Penggolongan dan Transformasi Tumor

senyawa organik dan senyawa inorganik. Contoh senyawa organik diantaranya adalah hidrokarbon aromatic polisiklik, amina, amina aromatic, bifenil, hidrokarbon klorinasi, ether dan lain-lain. Senyawa inorganik meliputi logam berat dan metaloid, seperti timbal, nikel, mangan, kromium, kadmium, arsen, merkuri dan sebagainya Warshawsky Landolph 2006. Faktor intrinsik meliputi diet, stimulasi hormonal, genetik, dan usia tua. Diet merupakan faktor penting yang mendukung perkembangan sel tumor dalam tubuh, meskipun diet tidak menjadi penyebab secara langsung. Makanan berlemak, berkolesterol, dan berprotein tinggi, tetapi rendah serat dapat menjadi timbulnya tumor. Daging yang diawetkan baik dengan nitrit atau pengasapan juga dapat menyebabkan tumor Mardiana 2007. Bahan alam yang bersifat karsinogenik dapat mengkontaminasi makanan, adalah aflatoksin Theilen Madewell 1987. Stimulasi hormon seperti estrogen, progesteron, testosteron, atau prolaktin berkaitan dengan kejadian tumor terutama pada kelenjar mamari dan prostat. Hormon ini menginduksi terjadinya tumor yang disebabkan karsinogen, tetapi bukan penyebab langsung. Faktor genetik sangat penting dalam beberapa jenis kanker karena perubahan dalam informasi genetik DNA. Perubahan informasi genetic ini merupakan dasar neoplasia dan dapat diwariskan. Usia tua pada umumnya merupakan salah satu faktor predisposisi kejadian kanker menurut studi epidemiologis Spector Spector 1993.

2.5.3 Penggolongan dan Transformasi Tumor

Peralihan suatu sel-sel normal menjadi sel-sel tumor dikenal dengan transformasi. Dalam ilmu kedokteran, tumor dapat dibedakan antara tumor jinak benigna dan tumor ganas maligna. Tumor jinak mengandung sel-sel yang lambat tumbuh dan masih berdiferensiasi. Sebaliknya, tumor ganas menunjukkan pertumbuhan yang cepat dan menginfiltrasi, dan cenderung pada pembentukkan metastasis. Terdapat 100 jenis tumor yang berbeda menurut asal jaringan, tempat tumor berkembang Ganiswarna 1995. Sel-sel normal menunjukkan semua tanda-tanda sel-sel spesifik yang berdiferensiasi untuk suatu fungsi tertentu. Sel-sel ini dihambat pertumbuhannya dan terdapat secara umum di dalam fase G daur sel. Bentuk luar sel-sel tersebut beraneka ragam. Bentuk ini ditentukan oleh suatu sitoskelet yang berstruktur kuat. Sel tumor seringkali tidak berdiferensiasi. Karena itu sel-sel tumor mengambil kembali sifat-sifat embrional dan membelah diri tanpa hambatan. Permukaan selnya berubah, terutama mengakibatkan gangguan inhibisi kontak dengan sel-sel sekitarnya. Susunan sitoskelet sel tumor berubah dan seringkali berkurang sehingga memberikan suatu bentuk sel yang lebih bundar, inti sel tumor dapat tidak khas dalam bentuk, jumlah maupun ukuran Ganiswara 1995. Menurut Ganiswarna 1995 Peralihan dari keadaan normal menjadi keadaan yang ditransformasikan merupakan suatu proses yang terdiri atas beberapa tahap : 1. Inisiasi tumor . Hampir setiap tumor mulai dengan kerusakan DNA satu persatu sel. Cacat genetik ini dapat disebabkan oleh zat karsinogen, artinya bahan- bahan kimia yang menyebabkan tumor misalnya komponen tar dalam tembakau, oleh proses-proses tembakau, oleh proses-proses fisika misalnya cahaya U.V, penyinaran roentgen atau oleh virus tumor, diduga tidak kurang dari kira-kira 10 14 sel manusia selama hidupnya menderita kerusakan DNA semacam ini. Untuk inisiasi tumor, hanya defek protoonkogen yang relevan. Hal ini merupakan alasan yang menentuka suatu transformasi. Akan tetapi, juga kehilangan suatu anti-onkogen gen supresor tumor dapat membantu terjadinya inisiasi tumor. 2. Promosi tumor Merupakan jalur perbanyakan sel-sel yang terganggu karena inisiasi tumor. Proses ini berlangsung sangat lambat, dapat hingga bertahun-tahun. Sebagai substansi model promoter tumor adalah forbolester activator sintetik kinase proten C. 3. Progesi tumor Merupakan proses yang menyebabkan suatu tumor menjadi ganas melalui perbanyakan, invasi dan metastasis. Sel tumor dapat berada dalam 3 keadaan : 1 yang sedang membelah siklus proliferatif; 2 yang dalam keadaan istirahat tidak membelah, G ; dan 3 yang secara permanen tidak membelah. Sel tumor yang sedang membelah terdapat dalam beberapa fase yaitu fase Mitosis M, pascamitosis G 1 , fase sintesis DNA fase S, fase pramitosis G 2 . Akhir fase G1 terjadi peningkatan RNA disusul dengan fase S yang merupakan saat terjadinya replikasi DNA. Setelah fase S berakhir sel masuk dalam fase pramitosis G 2 , dengan ciri: sel berbentuk tetraploid, mengandung DNA dua kali lebih banyak daripada sel fase lain dan masih berlangsungnya sintesis RNA dan protein. Sewaktu mitosis berlangsung fase M sintesis protein dan RNA berkurang secara tiba-tiba, dan terjadi pembelahan menjadi 2 sel. Setelah itu sel dapat memasuki interfase untuk kembali memasuki fase istirahat G . Sel dalam fase G yang masih potensial untuk berproliferasi disebut sel klonogenik atau sel induk stem cell. Jadi yang menambah jumlah sel kanker ialah sel yang dalam siklus proliferasi dan dalam fase G Ganiswarna 1995.

2.6 Tumor Mammari

Dokumen yang terkait

Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian In Vivo)

4 99 95

Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

7 103 91

Efek Hipoglikemia Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia mahogani Jack.) Dan Gambaran Mikrostruktur Limpa Pada Mencit (Mus musculus L.) Yang Telah Diinduksi Diabetes Dengan Aloksan

5 43 77

Efek Imunomodulator Ekstrak Rimpang Temu Giring (Curcuma Heyneana Val. Et Van Zijp.) Terhadap Respon Hipersensitivitas Tipe Lambat Dan Titer Antibodi Sel Imun Mencit Jantan

4 58 85

Pengaruh Iradiasi Gamma pada Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe.) dan Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923

1 34 73

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.) TERHADAP EFEK ANTIINFLAMASI Na DIKLOFENAK PADA TIKUS PUTIH JANTAN.

0 1 11

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Berg) Roscoe.) TERHADAP EFEK ANTIINFLAMASI ASAM MEFENAMAT PADA TIKUS PUTIH JANTAN.

1 3 9

EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) PADA TIKUS EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) PADA TIKUS PUTIH JANTAN.

0 0 14

PENDAHULUAN EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) PADA TIKUS PUTIH JANTAN.

0 0 11

EFEK ANTIINFLAMASI INFUSA RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Berg) Roscoe) PADA TIKUS YANG DIINDUKSI KARAGENIN

0 0 8