35
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pendugaan Parameter Kesesuaian Lahan Budidaya Kerapu Macan dengan Citra Satelit
4.1.1 Substrat dasar perairan dangkal
Tipe substrat dasar perairan merupakan parameter yang berpengaruh dalam penentuan kawasan budidaya kerapu dengan menggunakan keramba jaring
apung. Walaupun tidak berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan ikan, dasar perairan lokasi budidaya sangat perlu untuk diperhatikan karena habitat asli
ikan kerapu adalah daerah berkarang hidup dan dasar perairan berpasir. Selain itu kondisi dasar perairan tersebut penting dalam menentukan jenis dan ukuran
jangkar penambat keramba serta jarak dari karamba ke dasar perairan untuk menghindari kekeruhan akibat adanya arus bawah laut. Desain dan konstruksi
karamba dalam usaha budidaya ikan dengan menggunakan karamba jaring apung harus disesuaikan dengan kecepatan arus dan kondisi dasar perairan seperti
lumpur, pasir, dan karang
Mayunar et al., 1995 dalam Ghufran et al., 2010
. Informasi substrat dasar perairan Pulau Panggang diturunkan melalui
transformasi citra. Proses awal dalam pendugaan substrat dasar perairan dangkal dapat dilihat dari penampakan citra dengan menggunakan kombinasi band yang
terdiri dari 3 filter warna, yaitu dengan komposit RGB 421. Substrat dasar perairan dangkal pada citra komposit direpresentasikan dengan warna biru muda
cyan. Citra ALOS dengan menggunakan kombinasi RGB 421 ditampilkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Citra komposit RGB 421 Nilai koefisien attenuasi perairan KiKj untuk algoritma depth invarient
index sebesar 0.96775 diperoleh setelah diketahui nilai varian kanal 1 sebesar 112.55; varian kanal 2 sebesar 118.27; covarian kanal 1 dan kanal 2 sebesar
87.24493. Hasil identifikasi batas darat dan laut melalui kanal 4 adalah 113 yang berarti proses pengkelasan substrat dasar perairan tidak akan dilakukan pada
wilayah-wilayah yang memiliki nilai piksel lebih besar dari 113. Rentang perbedaan warna pada citra hasil transformasi algoritma depth
invarient index menunjukkan banyaknya kelas yang ada pada substrat dasar perairan. Kelas - kelas tersebut terlihat pada histogram Gambar 6 yang diwakili
oleh puncak-puncak nilai piksel yang dominan yaitu dengan sebaran nilai antara 2.225074 sampai 12.053273. Proses pembedaan degradasi warna jenis substrat
dasar diolah dengan menggunakan software ER Mapper 7.0, dengan mengatur
pallete warna dalam keadaan Rainbow, dibedakan objek pasir halus dengan warna merah, tutupan lamun ditunjukkan dengan warna orange, objek karang mati
berwarna hijau dan terumbu karang berwarna cyan. Penggabungan secara logaritma natural dua sinar tampak yaitu kanal 1 dan kanal 2 akan didapatkan citra
baru yang menampakkan dasar perairan dangkal yang lebih informatif, untuk kemudian dikombinasikan secara logaritma natural sehingga menghasilkan citra
baru Siregar, 1995.
Gambar 6. Histogram Hasil Transformasi Algoritma Depth Invarient Index Kemudian berdasarkan acuan warna citra baru tersebut dilakukan
klasifikasi supervised. Citra hasil proses transformasi Depth Invarient Index dan citra hasil komposit 421 RGB tersebut dijadikan sebagai acuan dalam pemberian
label pada klasifikasi awal pemetaan substrat dasar perairan. Berdasarkan sebaran substrat dasar perairan di Pulau Panggang Gambar 7 terlihat substrat perairan
dangkal menyebar di perairan Pulau Panggang, Gosong Pramuka, Pulau Pramuka,
Pulau Karya, dan Karang Lebar. Substrat pasir yang ditunjukkan oleh warna
kuning terdapat di sebelah timur wilayah kajian. Substrat pasir tersebut disinyalir
akibat dari aktivitas penduduk sekitar seperti penangkapan ikan yang menggunakan bahan peledak potasium sianida sehingga menyebabkan
kerusakan terumbu karang. Sebaran karang hidup banyak berada didalam goba dan luar gosong pacth reef. Substrat dasar karang hidup merupakan area yang
paling sesuai sebagai lokasi kegiatan budidaya kerapu. Gambar 8 menunjukan bahwa sebagian besar wilayah perairan di Pulau Panggang berpotensi sebagai
lokasi pembudidayaan Kerapu Macan dalam KJA.
39
Gambar 7. Sebaran Substrat Dasar Perairan Pulau Panggang
40
Gambar 8. Sebaran Kesesuaian Berdasarkan Substrat Dasar
4.1.2 Keterlindungan wilayah