4.2.6 Kedalaman
Kedalaman perairan merupakan faktor yang sangat penting untuk kemudahan pemasangan dan penempatan keramba jaring apung yang akan
dilakukan. Kedalaman air dipengaruhi oleh perubahan pasang dan kontur dasar perairan, berperan dalam menentukan metode budidaya yang diterapkan dan
komoditas yang dikelola. Kedalaman perairan di lokasi budidaya sebaiknya tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dangkal agar kegiatan budidaya lebih optimal.
Perairan yang dangkal akan mengalami proses pengadukan sehingga menyebabkan naiknya material sedimen ke permukaan yang dapat mengganggu
biota yang dibudidayakan. Sedangkan pada perairan yang dalam proses perencanaan budidaya akan kurang optimal, sebab konstruksi yang dibuat akan
mengeluarkan biaya yang besar dalam proses pembuatannya. Pulau Panggang merupakan pulau yang dikelilingi oleh gosong karang
yang terdiri dari berbagai jenis terumbu karang sehingga memiliki kedalaman yang relatif dangkal yaitu berkisar antara 1- 20 meter. Semakin menjauhi gosong
kedalaman terus bertambah hingga mencapai 100 meter. Berdasarkan nilai-nilai kedalaman yang diperoleh, dilakukan pengkelasan untuk dapat menentukan
kategori kesesuaian wilayah untuk dijadikan lokasi budidaya kerapu dengan keramba jaring apung. Pengkelasan kedalaman dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu: kelas sangat sesuai, sesuai, dan tidak sesuai. Peta sebaran kedalaman Gambar 20 menunjukkan bahwa perairan Pulau Panggang sesuai untuk
dijadikan lokasi budidaya kerapu dengan keramba jaring apung. Sedangkan sebaran kesesuaian berdasarkan kedalaman perairan terlihat pada Gambar 21.
59
Gambar 20. Sebaran Kedalaman di Perairan Pulau Panggang
G am
ba r
21. K es
es ua
ia n Be
rda sa
rk an K
ed al
am an P
era ira
n
4.2.7 Amonia
Selain senyawa nitrat dan fosfat, amonia merupakan parameter penting dalam budidaya perikanan.
Parameter kimia perairan ini bersifat toksik terhadap organisme budidaya dengan kadar amonia bebas yang melebihi 0,6 mgl, selain
itu kadar amonia yang tinggi dapat dijadikan sebagai indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri dan runoff pupuk
pertanian. Menurut Effendi 2003, sumber amonia diperairan adalah hasil dari pemecahan nitrogen organik protein dan urea serta nitrogen anorganik yang
terdapat di dalam tanah dan air yang berasal dari dekomposisi bahan organik tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati oleh mikroba dan jamur yang
dikenal dengan istilah amonifikasi. Toksisitas amonia meningkat pada saat kelarutan oksigen rendah dan
pengaruh racunnya menurun ketika terjadi peningkatan konsentrasi CO2, sehingga amonia jarang dijumpai pada perairan dengan kelarutan oksigen yang
cukup. Amonia hasil pengukuran yang dilakukan di perairan Pulau Panggang Gambar 22 berkisar antara 0,105
– 0,691 mgl. Berdasarkan literatur sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa kandungan amonia pada tiga titik
sampling di perairan Pulau Panggang bersifat toksik bagi organisme yang akan dipelihara di dalam keramba apung, yaitu di Utara Pulau Panggang, Timur Pulau
Panggang, dan Selatan Pulau Panggang yang lokasinya sangat jauh dari gugusan karang Pulau Panggang. Sebaran kesesuaian berdasarkan amonia terlihat pada
Gambar 23.
G am
ba r 2
2. S eba
ra n A
m oni
a d i P
era ir
an P
ul au P
angga ng
G am
ba r 2
3. K es
es ua
ia n Be
rda sa
rk an A
m o
ni a P
era ir
an
4.2.8 Kecepatan Arus Permukaan