dapat diproses sesuai dengan faktor yang akan ditampilkan. Data yang dapat dihasilkan oleh citra satelit Landsat 7 ETM+ untuk budidaya laut bermacam-
macam seperti : klorofil-a, suhu permukaan laut, dan muatan padatan tersuspensi Arief dan Laksmi, 2006. Data lain yang dapat dihasilkan yaitu data
keterlindungan lokasi dan kedalaman perairan Sulma et al., 2005, adanya pengolahan data kedalaman perairan dan keterlindungan lokasi maka dapat
diperoleh pula informasi data substrat dasar perairan dangkal. Hasil olahan atau analisis suatu data tersebut harus memiliki suatu rujukan seperti peta tematik, data
statistik, dan data lapang Purwadhi, 2001. Data yang di dapat dari pengolahan citra kemudian diolah dengan bantuan sistem informasi geografis.
2.4 Sistem Informasi Geografis
Sistem informasi geografis SIG adalah sistem komputer yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, dan personal manusia yang dirancang secara
efisien untuk memasukkan, menyimpan, memperbaharui, memanipulasi, menganalisa dan menyajikan semua jenis informasi yang berorientasi geografis
Prahasta, 2001. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan
karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Budiyanto 2002 menyatakan bahwa secara teknis SIG dapat mengorganisasikan dan
memanfaatkan data dari peta digital yang tersimpan dalam basis data. Dalam SIG, dunia nyata dijabarkan dalam data peta digital yang menggambarkan posisi dari
ruang space dan klasifikasi, atribut data dan hubungan antara item data.
2.5 Aplikasi SIG untuk Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Perikanan
Kemampuan SIG dalam analisis keruangan dan pemantauan dapat digunakan untuk mempercepat dan mempermudah penataan ruang pemetaan
potensi sumberdaya wilayah pesisir yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya Dahuri, 1997. Menurut Purwadhi 2001, SIG dapat
diaplikasikan untuk pengaturan wilayah pesisir dan laut, misalnya untuk menduga potensi wilayah pariwisata, potensi wilayah perikanan tangkap, potensi wilayah
budidaya tambak dan budidaya laut, dan potensi wilayah pembangunan pelabuhan. Selain itu SIG juga digunakan untuk melihat perubahan penggunaan
lahan di wilayah pesisir. Secara kaidah, SIG harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1
terdiri atas konsep dan data geografis, 2 merupakan suatu informasi dari data yang didapat, ide atau analisis, biasanya berhubungan dengan tujuan pengambilan
keputusan, 3 suatu sistem yang terdiri dari komponen, masukan, proses, dan keluaran, dan 4 ketiga hal tersebut difungsikan dalam skenario berdasarkan pada
teknologi tinggi. Ilustrasi proses pengolahan data dengan menggunaan SIG terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram pengolahan data dengan SIG Meaden dan Kapetsky, 1991
Penggunaan SIG pada pengelolaan sumberdaya alam sangat dianjurkan dan telah dikembangkan di beberapa negara untuk berbagai tipe sumberdaya alam,
seperti areal konservasi dan pengelolaan hutan. Secara umum keuntungan penggunaan SIG pada perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam sebagai
berikut Kam et al., 1992 dalam Mudztahid, 2005: 1
Mampu mengintegrasikan data dari berbagai format data grafik, teks, digital, dan analog dari berbagai sumber.
2 Memiliki kemampuan yang baik dalam pertukaran data diantara berbagai
macam disiplin ilmu dan lembaga terkait. 3
Mampu memproses dan menganalisis data lebih efisien dan efektif dibandingkan pekerjaan manual.
4 Mampu melakukan pemodelan, pengujian, dan pembandingan beberapa
alternatif kegiatan sebelum dilakukan aplikasi lapangan. 5
Memiliki kemampuan pembaharuan data yang efisien, terutama grafik. 6
Mampu menampung data dalam volume yang besar. Sebagian besar penggunaan SIG adalah untuk pengelolaan sumberdaya
alam. Sehubungan dengan pengelolaan sumberdaya pesisir, SIG dapat digunakan untuk menyajikan data dasar keruangan yang terkait dengan masalah: 1 Fisik
pesisir antara lain topografibatimetri, penutupan lahan, aliran sedimen, erosi dan deposisi, iklim, batas habitat dan lain sebagainya; 2 Lingkup manusiasosial,
yaitu berupa data dasar keruangan termasuk batas administratif, distribusi populasi, jaringan transportasi, dan berbagai karakteristik sosial lainnya
Gunawan, 1998.
SIG pada pengelolaan wilayah pesisir dapat diaplikasikan untuk pengaturan tata ruang wilayah pengelolaan, antara lain; untuk menduga wilayah
potensi wisata, potensi perikanan, dan wilayah pengembangan budidaya perikanan pesisir. Selain itu SIG juga dapat digunakan untuk melihat terjadinya berbagai
perubahan penggunaan lahan di wilayah pesisir Purwadhi, 2001. Khusus untuk aplikasi SIG dibidang perikanan, Meaden dan Kapetsky
1991 menjelaskan tentang penggunaan SIG dibidang tersebut antara lain: 1.
Perencanaan untuk zonasi sumberdaya air. 2.
Pemetaan zonasi spesies biota air. 3.
Pengaruh lingkungan terhadap produksi ikan secara intensif. 4.
Identifikasi daerah pusat dimana inovasi kegiatan perikanan kemungkinan akan menyebar.
5. Perencanaan dan pengelolaan sistem irigasi seluruh provinsi atau kabupaten
setelah dilakukan penyelidikan tanah irigasi dan sistem pengirigasian yang efektif.
Peta sebagai produk salah satu dari aplikasi SIG untuk pemetaan lokasi budidaya laut adalah suatu alat yang sangat penting dalam perencanaan dan
implementasi program pengelolaan wilayah pesisir. Pembuatan peta harus didukung dengan sebuah Geographic Information System software yang mampu
menyediakan fungsi-fungsi untuk penyimpanan, pengaturan, dan analisis data geografi Prahasta, 2001,
Pembuatan peta tematik memerlukan penggambaran fakta atau keadaan pemanfaatan lahan wilayah pesisir. Peta tematik adalah suatu peta yang
mempunyai tema tertentu, yang harus dilakukan untuk membuat suatu peta
tematik adalah pengumpulan informasi. Informasi yang digunakan untuk pembuatan peta tematik berasal dari survei lapangan ataupun dari data sekunder
yang dikumpulkan, selanjutnya memplotkan informasi tersebut di atas peta dasar. Setelah dilakukan proses pemetaan menggabung, mengedit, dan menganalisis,
maka selanjutnya peta tematik ditampilkan atau dicetak Prahasta, 2001.
23
3. METODOLOGI
3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi dan objek penelitian tentang keramba jaring apung Kerapu Macan berada di perairan pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta.
Secara geografis Kelurahan Pulau Panggang terletak antara
5°40’00” - 5°47’00” Lintang Selatan dan 106°08’00” - 106°28’00” Bujur Timur Sensusiwati, 2002, yang mempunyai
luas wilayah 62,60 hektar. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Lokasi Penelitian, Pulau Panggang, Kepulauan Seribu - Jakarta Penelitian ini secara umum mencakup 5 tahapan yaitu pengumpulan data
spasial dan data atribut serta data pendukung, survei lapangan, pengolahan citra satelit ALOS Advanced Land Observing Satelite, penyusunan basis data spasial
dan atribut serta analisis data. Kelima tahapan tersebut dilakukan pada bulan Juli sampai Desember 2010. Survei lapang dilakukan pada tanggal 11
– 15 November