Menurut Rishikesh dan Sadhana 2003 mekanisme kerja curcumin ataupun ekstrak etanol temu putih secara skematis dapat dilihat melalui bagan
berikut:
MNU Karsinogen enzim siklooksigenase
Asam arakidonat Curcumin dan temu putih Prostaglandin PGG
2
EP
1-4
PGE
2
Prostaglandin PGH
2
TXA protrombik PGI2
4.2. Frekuensi Nafas
Rataan nilai frekuensi nafas dari setiap perlakuan dapat diamati pada tabel 2 dan gambar 5
Kelompok Minggu ke-
1 2
3 4
5 A
120±21,16
a
137±2,30
a
130±6,11
a
126±6,11
a
142±4,61
a
B 114±6,11
a
125±6,11
a
133±11,54
a
130±2,30
a
145±11,54
a
C 132
a
129±4,61
a
138±8,32
a
126±6,11
a
118±23,09
a
Keterangan : Kelompok A kelompok normal, Kelompok B kontrol positif : induksi
MNU+pembetian curcumin, Kelompok C kelompok perlakuan : induksi MNU+pemberian ekstrak rimpang temu putih
Huruf superscrift menunjukkan tidak berbeda nyata, P 5
Rataan nilai frekuensi nafas setiap minggu selama induksi pada semua kelompok berkisar antara 114-142 kali menit. Menurut Brewen dan Cruise 1994
frekuensi nafas kelinci berkisar antara 30-60 kali menit pada keadaan istirahat. Nilai frekuensi nafas pada semua kelompok bervariasi dan setelah diuji dengan
statistik tidak menunjukkan perbedaan nyata P5. Terjadi peningkatan nilai frekuensi nafas pada ketiga kelompok A,B, C.
induksi karsinogen menyebabkan terjadinya proses peradangan yang diikuti dengan pelepasan kortisol dan peningkatan β-andregenik di otot polos bronchial
sehingga terjadi peningkatan frekuensi nafas Ferguson Hoenig 2001, sehingga terjadi pada peningkatan pada kelompok A dan B.
Gambar 5. Grafik frekuensi nafas selama proses induksi MNU
Peningkatan frekuensi nafas terjadi dikarenakan faktor adaptasi kelinci dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang sangat bervariasi, kelinci diadaptasikan
secara aklimatisasi, sehingga lingkungan memegang peranan yang sangat penting di dalam mekanisme fisiologi pernapasan. Pengukuran frekuensi nafas dilakukan
saat kondisi lingkungan yang panas dan mengalami proses pemindahan tempat terlebih dahulu. Panas yang diterima kelinci dalam jumlah yang berlebihan
menyebabkan terjadinya peningkatan frekuensi nafas. Hal ini di karenakan sistem panting pada kelinci tidak efektif seperti pada anjing dan kucing, sehingga
peningkatan frekuensi nafas meningkatkan untuk tubuh dapat mengeluarkan panas
yang diterima secara berlebihan Carpenter 2003.
Peningkatan frekuensi nafas dalam hal ini, juga terjadi karena terstimulasinya pelepasan hormon kortisol pada anak ginjal untuk mensekresikan
kortisol dan adrenalin melalui susunan saraf pusat dan hipofisis akibat dari stress yang terjadi yang menghambat pelepasan hormon ACTH, sehingga terjadi
peningkatan β-adregenik di otot polos untuk mengantisipasi panas yang berlebihan dari lingkungan William 1998, keadaan ini menyebabkan terjadinya
peningkatan frekuensi nafas pada kelompok normal.
4.3. Frekuensi jantung