhadap kekerasan.
A. Uji Validitas Konstruk
Langkah pertama yang dilakukan terkait hasil penelitian adalah menguji validitas konstruk yang digunakan dalam penelitian ini. Penulis menguji validitas konstruk pada
masing – masing variabel. Teknik uji validitas yang penulis gunakan adalah uji validitas
confirmatory factor analysis CFA. Pada CFA peneliti berteori bahwa terdapat faktor yang diukur oleh item atau observed variables, kemudian model teoritis tersebut dibandingkan
dengan data empiris. Jika kedua data tersebut fit atau tidak ada perbedaan, maka model teoritis dinyatakan tidak ditolak dan sebaliknya. Kriteria model teoritis dan data dinyatakan
fit atau tidak ialah apabila nilai chi-square pada model tersebut lebih besar dari 0.05 p 0.05. Dengan kata lain, jika tidak signifikan maka tidak ada perbedaan antara model teoritis
dibandingkan dengan model dari data empiris. Jika model tersebut sudah fit, maka selanjutnya dapat diinterpretasikan berdasarkan masing
– masing item. Item dikatakan valid apabila memenuhi kedua unsur sebagai berikut, yaitu pertama koefisien item tidak
bertentangan dengan sifat item. Maksudnya, jika item tersebut sudah diskor secara positif atau favoravle, maka koefisien itemt tersebut harus positif, dan sebaliknya. Kedua, item
dinyatakan valid apabila koefisien muatan faktor item lebih besar dari 1.96 t 1.96
52
Wijayanto, 2008. Hasil uji CFA terhadap masing – masing skala akan dijelaskan sebagai
berikut:
A.1. Orientasi Dominasi Sosial
Skala orientasi dominan sosial memiliki item sejumlah 16, dengan pilihan respon jawaban sejumlah 4 kategori. Banyaknya respon jawaban tersebut berlaku juga untuk skala
yang lain. Hasil pertama analisis CFA pada variabel dominan sosial menunjukkan bahwa model pengukuran skala dominan sosial tidak fit dengan data p 0.05, pada nilai chi-square
= 628.04; df = 104; dan RMSEA = 0.167. namun penulis memodifikasi model tersebut dengan cara membebaskan korelasi kesalahan pengukuran antar item, sehingga diperoleh
model fit sebagai berikut:
53
Gambar 1. Model Fit Skala DS
Berdasarkan gambar diatas, model teoritis orientasi dominasi sosial dinyatakan fit dengan data p 0.05 pada nilai chi-square = 83.02; df = 64; RMSEA = 0.041. Dengan
demikian tidak ada perbedaan antara model teoritis DS dengan model empiris orientasi dominasi sosial. Selanjutnya yang peneliti lakukan adalah menguji signifikan atau tidaknya
item – item skala ODS dalam mengukur apa yang hendak diukur. Hasil uji tersebut dapat
dilihat sebagai berikut:
Tabel 1 Uji Signifikan Koefisien Item ODS
Item Koefisien Item Standar Eror Nilai-t Keterangan
1 0.41
0.07 5.69
Valid 2
0.57 0.07
8.14 Valid
3 0.56
0.07 8.16
Valid 4
0.65 0.07
9.73 Valid
5 0.31
0.07 4.31
Valid 6
0.68 0.06
10.55 Valid
7 0.68
0.07 10.44
Valid 8
0.2 0.08
2.56 Valid
9 0.80
0.06 12.93
Valid 10
0.91 0.06
15.93 Valid
11 0.96
0.06 17.33
Valid 12
0.84 0.06
14.04 Valid
13 0.71
0.06 10.92
Valid 14
0.82 0.06
13.44 Valid
54
15 0.83
0.06 13.68
Valid 16
0.82 0.06
13.41 Valid
Berdasarkan tabel diatas, maka terlihat bahwa seluruh item orientasi dominasi sosial ODS atau SDO dinyatakan valid mengukur faktornya. Dengan demikian, berdasarkan
informasi diatas, tidak ada satupun item DS yang didrop pada saat menghitung faktor skor.
A.2. Persepsi Keterancaman
Skala persepsi keterancaman terdiri dari 4 item. Sama seperti skala dominasi sosial, tiap item skala PK juga memiliki empat kategori respon jawaban. Kemudian hasil analisis awal
CFA pada skala persepsi keterancaman menunjukkan bahwa model pengukuran persepsi keterancaman dinyatakan tidak fit dengan data empiris p 0.05. Nilai chi-square awal pada
model ini yaitu 12.47, df = 2 dan RMSEA = 0.171. Maka itu, selanjutnya penulis membebaskan korelasi kesalahan pengukuran antar item dengan tujuan mendapatkan model
fit. Adapun hasil model fit pada skala persepsi keterancaman seperti berikut ini:
Gambar 2. Model Fit Pengukuran Skala PK
55
Berdasarkan gambar 2 diatas, maka model pengukuran skala persepsi keterancaman dinyatakan fit dengan data empiris p 0.05. Nilai chi-square pada model tersebut yaitu
0.00; df = 1; dan RMSEA = 0.000. Kemudian hasil uji signifikan pada masing – masing item
skala PK yaitu sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil Uji Signifikan Item Skala PK
Item Koefisien Item Standar Eror Nilai-t Keterangan
1 0.63
0.07 9.04
Valid 2
1.07 0.06
17.4 Valid
3 0.72
0.08 9.16
Valid 4
0.75 0.07
11.05 Valid
Berdasarkan tabel 2 diatas, seluruh item skala persepsi keterancaman dinyatakan valid mengukur faktor yang diniatkan untuk diukur. Dengan demikian keempat item tesebut
digunakan pada saat menghitung faktor skor variabel PK.
A.3. Dukungan Terhadap Kekerasan DTK dan Identifikasi Sosial IS
Pada skala DTK dan IS, penulis menggabungkan kedua skala tersebut dikarenakan item pada skala IS hanya ada dua. Jika item hanya ada dua, maka analisis CFA pada Lisrel tidak
dapat dilakukan sebab derajat kebebasan menjadi negatif. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah menggabungkan data item tersebut dengan data item yang lain. Hasil awal analisis
CFA atas kedua variabel tersebut menunjukkan model teoritis yang tidak fit, dengan nilai chi-
56
square = 6.19; df = 4; dan RMSEA = 0.055. Maka itu, penulis memodifikasi model pengukuran tersebut sehingga diperoleh model fit berikut ini:
Gambar 3. Model Fit Pengukuran DTK dan IS
Berdasarkan gambar 3 diatas, model fit skala DTK dan IS memiliki nilai chi-square sebesar 6.19 p 0.05; df = 4; RMSEA = 0.055. Dengan demikian baik pada model DTK
dan IS tidak ada perbedaan antara model teoirits dengan model empirisnya. Informasi terakhir yaitu mengenai signifikan tidaknya tiap item pada masing
– masing skala tersebut dalam mengukur faktornya, hasilnya sebagai berikut:
Tabel 3 Uji Signifikan Item Skala DTK dan IS
Item Koefisien Item Standar Eror Nilai-t Keterangan
DTK1 0.23 0.08
2.80 Valid
57
DTK2 0.23 0.08
2.82 Valid
DTK3 0.50 0.08
6.08 Valid
DTK4 0.90 0.10
9.45 Valid
IS1 0.99
0.08 13.12
Valid IS2
0.71 0.07
9.50 Valid
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa seluruh item baik pada DTK maupun IS dinyatakan valid mengukur masing
– masing faktornya. Dengan demikian, seluruh item tersebut digunakan pada saat mengitung faktor skor masing
– masing variabelnya.
B . Uji Hipotesis
Pada subbab ini penulis menguji hipotesis hubungan antar variabel. Variabel independen dalam penelitian ini ialah identifikasi sosial, orientasi dominan hasil, dan persepsi
keterancaman, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini ialah dukungan terhadap perilaku kekerasan. Analisis statistik yang digunakan ialah analisis regresi. Pada analisis
regresi, peneliti menguji dampak variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun hasil analisis regresi sebagai berikut
B.1 Rsquare
Rsquare merupakan informasi mengenai seberapa besar bervariasinya variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Dengan kata lain, penulis ingin
mengetahui seberapa banyak varian dari dukungan terhadap perilaku kekerasan yang
58
dijelaskan atas bervariasinya variabel identifikasi sosial, orientasi dominan hasil dan persepsi keterancaman. Hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4 Tabel Rsquare
Variabel R
Square Change Statistics
R Square
Change F
Change df1 df2
Sig. F
Change
Dominasi Sosial ,033
,033 6,023
1 179 ,015
Persepsi Keterancaman
,325 ,293
77,186 1
178 ,000
Identifikasi Sosial ,332
,007 1,813
1 177 ,180
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diceritakan sebagai berikut: Variabel dominasi sosial memberikan kontribusi rsquare sebesar 0.033. Atau
3.3 bervariasinya variabel dukungan terhadap kekerasan disebabkan oleh variabel dominasi sosial. Sumbangan varians tersebut signifikan p 0.05.
Variabel persepsi keterancaman memberikan kontribusi varian sebesar 0.293 atau 29.3 atas bervariasinya variabel dukungan terhadap kekerasan.
Sumbangan tersebut signfikan p 0.05. Terakhir, variabel identifikasi sosial memberikan kontribusi varian yang tidak
signifikan p .05 yaitu sebesar 0.007 atau 0.7 atas bervariasinya variabel dukungan terhadap kekerasan.
59
B.2. Uji F Uji T
Pada tahapan analisis ini penulis menguji pengaruh secara keseluruhan atau simultan variabel dominan sosial, persepsi keterancaman dan identifikasi sosial terhadap variabel
dukungan terhadap kekerasan. Apabila nilai uji-F signifikan p 0.05, maka artinya seluruh IV tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dukungan terhadap kekerasan.
Hasilnya sebagai berikut:
Tabel 5 Uji-F
Model Sum of
Squares Df
Mean Square
F Sig.
1 Regression
207.827 3
69.276 29.326
.000
a
Residual 418.127
177 2.362
Total 625.955
180
Berdasrkan tabel diatas, maka dapat dinyatakan bahwa seluruh variabel independen yaitu orientasi dominasi sosial, persepsi keterancaman dan identifikasi sosial berpengaruh
secara simultan terhadap variabel dukungan terhadap kekerasan. Untuk mengetahui pengaruhnya secara detail satu persatu, maka berikut penulis laporkan uji-t terhadap masing-
masing koefisien regresi variabel independen.
60
Tabel 6 Uji T
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
7.325E-5 .114
.001 .999
Dominasi Sosial .486
.159 .246
3.051 .003
Persepsi Keterancaman .917 .108
.649 8.455
.000 Identifikasi Sosial
.072 .054
.096 1.346
.180
Berdasarkan tabel 6 diatas, maka dapat diceritakan sebagai berikut: Koefisien regresi variabel dominasi sosial sebesar 0.486 p 0.05. Artinya
variabel dominasi sosial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dukungan terhadap kekerasan. Semakin tinggi dominasi sosial seseorang maka semakin
tinggi pula dukungan terhadap kekerasan tersebut. Kemudian variabel persepsi keterancaman memiliki koefisien regresi sebesar 0.917
p 0.05. Artinya variabel persepsi keterancaman juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dukungan terhadap kekerasan. Dikarenakan koefisien
regresi tersebut positif, maka artinya semakin tinggi persepsi seseorang atas keterancaman, maka semakin tinggi pula dukungan seseorang terhadap kekerasan.
Koefisien regresi variabel identifikasi sosial tidak berpengaruh secara signifikan p 0.05, dengan koefisien regresi yaitu 0.072. Dengan demikian variabel
identifikasi sosial tidak berpengaruh terhadap variabel dukungan terhadap kekerasan.
61
Berdasarkan informasi koefisien beta kolom standardized coefficient variabel persepsi keterancaman memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap
dukungan kekerasan dibandingkan dengan pengaruh variabel independen lainnya. Hal ini dapat dilihat melalui koefisien beta variabel persepsi atas keterancaman
paling besar diantara koefisien beta variabel independen lainnya yaitu sebesar 0.649.
B.3. Variabel Mediator Orientasi Dominasi Sosial dan Persepsi Keterancaman
Penulis menguji model penelitian yang telah digambar pada bab 2 sebelumnya, yang mana variabel orientasi dominasi sosial dan persepsi keterancaman berperan sebagai variabel
mediator atas pengaruh identifikasi sosial terhadap dukungan terhadap kekerasan. Adapun hasil uji model tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 4 Hasil Uji Model Variabel Mediator
Model diatas memiliki beberapa indek kriteria fit. Berikut penulis laporkan hasilnya:
62
Tabel 7 Kriteria Fit Model Struktural
No Indeks Fit Kriteria Fit Nilai pada Model Keterangan
1 Chi-Square P 0.05
0.82 p 0.05 Fit
2 RMSEA
0.05 0.00 0.05
Fit 3
CFI ≥ 0.95
1.00 0.95 Fit
4 AGFI
≥ 0.90 1.00 0.90
Fit 5
SRMR ≤ 0.08
0.0041 0.08 Fit
Berdasarkan informasi pada tabel 7 diatas, maka model yang menyatakan bahwa variabel dominasi sosial dan persepsi keterancaman berperan sebagai variabel mediator atas
pengaruh variabel identifikasi sosial terhadap dukungan terhadap kekerasan dinyatakan fit dengan data. Dengan demikian model tersebut dinyatakan tidak ditolak pada data empiris
penelitian ini. Artinya secara model teoritis variabel dominasi sosial dan persepsi memang berperan sebagai variabel mediator. Informasi selanjutnya yang dapat diperoleh yaitu
mengenai koefisien regresi tiap variabel independen. Hasilnya sebagai berikut:
63
Tabel 8 Uji Koefisien Regresi tiap IV
Variabel Independen
Dependent Variabel Direct Effect
Indirect Effect Total Effect
Dukungan Kekerasan Dukungan Kekerasan
Dukungan Kekerasan Dominasi Sosial
Persepsi Keterancaman
Koefisien Std.
Error Nilai-t Koefisien Std.
Error Nilai-t Koefisien Std.
Error Nilai-t Koefisien Std.
Error Nilai-t Koefisien Std.
Error Nilai-t
Dominasi Sosial -0.007
0.07 -1.08
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Persepsi Keterancaman
0.53 0.06
8.78 -
- -
- -
- -
- -
- -
- Identifikasi Sosial
0.25 0.06
4.46 0.25
0.06 4.46
-0.49 0.06
-7.61 0.40
0.07 5.92
Ket: tanda menunjukkan signifian p 0.05
64
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat ditulis sebagai berikut: Variabel persepsi keterancaman berpengaruh signifikan terhadap variabel
dukungan kekerasan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.53 t=8.78; p 0.05.
Variabel dominasi sosial memiliki koefisien regresi sebesar -0.007. Koefisien regresi tersebut tidak signifikan p 0.05.
Variabel identifikasi sosial berpengaruh signifikan terhadap dukungan kekerasan dengan koefisien regresi sebesar 0.25 t=4.46; p 0.05.
Variabel identifikasi sosial berpengaruh signifikan terhadap variabel dominasi sosial dengan koefisien regresi sebesar -0.49 t=7.61; p 0.05. Koefisien
regresi tersebut negatif, artinya semakin tinggi identifikasi sosial seseorang, maka semakin rendah dominasi sosial orang tersebut.
Kemudian koefisien regresi identifikasi sosial pada persepsi keterancaman sebesar 0.40 t=5.92; p 0.05. Artinya variabel identifikasi sosial berpengaruh
signifikan terhadap variabel persepsi keterancaman. Pada kolom total effect, variabel identifikasi sosial berpengaruh signifikan baik
terhadap dukungan kekerasan, dominasi sosial maupun terhadap persepsi keterancaman. Namun begitu, variabel mediator yang hanya berpengaruh
signifiakn terhadap dukungan kekerasan hanyalah variabel persepsi keterancaman, sedangkan variabel dominasi sosial tidak berpengaruh signifikan
terhadap dukungan kekerasan. Dengan demikian, berdasarkan koefisien regresi, variabel yang berperan sebagai mediator atas pengaruh identifikasi sosial
terhadap dukungan kekerasan hanyalah variabel persepsi keterancaman.
65
66
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN REKOMENDASI