Penentuan wilayah keterlindungan ini dilakukan melalui interpretasi secara visual dari citra satelit. Keterlindungan dibagi kedalam tiga kategori, yaitu:
sangat terlindung, terlindung, dan tidak terlindung. Kategori sangat terlindung merupakan daerah yang berada pada goba, kategori terlindung yaitu daerah yang
berada pada gosong karang dan berada diantara pulau, sedangkan kategori tidak terlindung adalah daerah perairan yang berada atau berhadapan langsung dengan
laut lepas yang tidak ada penghalang lain di depannya.
3.3.5 Pengolahan dan Analisis data primer dan sekunder
Analisis keruangan meliputi posisi suatu wilayah terhadap wilayah lainnya, jenis substrat dasar perairan yang ada dalam suatu wilayah tertentu dan
fungsi ekologis wilayah tersebut. Analisis spasial dilakukan dengan teknik tumpang susun overlay. Analisis dengan menggunakan teknik ini dilakukan
dengan menspasialkan layer-layer yang diturunkan melalui transformasi citra dan interpolasi point-point atau line yang telah diklasifikasi ulang menjadi kelas-kelas
kesesuaian. Setelah didapatkan klasifikasi baru, dilakukan pengkodean sel
menurut selang nilai parameter yang ditentukan berdasarkan matriks kesesuaian lahanperairan yang telah disusun.
Penentuan pemetaan kesesuaian wilayah untuk pengembangan budidaya Kerapu Macan di lokasi penelitian dilakukan dengan operasi tumpang susun
overlay dari setiap layer yang dipakai sebagai kriteria. Sebelum operasi tumpang susun ini dilakukan, setiap layer dinilai tingkat pengaruhnya terhadap penentuan
kesesuaian lahan. Pemberian nilai pada masing-masing layer ini menggunakan pembobotan weighting. Setiap layer dibagi dalam beberapa kelas yang
disesuaikan dengan kondisi daerah penelitian diberi skor mulai dari kelas yang
sangat sesuai hingga kelas yang tidak sesuai. Pemberian scoring dilakukan untuk menilai faktor pembatas pada setiap parameter. Setiap lokasi akan memperoleh
nilai akhir yang merupakan hasil perkalian antara skor dengan bobot dari layer tersebut.
Berdasarkan hasil pengolahan citra awal dan penyusunan basis data, dilakukan penentuan matriks kesesuaian lahan budidaya Kerapu Macan dengan
keramba jaring apung. Matriks kesesuaian tersebut diarahkan untuk berbagai aktifitas budidaya keramba jaring apung. Tahap pembuatan matriks kesesuaian
diawali dengan merumuskan kriteria-kriteria fisik keruangan yang akan dipakai. Setiap parameter, baik yang berasal dari data spasial maupun data non
spasial memiliki kontribusi yang berbeda terhadap tingkat kesesuaian lahan KJA Kerapu Macan. Oleh karena itu dalam penentuan bobot dan skor untuk setiap
parameter disesuaikan dengan besarnya pengaruh parameter tersebut terhadap nilai kesesuaian. Nilai kesesuaian pada setiap lokasi dihitung berdasarkan rumus
berikut: ........................................................................ 5
dimana : N
ij
= total nilai di lokasi-ij B
i
= bobot pada setiap parameter-i S
ij
= skor pada setiap parameter-i kelas ke-j Hasil penyusunan matrik kesesuaian untuk budidaya ikan kerapu sistem
keramba jaring apung KJA disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Matrik kesesuaian untuk budidaya Kerapu Macan sistem KJA.
No Parameter
Bobot Kategori
S1 Sangat
Sesuai Skor
Kategori S2
Sesuai Skor
Kategori N
Tidak Sesuai Skor
1 Keterlindungan
3 Sangat
Terlindung 3
Terlindung 2
Tidak terlindung
1 2
Jenis dasar perairan
3 Karang
berpasir 3
Pasir 2
Berlumpur 1
3 Kedalaman m
3 10 - 30
3 4 - 10
2 4 dan 30
1 4
Kecepatan arus Permukaan
2 0.15 - 0.3
3 0.05 - 0.15
2 0.05 0.3
1 5
Suhu °C 2
24 - 29 3
29 - 30 2
24 dan 30 1
6 Kecerahan
2 4 - 15
3 15 - 25
2 4 dan 25
1 7
Salinitas psu 3
30 - 33 3
29 atau 33 - 35
2 29 atau 35
1 8
Oksigen mgl 3
5 3
03-Mei 2
3 1
9 Amonia mgl
3 0 - 0,2
3 0,2
– 0,5 2
0,5 1
10 pH
2 7,5 - 8,0
3
7,0 - 7,5 atau 8,0
– 8,5
2 7,0 atau
8,5 1
Sumber: Dimodifikasi dari Bakosurtanal, 1996 dalam Nurfiarini, 2003; Tiensongrusmee et al., 1986; Bambang dan Tjahjo, 1997; Ali, 2003; Kurniaty, 2003; Rachmansyah, 2004; KLH,
2004; Wardjan, 2005 dalam Hartami 2008
Tahap kedua yaitu melakukan proses tumpang susun overlay. Metode overlay yang digunakan dalam penelitian ini adalah model metode terapan dari
Cell Based Modelling yaitu sistem pembobotan weighted overlay. Setiap sel pada parameter yang akan dilakukan proses overlay telah dikelompokkan ke
dalam kodenilai berdasarkan Tabel 6. Skor 1 untuk kriteria tidak sesuai, skor 2 untuk kriteria sesuai, dan skor 3 untuk kriteria sangat sesuai. Proses reclassify
menggunakan operator ”Add” atau penambahan sehingga jumlah setiap sel yang
memiliki kode yang sama setelah diberi skor akan dijumlahkan dan akan membentuk suatu zona dengan kriteria tertentu.
Proses tersebut mengkalkulasikan jumlah sel dari tiap-tiap kategori pada masing-masing parameter yang diperlukan, dimana dilakukan pengkalian
masing-masing parameter dengan bobot masing-masing yang telah ditentukan. Proses raster calculation menghasilkan nilai total pada lokasi tertentu,
kemudian nilai total tersebut dikelompokkan berdasarkan selang kelas kesesuaian. Total nilai maksimum N
ij maks
yang diperoleh sebesar 78 dan total nilai minimum N
ij min
sebesar 26. Selang kelas diperlukan untuk membagi kelas kedalam jumlah kelompokkategori yang telah ditentukan. Pembagian selang
kelas tersebut menggunakan persamaan berikut :
...................... 6
dimana : B
i
= bobot pada setiap parameter-i S
ij
= skor pada setiap parameter-i kelas ke-j N
ij maks
= total nilai maksimum di lokasi-ij N
ij min
= total nilai minimum di lokasi-ij
Berdasarkan perhitungan selang kelas sebagaimana telah dirumuskan dalam persamaan diatas, klasifikasi kesesuaian lahan KJA Kerapu Macan dibagi
kedalam tiga kategori, meliputi : S1 = sangat sesuai, dengan selang 60,66
≤ S1 78 S2 = sesuai, dengan selang 43,33 S2
≤ 60,66 N = tidak sesuai, dengan selang 26 N
≤ 43,33
Masing – masing kelas di atas diuraikan sebagai berikut Bakosurtanal,
1996: 1.
S1: sangat sesuai highly suitable, yaitu apabila lahan tidak mempunyai pembatas yang berarti untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang
harus diterapkan atau tidak berarti terhadap produksinya. 2.
S2 : sesuai suitable, yaitu apabila lahan mempunyai pembatas agak berarti untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan.
Pembatas akan mengurangi produksi dan meningkatkan masukan yang diperlukan.
3. N : tidak sesuai not suitable, wilayah ini mempunyai faktor pembatas
yang sangat berat baik permanen maupun tidak permanen, sehingga mencegah perlakuan pada daerah tersebut.
35
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pendugaan Parameter Kesesuaian Lahan Budidaya Kerapu Macan dengan Citra Satelit
4.1.1 Substrat dasar perairan dangkal
Tipe substrat dasar perairan merupakan parameter yang berpengaruh dalam penentuan kawasan budidaya kerapu dengan menggunakan keramba jaring
apung. Walaupun tidak berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan ikan, dasar perairan lokasi budidaya sangat perlu untuk diperhatikan karena habitat asli
ikan kerapu adalah daerah berkarang hidup dan dasar perairan berpasir. Selain itu kondisi dasar perairan tersebut penting dalam menentukan jenis dan ukuran
jangkar penambat keramba serta jarak dari karamba ke dasar perairan untuk menghindari kekeruhan akibat adanya arus bawah laut. Desain dan konstruksi
karamba dalam usaha budidaya ikan dengan menggunakan karamba jaring apung harus disesuaikan dengan kecepatan arus dan kondisi dasar perairan seperti
lumpur, pasir, dan karang
Mayunar et al., 1995 dalam Ghufran et al., 2010
. Informasi substrat dasar perairan Pulau Panggang diturunkan melalui
transformasi citra. Proses awal dalam pendugaan substrat dasar perairan dangkal dapat dilihat dari penampakan citra dengan menggunakan kombinasi band yang
terdiri dari 3 filter warna, yaitu dengan komposit RGB 421. Substrat dasar perairan dangkal pada citra komposit direpresentasikan dengan warna biru muda
cyan. Citra ALOS dengan menggunakan kombinasi RGB 421 ditampilkan pada Gambar 5.