ciri loreng. Panjang standar untuk ikan dewasa 11 – 55 cm. Bentuk fisik kerapu
macan terlihat pada Gambar 1.
Sumber : www.forum.o-fish.comarchiveindex.phpthread-2341-7.html
Gambar 1. Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus
2.2.1 Penyebaran distribusi
Ikan Kerapu Macan tersebar luas dari wilayah Asia Pasifik termasuk Laut Merah, tetapi lebih dikenal berasal dari Teluk Persi, Hawaii atau Polynesia. Ikan
ini juga terdapat di hampir semua perairan pulau tropis Hindia dan Samudra Pasifik Barat dari pantai Timur Afrika sampai dengan Mozambika. Ikan ini
dilaporkan banyak pula ditemukan di Madagaskar, India, Thailand, Indonesia, pantai tropis Australia, Jepang, Philipina, Papua Nugini, dan Kaledonia Baru. Di
perairan Indonesia yang dikenal banyak ditemukan ikan Kerapu Macan adalah perairan Sumatera, Jawa, Sulawesi, pulau Buru, dan Ambon Weber dan Beaufort,
1931 dalam Evalawati et al., 2001.
2.2.2 Habitat
Ikan Kerapu Macan hidup di dasar perairan berbatu sampai dengan kedalaman 60 meter, daerah dangkal yang mengandung batu koral, terumbu
karang dan sekitarnya, meskipun ada pula yang hidup di pantai sekitar muara
sungai Nontji, 2007. Dalam siklus hidupnya Ikan Kerapu Macan muda hidup di perairan karang dengan kedalaman 0,5 - 3 meter pada area Padang Lamun,
selanjutnya menginjak dewasa menuju ke perairan yang lebih dalam, dan biasanya perpindahan ini berlangsung pada siang dan senja hari. Menurut Nontji 2007,
pada umumnya ikan kerapu tidak senang pada air dengan salinitas yang sangat rendah. Kerapu juga tergolong ikan yang buas.
Ikan kerapu merupakan organisme yang bersifat nocturnal, dimana pada siang hari lebih banyak bersembunyi di liang-liang karang dan pada malam hari
aktif bergerak di kolom air untuk mencari makan. Powles cit Leis 1987 dalam Evalawati et al. 2001 telah melakukan studi distribusi vertikal pada berbagai
jenis larva ikan kerapu dengan menggunakan jaring neustrin dan jaring bongo. Larva kerapu pada umumnya menghindari permukaan air pada siang hari,
sebaliknya pada malam hari lebih banyak ditemukan di permukaan air.
2.2.3 Persyaratan kualitas air untuk budidaya ikan di laut
Kualitas wilayah perairan adalah suatu kelayakan lingkungan perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme air yang nilainya
dinyatakan dalam suatu kisaran tertentu. Sedangkan perairan ideal adalah perairan yang dapat mendukung kehidupan organisme dalam menyelesaikan daur hidupnya
Boyd, 1982. Kesesuaian lingkungan untuk budidaya laut dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya karakteristik biofisik lokasi biologi, hidrologi, lokasi, meteorologi, tanah dan kualitas air, karakteristik spesifik dari biota yang
dibudidayakan; metode budidaya konstruksi dan desain, level prodiksi dan
operasi; kemampuan akses untuk pinjaman dan informasi, serta teknologi yang sesuai Ghufran, 2010.
Parameter fisik dalam kualitas air merupakan parameter yang bersifat fisik, dalam arti dapat dideteksi oleh panca indera manusia yaitu melalui visual,
penciuman, peraba, dan perasa. Perubahan warna dan peningkatan kekeruhan air dapat diketahui secara visual, sedangkan penciuman dapat mendeteksi adanya
perubahan bau pada air serta peraba pada kulit dapat membedakan suhu air, selanjutnya rasa tawar, asin dan lain sebagainya dapat dideteksi oleh lidah indera
perasa. Hasil indikasi dari panca indera ini hanya dapat dijadikan indikasi awal karena bersifat subyektif. Apabila diperlukan untuk menentukan kondisi tertentu,
misal ada tidaknya penurunan kualitas air tersebut, harus dilakukan analisis pemeriksaan air di laboratorium dengan metode analisis yang telah ditentukan.
Sedangkan parameter kimia yang didefinisikan sebagai sekumpulan bahanzat kimia yang keberadaannya dalam air mempengaruhi kualitas air. Selanjutnya
secara keseluruhan parameter biologi mampu memberikan indikasi apakah kualitas air pada suatu perairan masih baik atau sudah kurang baik, hal ini
dinyatakan dalam jumlah dan jenis biota perairan yang masih dapat hidup dalam perairan Effendi, 2003.
Menurut Evalawati et al. 2001 persyaratan kualitas air untuk budidaya ikan kerapu macan Epinephelus fuscogutattus untuk sistem keramba jaring
apung adalah sebagai berikut: 1.
Kualitas Fisik Air Kualitas fisik air yang dimaksud dalam pemilihan lokasi pembesaran
Ikan Kerapu Macan dengan keramba jaring apung KJA meliputi:
a. Kecepatan Arus
Arus sangat membantu proses pertukaran air dalam keramba. Adanya arus air berfungsi untuk membersihkan timbunan sisa-sisa
metabolisme ikan, membawa oksigen terlarut yang sangat dibutuhkan oleh ikan, mendistribusikan unsur hara secara merata, dan mengurangi
organisme penempel biofouling Ghufran, 2010. Arus air yang berlebihan perlu dicegah, sebab disamping dapat merusak posisi KJA juga
dapat menyebabkan stres pada ikan karena banyaknya energi yang terbuang dan selera makan menjadi berkurang.
Menurut Ghufran 2010, kecepatan arus yang ideal untuk pembesaran Ikan Kerapu Macan adalah antara 0,2
– 0,5 meterdetik. Sedangkan Evalawati et al. 2001 menganjurkan kisaran yang baik adalah
0,15 – 0,3 meterdetik. Kecepatan arus 0,3 meterdetik dapat
mempengaruhi posisi jaring dan sistem penjangkaran. Kuatnya arus dapat menyebabkan bergesernya posisi rakit. Sebaliknya kecepatan arus yang
terlalu kecil dapat mengurangi pertukaran air keluar masuk jaring dan ini berpengaruh terhadap ketersediaan oksigen dalam jaring pemeliharaan,
serta mudahnya penyakit dan parasit menyerang ikan yang dipelihara. b.
Kecerahan Kecerahan perairan merupakan salah satu indikator yang digunakan
untuk menentukan lokasi untuk pembesaran. Perairan yang tingkat kecerahannya sangat tinggi bahkan sampai tembus dasar perairan
merupakan indikator perairannya cukup jernih dan perairan tersebut sangat baik untuk lokasi pembesaran. Sebaliknya perairan yang tingkat
kecerahannya sangat rendah menandakan tingkat bahan organik terlarut sangat tinggi. Perairan ini dikategorikan terlalu subur dan tidak baik untuk
pembesaran ikan, karena perairan yang sangat subur menyebabkan cepatnya perkembangan organisme penempel seperti lumut, cacing, kerang
dan lain-lain yang dapat menempel dan menyebabkan cepat kotornya media pemeliharaan. Kecerahan perairan lokasi yang cocok untuk
pembesaran Ikan Kerapu Macan adalah 2 meter 2.
Kualitas Kimia Air Kualitas kimia air biasanya menjadi pertimbangan utama di dalam
pemilihan lokasi, karena berkaitan dengan organisme yang akan dipelihara. Oleh karena itu kualitas kimia air perlu untuk diketahui
sebelum menentukan lokasi untuk pembesaran ikan. Ada beberapa parameter penting kualitas kimia air, diantaranya:
a. Salinitas kadar garam
Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut. Lokasi yang berdekatan dengan muara sungai, tidak
dianjurkan untuk pembesaran Ikan Kerapu Macan karena lokasi tersebut salinitasnya sangat berfluktuasi karena dipengaruhi oleh masuknya air
tawar dari sungai. Fluktuasi salinitas bisa mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan kerapu yang dipelihara. Disamping itu lokasi yang
berdekatan dengan muara sungai sering mengalami stratifikasi perbedaan salinitas yang dapat menghambat terjadinya difusi oksigen secara
vertikal. Pada kisaran salinitas optimal dan tetap, energi yang digunakan untuk mengatur keseimbangan kepekatan cairan tubuh dapat digunakan
untuk pertumbuhan Ghufran, 2010. Salinitas yang ideal untuk pembesaran Ikan Kerapu Macan adalah 30-33 mgl Evalawati et al.,
2001. b.
Suhu air permukaan Perairan laut mempunyai kecenderungan bersuhu konstan. Suhu
air permukaan di perairan Indonesia pada umumnya berkisar 28 - 31°C. Suhu air di dekat pantai biasanya sedikit lebih tinggi daripada di lepas
pantai. Air yang terperangkap di goba lagoon yang dangkal pada saat air surut, bisa dijumpai suhu yang panas saat siang hari, kadang-kadang
dapat mencapai lebih dari 35°C di beberapa daerah Nontji, 2007. Suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi.
Faktor-faktor meteorologi yang berperan yaitu: curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan intensitas radiasi
matahari.Oleh sebab itu suhu di permukaan biasanya mengikuti pola musiman. Sebagai contoh di perairan Teluk Jakarta ditemukan suhu air
dengan rata-rata bulanan bervariasi antara 28 - 30°C. Menurut Nontji 2007, pada Musim Pancaroba Awal Tahun sekitar April
– Mei dan Musim Pancaroba Akhir Tahun sekitar September
– November terjadi kenaikan suhu maksimum. Hal ini terjadi karena pada musim-musim
pancaroba, angin biasanya lemah dan laut relatif tenang sehingga proses pemanasan di permukaan dapat terjadi dengan lebih kuat. Sedangkan
pada Musim Barat Desember – Februari suhu turun mencapai minimum
yang bertepatan dengan angin yang kuat dan curah hujan yang tinggi.
Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dan berpengaruh terhadap konsumsi oksigen pada organisme akuatik. Perubahan suhu
yang tinggi dalam suatu perairan laut akan mempengaruhi proses metabolisme, nafsu makan, aktifitas tubuh dan syaraf Haryono et al.,
2009. Suhu optimum untuk pertumbuhan Kerapu Macan adalah 27-29°C Evalawati et al., 2001.
c. Derajat keasaman pH
Tolak ukur yang digunakan untuk menentukan kondisi perairan asam atau basa disebut pH, nilai pH dapat digunakan sebagai indeks
kualitas lingkungan. Derajat keasaman mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan yang
terlalu asam akan kurang produktif dan dapat membunuh ikan Tabel 2. Kandungan oksigen terlarut pada perairan yang pH-nya rendah
keasaman yang tinggi akan berkurang, akibatnya konsumsi oksigen ikan turut menurun, aktivitas pernafasan naik dan selera makan akan
berkurang, lebih mudah terkena infeksi dan biasanya diikuti dengan tingkat mortalitas tinggi. Hal sebaliknya terjadi pada suasana basa
Ghufran, 2010. Kondisi perairan dengan pH netral atau sedikit kearah basa sangat ideal untuk kehidupan ikan air laut. Ikan diketahui
mempunyai toleransi pada pH antara 4,0-11,0. Ikan Kerapu Macan diketahui sangat baik pertumbuhannya pada pH normal air laut yaitu
antara 8,0 - 8,2.
Tabel 2. Hubungan antara pH air laut dan kehidupan ikan budidaya. pH air laut
Pengaruh terhadap ikan budidaya 4,5
Air bersifat racun bagi ikan 5 - 6,5
Pertumbuhan ikan terhambat dan ikan sangat sensitif terhadap bakteri dan parasit
6,5 - 9,0 Ikan mengalami pertumbuhan optimal
9,0 Pertumbuhan ikan terhambat
Sumber: Ghufran 2010
d. Oksigen Terlarut DO
Konsentrasi dan ketersediaan oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi ikan yang dibudidayakan. Oksigen terlarut
sangat dibutuhkan bagi kehidupan ikan dan organisme air lainnya. Konsentrasi oksigen dalam air dapat mempengaruhi pertumbuhan,
konversi pakan, dan mengurangi daya dukung perairan. Meskipun beberapa jenis ikan mampu bertahan hidup pada perairan dengan
konsentrasi oksigen O
2
3 mgl, namun konsentrasi minimum yang masih dapat diterima sebagian besar ukan untuk hidup dengan baik
adalah 5 mgl. Pada perairan dengan konsentrasi oksigen dibawah 4 mgl ikan masih mampu bertahan hidup, akan tetapi nafsu makan ikan mulai
menurun Ghufran, 2010. Menurut Evalawati et al. 2001, ikan Kerapu Macan dapat hidup layak dalam Karamba Jaring Apung dengan
konsentrasi oksigen terlarut lebih dari 5 mgl.
2.3 Penginderaan jauh